26.1 C
Surabaya
17 June 2025, 1:08 AM WIB

Kisah Inspiratif Jemaah Haji Tulungagung Jalan Kaki 7 KM di Tengah Cuaca Ekstrem dari Muzdalifah ke Mina

METROTODAY, SURABAYA – Senyum lega bercampur haru terpancar dari wajah Eni Astuti, jemaah haji asal Tulungagung, saat menginjakkan kaki di Asrama Haji Debarkasi Surabaya pada Kamis (12/6).

Setelah sebulan lebih menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci, Eni membawa pulang segudang pengalaman berharga, termasuk perjuangan yang tak terlupakan di tengah cuaca ekstrem Arab Saudi.

Salah satu kisah yang paling membekas, sekaligus menguji kesabaran Eni dan jemaah lainnya, adalah perjalanan dari Muzdalifah menuju Mina. Karena keterbatasan bus, Eni dan rombongan terpaksa berjalan kaki sejauh 7 kilometer.

“Kurang bagusnya ya di Muzdalifah, busnya terbatas. Bahkan harus jalan kaki 7 kilometer ke Mina karena tidak ada bus,” ungkap Eni.

Meski demikian, perempuan asal Beji, Tulungagung ini, tetap merasa senang dan bersyukur bisa menyelesaikan seluruh tahapan ibadah haji.

“Senang rasanya bisa menyelesaikan tahapan ibadah haji. Meski sempat jalan kaki 7 kilometer dari Muzdalifah ke Mina karena tidak ada bus yang menjemput,” ujarnya penuh syukur.

Bagi Eni, perjalanan panjang itu adalah bagian dari ujian ibadah haji yang harus dihadapi dengan sabar.

“Karena haji itu harus sabar. Sesulit apapun kita harus sabar dan semangat dalam menjalaninya,” tuturnya. Ia menambahkan, banyak jemaah lain yang juga mengalami nasib serupa. “Ya banyak juga yang jalan kaki,” imbuhnya.

Eni juga menyoroti adanya kesemrawutan di Tanah Suci, yang menurutnya lebih banyak disebabkan oleh kurangnya pemahaman jemaah terhadap informasi penting dan petunjuk arah.

“Sebetulnya kesemrawutan itu karena jemaah yang tidak memahami dan membaca informasi, serta banyak jemaah yang tidak memperhatikan petunjuk arah menuju hotel,” jelas Eni.

Selain perjalanan panjang, tantangan lain yang tak kalah berat adalah cuaca panas ekstrem yang mencapai 50 derajat Celcius.

Eni mengaku sering minum air dingin untuk meredakan dahaga. Namun, kebiasaan itu ternyata justru membuatnya batuk hingga tiba di Asrama Haji kemarin. “Ya ini seraknya karena kebanyakan minum es, kan di sana cuacanya panas,” kata perempuan berusia 60 tahun tersebut sambil sedikit terbatuk.

Terlepas dari berbagai tantangan tersebut, Eni justru memberikan apresiasi positif terhadap pelayanan ibadah haji tahun ini. “Pelayanan haji tahun ini lebih bagus dari yang dulu-dulu. Saya berikan jempol dua!” tegasnya antusias.

Sementara itu, seluruh jemaah haji Kloter 1 asal Tulungagung telah dipulangkan ke daerah masing-masing pada Kamis sore. Dua jemaah dilaporkan mengalami kelelahan dan dirujuk ke klinik Asrama Haji Debarkasi Surabaya untuk mendapatkan penanganan.

Kisah Eni Astuti ini menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya kesabaran dan semangat dalam menghadapi setiap ujian, termasuk dalam menunaikan ibadah haji. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Senyum lega bercampur haru terpancar dari wajah Eni Astuti, jemaah haji asal Tulungagung, saat menginjakkan kaki di Asrama Haji Debarkasi Surabaya pada Kamis (12/6).

Setelah sebulan lebih menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci, Eni membawa pulang segudang pengalaman berharga, termasuk perjuangan yang tak terlupakan di tengah cuaca ekstrem Arab Saudi.

Salah satu kisah yang paling membekas, sekaligus menguji kesabaran Eni dan jemaah lainnya, adalah perjalanan dari Muzdalifah menuju Mina. Karena keterbatasan bus, Eni dan rombongan terpaksa berjalan kaki sejauh 7 kilometer.

“Kurang bagusnya ya di Muzdalifah, busnya terbatas. Bahkan harus jalan kaki 7 kilometer ke Mina karena tidak ada bus,” ungkap Eni.

Meski demikian, perempuan asal Beji, Tulungagung ini, tetap merasa senang dan bersyukur bisa menyelesaikan seluruh tahapan ibadah haji.

“Senang rasanya bisa menyelesaikan tahapan ibadah haji. Meski sempat jalan kaki 7 kilometer dari Muzdalifah ke Mina karena tidak ada bus yang menjemput,” ujarnya penuh syukur.

Bagi Eni, perjalanan panjang itu adalah bagian dari ujian ibadah haji yang harus dihadapi dengan sabar.

“Karena haji itu harus sabar. Sesulit apapun kita harus sabar dan semangat dalam menjalaninya,” tuturnya. Ia menambahkan, banyak jemaah lain yang juga mengalami nasib serupa. “Ya banyak juga yang jalan kaki,” imbuhnya.

Eni juga menyoroti adanya kesemrawutan di Tanah Suci, yang menurutnya lebih banyak disebabkan oleh kurangnya pemahaman jemaah terhadap informasi penting dan petunjuk arah.

“Sebetulnya kesemrawutan itu karena jemaah yang tidak memahami dan membaca informasi, serta banyak jemaah yang tidak memperhatikan petunjuk arah menuju hotel,” jelas Eni.

Selain perjalanan panjang, tantangan lain yang tak kalah berat adalah cuaca panas ekstrem yang mencapai 50 derajat Celcius.

Eni mengaku sering minum air dingin untuk meredakan dahaga. Namun, kebiasaan itu ternyata justru membuatnya batuk hingga tiba di Asrama Haji kemarin. “Ya ini seraknya karena kebanyakan minum es, kan di sana cuacanya panas,” kata perempuan berusia 60 tahun tersebut sambil sedikit terbatuk.

Terlepas dari berbagai tantangan tersebut, Eni justru memberikan apresiasi positif terhadap pelayanan ibadah haji tahun ini. “Pelayanan haji tahun ini lebih bagus dari yang dulu-dulu. Saya berikan jempol dua!” tegasnya antusias.

Sementara itu, seluruh jemaah haji Kloter 1 asal Tulungagung telah dipulangkan ke daerah masing-masing pada Kamis sore. Dua jemaah dilaporkan mengalami kelelahan dan dirujuk ke klinik Asrama Haji Debarkasi Surabaya untuk mendapatkan penanganan.

Kisah Eni Astuti ini menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang pentingnya kesabaran dan semangat dalam menghadapi setiap ujian, termasuk dalam menunaikan ibadah haji. (ahm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/