METROTODAY, SURABAYA – Sudah sejak lama The Richest Man in Babylon menjadi salah satu buku yang direkomendasikan dalam pembahasan keuangan pribadi.
Meski ditulis dengan latar zaman Babilonia kuno, buku ini tetap relevan hingga kini dan disebut sebagai salah satu karya paling timeless dalam dunia finansial.
Bab 1: Orang yang Menginginkan Emas
Bagi siapa pun yang ingin memperoleh lebih banyak kekayaan, langkah awal yang dianjurkan adalah mencari pemasukan pasif (passive income).
Untuk mencapainya, dibutuhkan ilmu dan bimbingan dari mereka yang lebih berpengalaman baik melalui mentor langsung maupun sumber-sumber terpercaya seperti buku, internet, dan forum diskusi.
Namun, ilmu tidak akan bermakna jika tidak dieksekusi. Setelah memperoleh pengetahuan, langkah berikutnya adalah menerapkannya secara nyata.
Bab 2: Orang Terkaya di Babilonia
Salah satu pesan utama dalam buku ini adalah: “Bayarlah diri sendiri terlebih dahulu.”
Setiap kali menerima pendapatan baik dari gaji, bisnis, atau pemberian, sangat dianjurkan untuk langsung menyisihkan minimal 10% untuk diri sendiri. Dana ini kemudian dapat diinvestasikan atau dikembangkan menjadi sumber kekayaan baru.
Prinsip ini mendorong pembaca untuk menjadikan uang bekerja, bukan hanya sekadar disimpan. Namun, perlu diingat, belajar tentang investasi harus dilakukan dari ahli dan bukan sembarang orang.
Pepatah dalam buku ini mengingatkan: “Jangan belajar berkebun kepada tukang cukur.”
Meski penting menabung dan berinvestasi, jangan sampai menjadi terlalu kikir. Kehidupan tetap perlu dinikmati dengan bijak.
Bab 3: Mengatasi Pundi-Pundi yang Kempes
Buku ini menawarkan tujuh prinsip untuk memperkuat kondisi finansial:
1. Sisihkan 10% dari pendapatan
Gunakan 90% sisanya untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Kendalikan pengeluaran
Beli barang hanya jika memiliki dana dua hingga tiga kali lipat dari harga barang tersebut.
3. Lipatgandakan harta
Tempatkan uang di instrumen produktif seperti saham, emas, properti sewa, atau deposito.
4. Lindungi aset
Hindari penipuan dan investasi bodong. Hanya percayakan uang pada instrumen yang dipahami dengan baik.
5. Miliki tempat tinggal sendiri
Kepemilikan rumah dapat mengurangi pengeluaran bulanan dan menjadi aset jangka panjang, meskipun keputusan ini bersifat personal tergantung kondisi hidup masing-masing.
6. Siapkan masa depan
Buat dana darurat, rencana pensiun, dan asuransi untuk menjaga keberlanjutan keuangan keluarga.
7. Tingkatkan penghasilan
Dengan meningkatkan keterampilan, membuka usaha, atau mencari sumber pendapatan tambahan, peluang untuk mencapai kebebasan finansial menjadi lebih besar.
Hindari utang konsumtif dan kelola keuangan keluarga dengan baik. Jika memungkinkan, buat surat wasiat dan terus tanamkan nilai empati dengan membantu sesama.
Bab 4: Temuilah Dewi Keberuntungan
Keberuntungan cenderung berpihak pada mereka yang bertindak cepat dan tidak menunda. Buku ini menekankan pentingnya menjadi pribadi yang proaktif dalam mencari peluang dan melakukan aksi nyata, bukan hanya menunggu nasib baik datang.
Bab 5: Lima Hukum tentang Emas
Buku ini merangkum lima hukum emas yang menggambarkan prinsip dasar pengelolaan kekayaan:
1. Sisihkan setidaknya 1/10 dari penghasilan.
2. Gunakan emas untuk berinvestasi.
3. Investasikan dengan bimbingan ahli.
4. Hindari investasi yang tidak dipahami.
5. Waspadai penipuan dan janji palsu.
Bab 6 & 7: Pelengkap yang Menguatkan
Beberapa prinsip tambahan yang juga penting:
* Membantu orang lain tidak berarti mengorbankan diri sendiri.
* Perlindungan finansial sangat penting untuk masa depan.
* Dengan tekad kuat, jalan menuju kesejahteraan selalu bisa ditemukan.
The Richest Man in Babylon memberikan pondasi penting bagi siapa saja yang ingin memahami cara mengelola uang dengan bijak.
Prinsip-prinsip dalam buku ini sederhana namun kuat. Justru karena kesederhanaannya, banyak orang sering kali mengabaikan.
Buku ini tidak hanya mengajarkan cara menjadi kaya, tetapi juga bagaimana kekayaan bisa menjadi alat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, lebih bermakna, dan lebih bermanfaat bagi orang lain.
Namun, tetap ingat: kebebasan finansial bukan berarti mengejar kemewahan secara membabi buta, melainkan memiliki kendali atas waktu dan pilihan hidup. (*)