METROTODAY, SURABAYA – Kabar duka datang dari Tanah Suci. Seorang calon jemaah haji (CJH) asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, meninggal dunia di Makkah, Arab Saudi, pada 27 Mei 2025.
Pihak Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya pun angkat bicara dan mengungkap sejumlah fakta di balik kejadian tersebut.
Plh Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya, Sugiyo, menjelaskan bahwa CJH yang wafat bernama Arsan Gimah, usia 92 tahun, tergabung dalam kloter 81.
Arsan dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit An-Nur, Makkah, pada pukul 05.16 waktu setempat.
Dari hasil pemeriksaan dokter, diketahui Arsan mengalami pendarahan di kepala dan luka fisik yang kuat dugaan akibat kecelakaan.
Namun hingga kini, detil insiden tersebut masih belum sepenuhnya terang karena tidak ada saksi mata di lokasi kejadian.
“Saya sudah komunikasi dengan ketua kloter dan dokter yang menangani. Diperoleh keterangan bahwa memang ada jemaah yang meninggal karena kecelakaan, meski bentuk kecelakaannya belum bisa dipastikan karena tak ada saksi di tempat kejadian,” kata Sugiyo saat ditemui pada Sabtu (31/5).
Lebih lanjut, Sugiyo mengungkapkan bahwa lokasi kejadian berada cukup jauh dari Masjidil Haram.
Berdasarkan informasi, Arsan awalnya enggan melanjutkan tawaf dan bersikeras ingin kembali ke hotel. Saat itu, ia didampingi seorang mukimin (warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi) yang membantunya.
Namun, peristiwa tidak berjalan mulus. Mukimin yang mendorong kursi roda Arsan ternyata tidak memiliki nusuk (izin resmi dari otoritas Saudi), sehingga ditahan oleh aparat kepolisian.
Arsan pun akhirnya diantar langsung oleh polisi. Namun entah bagaimana, justru ditemukan dalam kondisi luka parah di lokasi yang cukup jauh dari Masjidil Haram.
“Biasanya kalau diantar polisi, itu langsung ke sektor (lokasi pengawasan jemaah). Tapi kenapa ini bisa terjadi kecelakaan di tempat yang jauh dari Masjidil Haram? Ini yang masih menjadi tanda tanya besar,” tambah Sugiyo.
Jenazah Arsan Gimah akhirnya dimakamkan di Maqbaroh Surayyah, Makkah. Ia merupakan warga Desa Karangsari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
Sebagai langkah antisipasi, Sugiyo mengimbau kepada seluruh jemaah haji Indonesia, khususnya yang baru datang di gelombang kedua, agar lebih berhati-hati selama berada di Tanah Suci.
Menjelang puncak haji, kondisi lalu lintas dan keramaian semakin meningkat. Terlebih dalam tiga hari ke depan, bus shalawat yang biasanya mengangkut jemaah dari hotel ke Masjidil Haram tidak akan beroperasi.
“Jemaah harus benar-benar menjaga kesehatan dan keselamatan. Semangatnya memang luar biasa saat baru datang, tapi jangan sampai abai terhadap kondisi sekitar yang padat dan penuh risiko. Kita harus bersiap untuk wukuf di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah nanti,” tutup Sugiyo. (*)
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.