20 August 2025, 18:10 PM WIB

Defisit 12.000 Tentara Akibat Konflik Gaza, Israel Buka Rekrutmen Pemuda Diaspora

METROTODAY, TEL AVIV– Militer Israel kini menghadapi krisis serius berupa kekurangan personel, di tengah konflik berkepanjangan di Jalur Gaza yang terus menguras tenaga dan sumber daya.

Laporan media setempat yang dikutip dari kantor berita Mesir, Anadolu, menyebutkan bahwa negeri Yahudi itu kini kekurangan sekitar 10.000–12.000 prajurit aktif, sebuah angka yang disebut membahayakan kemampuan tempur mereka.

Kondisi ini diperparah oleh penolakan komunitas Yahudi ultra-Ortodoks (Haredi) untuk mengikuti wajib militer. Kelompok yang jumlahnya sekitar 13 persen dari populasi Israel itu berpegang pada keyakinan bahwa hidup mereka didedikasikan untuk mempelajari Taurat, serta menolak berbaur dengan masyarakat sekuler.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan sempat mengusulkan rancangan undang-undang untuk membebaskan Haredi secara permanen dari kewajiban militer.

Namun, langkah itu menuai kecaman, baik dari oposisi maupun sebagian anggota koalisi yang menilai kebijakan tersebut diskriminatif.

Untuk menutup kekurangan pasukan, Israel berencana merekrut pemuda Yahudi dari luar negeri, khususnya komunitas besar di Amerika Serikat dan Prancis.

Menurut Radio Militer Israel, targetnya adalah menambah sekitar 700 tentara baru setiap tahun dari program diaspora ini.

Meski demikian, upaya tersebut dinilai hanya solusi jangka pendek. Perang Gaza yang sudah berlangsung sejak 27 Oktober 2023 membuat sistem cadangan militer Israel kewalahan.

Banyak tentara cadangan dilaporkan mengalami kelelahan berat, trauma psikologis, hingga mempertimbangkan pensiun dini.

Krisis personel hanyalah salah satu masalah. Israel juga menghadapi defisit peralatan militer dan logistik yang kian menipis akibat operasi militer panjang.

Sejak perang dimulai, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 61.900 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, yang kini terancam kelaparan.

Dampak perang tak hanya menekan militer, tetapi juga posisi politik Israel di dunia internasional.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang.

Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional.

Kekurangan tentara di tubuh militer Israel mencerminkan betapa perang Gaza telah menimbulkan konsekuensi besar, tidak hanya bagi rakyat Palestina, tetapi juga bagi stabilitas internal Israel sendiri. (red)

METROTODAY, TEL AVIV– Militer Israel kini menghadapi krisis serius berupa kekurangan personel, di tengah konflik berkepanjangan di Jalur Gaza yang terus menguras tenaga dan sumber daya.

Laporan media setempat yang dikutip dari kantor berita Mesir, Anadolu, menyebutkan bahwa negeri Yahudi itu kini kekurangan sekitar 10.000–12.000 prajurit aktif, sebuah angka yang disebut membahayakan kemampuan tempur mereka.

Kondisi ini diperparah oleh penolakan komunitas Yahudi ultra-Ortodoks (Haredi) untuk mengikuti wajib militer. Kelompok yang jumlahnya sekitar 13 persen dari populasi Israel itu berpegang pada keyakinan bahwa hidup mereka didedikasikan untuk mempelajari Taurat, serta menolak berbaur dengan masyarakat sekuler.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan sempat mengusulkan rancangan undang-undang untuk membebaskan Haredi secara permanen dari kewajiban militer.

Namun, langkah itu menuai kecaman, baik dari oposisi maupun sebagian anggota koalisi yang menilai kebijakan tersebut diskriminatif.

Untuk menutup kekurangan pasukan, Israel berencana merekrut pemuda Yahudi dari luar negeri, khususnya komunitas besar di Amerika Serikat dan Prancis.

Menurut Radio Militer Israel, targetnya adalah menambah sekitar 700 tentara baru setiap tahun dari program diaspora ini.

Meski demikian, upaya tersebut dinilai hanya solusi jangka pendek. Perang Gaza yang sudah berlangsung sejak 27 Oktober 2023 membuat sistem cadangan militer Israel kewalahan.

Banyak tentara cadangan dilaporkan mengalami kelelahan berat, trauma psikologis, hingga mempertimbangkan pensiun dini.

Krisis personel hanyalah salah satu masalah. Israel juga menghadapi defisit peralatan militer dan logistik yang kian menipis akibat operasi militer panjang.

Sejak perang dimulai, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 61.900 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, yang kini terancam kelaparan.

Dampak perang tak hanya menekan militer, tetapi juga posisi politik Israel di dunia internasional.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang.

Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional.

Kekurangan tentara di tubuh militer Israel mencerminkan betapa perang Gaza telah menimbulkan konsekuensi besar, tidak hanya bagi rakyat Palestina, tetapi juga bagi stabilitas internal Israel sendiri. (red)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/