28.6 C
Surabaya
12 July 2025, 20:02 PM WIB

Keluarga Juliana Marins Tuntut Transparansi Penuh atas Kematian Tragis di Gunung Rinjani

METROTODAY, LOMBOK – Keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia setelah terjatuh dari tebing di Gunung Rinjani, Lombok, NTB, kembali menyuarakan tuntutan mereka akan transparansi penuh dari pihak berwenang terkait kematian tragis putri mereka.

Keluarga besar korban masih menyimpan pertanyaan besar mengenai penyebab pasti dan waktu kematian Juliana, meskipun dua autopsi telah dilakukan di Denpasar, Bali, dan di Rio de Janeiro, Brasil.

Kekecewaan keluarga memuncak setelah mengetahui hasil autopsi kedua yang dilakukan di Brasil justru dari pemberitaan media, bukan dari informasi resmi pihak berwenang.

“Keluarga tidak menerima apa pun. Kami justru tahu dari media,” tegas Mariana Marins, kakak Juliana, dalam sebuah pernyataan kepada stasiun TV Globo.

Menurut Mariana, hasil autopsi seharusnya diumumkan secara resmi dalam sebuah konferensi pers yang melibatkan pengacara dan tim forensik keluarga pada Jumat (11/7). Namun informasi tersebut justru bocor dan diberitakan lebih dulu oleh media lokal.

Sebelumnya, jenazah Juliana Marins telah diautopsi pertama kali di Rumah Sakit Bali Mandara, Denpasar, Indonesia.

Namun untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut dan menyelidiki kemungkinan adanya kelalaian dalam proses penyelamatan oleh pihak berwenang Indonesia, keluarga Juliana kemudian meminta dilakukannya autopsi kedua di Brasil.

Autopsi kedua ini dilaksanakan di Institut Medis Legal (IML) Afranio Peixoto, Rio de Janeiro.

Proses autopsi tersebut diawasi ketat oleh perwakilan keluarga dan melibatkan ahli dari Kepolisian Federal Brasil.

Hasil autopsi kedua ini memperkirakan bahwa Juliana meninggal dunia antara 10 hingga 15 menit setelah terjatuh.

Ditemukan bahwa Juliana mengalami luka serius dan diperkirakan tidak mampu bergerak atau meminta bantuan.

Penyebab kematian yang disebutkan adalah pendarahan internal hebat yang senada dengan hasil autopsi pertama di rumah sakit di Bali.

Menanggapi tudingan penyebaran informasi autopsi ke media, Kepolisian Rio de Janeiro membantah keras hal tersebut.

Mereka menegaskan bahwa hasil autopsi hanya dibahas dalam pertemuan tertutup bersama perwakilan keluarga.

“Seorang perwakilan dari pihak keluarga turut hadir dalam autopsi dan mengikuti pertemuan pada Selasa untuk membahas hasil akhir, serta telah mengetahui semua kesimpulan,” demikian pernyataan resmi kepolisian Rio de Janeiro, menegaskan bahwa informasi telah disampaikan langsung kepada pihak keluarga melalui jalur yang semestinya.

Kasus ini terus menjadi perhatian publik, terutama karena keluarga mendesak adanya penyelidikan yang lebih mendalam dan transparan untuk mengungkap seluruh fakta di balik kematian Juliana Marins. (ahm)

METROTODAY, LOMBOK – Keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia setelah terjatuh dari tebing di Gunung Rinjani, Lombok, NTB, kembali menyuarakan tuntutan mereka akan transparansi penuh dari pihak berwenang terkait kematian tragis putri mereka.

Keluarga besar korban masih menyimpan pertanyaan besar mengenai penyebab pasti dan waktu kematian Juliana, meskipun dua autopsi telah dilakukan di Denpasar, Bali, dan di Rio de Janeiro, Brasil.

Kekecewaan keluarga memuncak setelah mengetahui hasil autopsi kedua yang dilakukan di Brasil justru dari pemberitaan media, bukan dari informasi resmi pihak berwenang.

“Keluarga tidak menerima apa pun. Kami justru tahu dari media,” tegas Mariana Marins, kakak Juliana, dalam sebuah pernyataan kepada stasiun TV Globo.

Menurut Mariana, hasil autopsi seharusnya diumumkan secara resmi dalam sebuah konferensi pers yang melibatkan pengacara dan tim forensik keluarga pada Jumat (11/7). Namun informasi tersebut justru bocor dan diberitakan lebih dulu oleh media lokal.

Sebelumnya, jenazah Juliana Marins telah diautopsi pertama kali di Rumah Sakit Bali Mandara, Denpasar, Indonesia.

Namun untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut dan menyelidiki kemungkinan adanya kelalaian dalam proses penyelamatan oleh pihak berwenang Indonesia, keluarga Juliana kemudian meminta dilakukannya autopsi kedua di Brasil.

Autopsi kedua ini dilaksanakan di Institut Medis Legal (IML) Afranio Peixoto, Rio de Janeiro.

Proses autopsi tersebut diawasi ketat oleh perwakilan keluarga dan melibatkan ahli dari Kepolisian Federal Brasil.

Hasil autopsi kedua ini memperkirakan bahwa Juliana meninggal dunia antara 10 hingga 15 menit setelah terjatuh.

Ditemukan bahwa Juliana mengalami luka serius dan diperkirakan tidak mampu bergerak atau meminta bantuan.

Penyebab kematian yang disebutkan adalah pendarahan internal hebat yang senada dengan hasil autopsi pertama di rumah sakit di Bali.

Menanggapi tudingan penyebaran informasi autopsi ke media, Kepolisian Rio de Janeiro membantah keras hal tersebut.

Mereka menegaskan bahwa hasil autopsi hanya dibahas dalam pertemuan tertutup bersama perwakilan keluarga.

“Seorang perwakilan dari pihak keluarga turut hadir dalam autopsi dan mengikuti pertemuan pada Selasa untuk membahas hasil akhir, serta telah mengetahui semua kesimpulan,” demikian pernyataan resmi kepolisian Rio de Janeiro, menegaskan bahwa informasi telah disampaikan langsung kepada pihak keluarga melalui jalur yang semestinya.

Kasus ini terus menjadi perhatian publik, terutama karena keluarga mendesak adanya penyelidikan yang lebih mendalam dan transparan untuk mengungkap seluruh fakta di balik kematian Juliana Marins. (ahm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/