METROTODAY, SIDOARJO – Di Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, terdapat sebuah kampung yang memiliki nilai ekonomi dan kearifan lokal.
Kampung di RT 17 RW 04 yang dikenal sebagai “Kampung Cabut Duri” ini adalah sentra jasa mencabut duri ikan bandeng yang melibatkan lima hingga enam orang per rumah. Sebagian besar dari mereka adalah ibu rumah tangga.
Aktivitas ini bukan hanya menyediakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan pendapatan keluarga, yang mana hasil dari produk-produk hasil olahan bandeng mereka tersebar ke berbagai kota.
Namun, kesuksesan ekonomi ini membawa dampak kepada lingkungan yang signifikan.
Proses mencabut duri dan mencuci ikan menghasilkan limpahan limbah cair, sekitar 1.800 liter per rumah per hari yang langsung dibuang ke selokan.
Akibatnya, sejumlah area menjadi kumuh, selokan odornya menyengat, bahkan berwarna hitam pekat.
Hal inilah yang membidik perhatian Pertamina Patra Niaga, Aviation Fuel Terminal (AFT) Juanda melalui program CSR mereka, yang sejak 2021 telah merangkul Kalanganyar dalam inisiatif “Kalanganyar Sentris Berseri” (Kalanganyar Sentra Ikan Bersih, Indah, dan Asri).
Program ini tak muncul begitu saja. Pada awal 2022, PT Pertamina AFT Juanda bersama Social Development Studies Center (SODEC) UGM mengadakan social mapping untuk memahami kondisi dan aspirasi warga.
Mereka menemukan bahwa 80 % lahan desa digunakan sebagai tambak milkfish (bandeng), dan bahwa pekerja cabut duri menggunakan air ribuan liter tiap hari, namun institusi pengolahan limbah belum ada.
Kelompok pekerja cabut duri dibentuk secara resmi, lengkap dengan struktur kepengurusan untuk memudahkan koordinasi.
FGD dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan konkret seperti: meja dan kursi ergonomis, apron dan sarung tangan, dan yang paling penting yakni instalasi sanitasi dan sistem pengolahan limbah.
Tidak sekadar pemberian bantuan, para ibu dibekali keterampilan baru seperti membuat pupuk organik cair (POC) dari limbah cucian ikan, serta mengubah sisik dan cangkang kerang menjadi kerupuk atau kerajinan tangan.
Salah satu capaian terbesar dari program ini adalah hadirnya IPAL Komunal di Kampung Cabut Duri, hasil kolaborasi antara masyarakat dan Pertamina AFT Juanda.

Diresmikan pada 28 Februari 2024, setelah tahap perencanaan, pembangunan, dan uji coba sejak November 2023, sistem ini kini mampu mengolah 226.000 liter limbah cair per tahun, setara dengan 100 % limbah cair yang dihasilkan.
Maschobich, menegaskan bahwa sejak adanya IPAL, wajah kampung yang dulunya kumuh kini menjadi bersih dan asri. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo, Bahrul Amiq, ikut memberikan apresiasi atas kontribusi masyarakat.
Selain IPAL, AFT Juanda juga menyalurkan bantuan fasilitas umum seperti toilet, kanopi, dan rumah kaca (greenhouse). Program ini melengkapi pembangunan TPS3R Desa Kalanganyar, yang bertujuan memfasilitasi pengelolaan sampah organik, anorganik, dan residu secara mandiri.
Semua rangkaian program ini menunjukkan pendekatan yang terintegrasi, mulai dari aspek ekonomi (meningkatkan keterampilan dan pendapatan), lingkungan (mengurangi pencemaran dan mengelola limbah), hingga sosial (mendorong partisipasi warga dan membentuk kelompok terorganisir).
Evaluasi menunjukkan hasil yang menggembirakan: studi Community Satisfaction Index (CSI) mencapai 2,91 atau 72,6 % (“baik”), sementara perhitungan Social Return on Investment (SROI) menunjukkan bahwa setiap Rp 1 yang diinvestasikan, menghasilkan Rp 3,08 manfaat bagi masyarakat.
Sejak implementasi, terjadi perubahan nyata: pola pembuangan limbah berubah, lingkungan menjadi lebih higienis, serta potensi desa sebagai destinasi eduwisata makin terbuka.
Branding “Kampung Cabut Duri” semakin dikenal, sejalan dengan strategi untuk menampilkan kampung ini sebagai destinasi wisata edukatif berbasis kearifan local.
Pertamina AFT Juanda juga bergerak secara strategis: dimulai pendampingan UMKM, pengelolaan sampah, pengolahan limbah jadi biogas, dan kini fokus pada teknologi residu lanjutan sejak 2025.
Model semacam ini bisa direplikasi di daerah lain yang memiliki tantangan serupa, seperti pengolahan limbah dari aktivitas perikanan atau UMKM berbasis ikan.
Melalui Kampung Cabut Duri di Kalanganyar adalah contoh gemilang bagaimana ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal bisa berpadu ramah lingkungan.
Melalui kolaborasi masyarakat dan stakeholder terkait, kampung ini tidak hanya membersihkan limbah, tetapi juga meningkatkan taraf hidup warganya. (alk)