27.8 C
Surabaya
19 May 2025, 0:28 AM WIB

Warga Eropa Bersatu Turun Jalan Tolak Aksi Brutal Israel di Jalur Gaza

METROTODAY, ISTANBUL – Ribuan orang di berbagai kota besar Eropa menggelar aksi besar-besaran pada 15 Mei untuk memperingati Hari Nakba, hari ketika lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah mereka usai berdirinya Israel pada 1948.

Aksi itu juga menjadi bentuk kecaman atas serangan brutal Israel ke Jalur Gaza, baru baru ini yang menewaskan ratusan warga Palestina.

Di Stockholm, ribuan orang memadati Lapangan Odenplan atas undangan sejumlah organisasi masyarakat sipil.

Para demonstran membawa bendera Palestina, foto anak-anak korban serangan, dan spanduk bertuliskan “Hentikan genosida rezim Zionis di Palestina.”

Sebagian peserta memegang poster bertuliskan nama-nama warga sipil yang tewas di Gaza untuk menarik perhatian terhadap tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung.

Aktivis Yahudi asal Swedia, Dror Feiler, menyebut serangan Israel di Gaza sebagai bentuk genosida dan mendesak agar aksi itu segera dihentikan.

Feiler juga mengecam Menteri Luar Negeri Swedia, Maria Malmer Stenergard, karena bungkam atas kekejaman tersebut.

Pendeta Ann Christin Kristiansson dari Gereja Swedia turut mendukung pernyataan Feiler. Kepada Anadolu, ia menyebut bahwa penghentian kekerasan harus ditempuh melalui perlawanan sipil yang terorganisir, bukan melalui kekuatan militer.

Ia menekankan bahwa serangan Israel menyasar perempuan, anak-anak, dan warga sipil, bukan pejuang perlawanan. Menurutnya, solusi politik berbasis hukum internasional sangat mendesak.

Pawai di London

Sementara itu di London, ratusan ribu orang berkumpul dan melakukan pawai menuju Downing Street. Mereka menuntut dihentikannya genosida Israel terhadap warga Jalur Gaza, bertepatan dengan peringatan 77 tahun Nakba.

Massa mengenakan keffiyeh, membawa bendera Palestina, dan meneriakkan yel-yel seperti: “Hentikan genosida di Gaza,” “Bebaskan Palestina,” dan “Israel adalah teroris.”

Para pengunjuk rasa juga mengecam blokade Israel yang menyebabkan lebih dari dua juta warga Gaza menderita kelaparan.

Mereka menuding pemerintah Inggris ikut bertanggung jawab karena mendukung Israel secara militer dan politik.

Beberapa tokoh terkenal turut hadir, termasuk aktor serial The Crown Khalid Abdalla, aktris Juliet Stevenson, dan mantan diplomat serta perwira militer AS Ann Wright.

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, mengatakan bahwa genosida telah berlangsung selama 77 tahun, bukan hanya akibat eskalasi terbaru.

Ia juga menyoroti penghancuran kampung halamannya di Gaza dan kondisi kemanusiaan yang sangat parah — di mana bantuan terhambat dan kelaparan meluas, bahkan menimpa dokter, jurnalis, dan relawan.

Mantan pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, dan anggota parlemen Apsana Begum mengecam kebijakan ekspor senjata dan blokade yang dilakukan pemerintah Inggris.

Ketua Kampanye Solidaritas Palestina, Ben Jamal, menyatakan bahwa para pemimpin politik akan dikenang oleh sejarah karena gagal menghentikan dukungan terhadap kekejaman militer Israel.

Aksi di Berlin dan Amsterdam

Ratusan orang juga berkumpul di Potsdamer Platz, Berlin, dalam aksi memperingati Nakba dan mengecam serangan Israel ke Gaza.

Massa membawa bendera Palestina dan poster bertuliskan “Diam berarti ikut bersalah” serta “Kalian tidak bisa membunuh kami semua.” Aksi dijaga ketat aparat keamanan dan sedikitnya tiga orang ditahan.

Di Amsterdam, ratusan orang berkumpul di Lapangan Dam untuk menyuarakan penolakan terhadap kekerasan Israel dan memperingati tragedi Nakba.

Mohammed Kotesh menegaskan bahwa genosida yang terjadi kini semakin parah, dan mendesak agar blokade Gaza dicabut agar bantuan kemanusiaan bisa masuk tanpa hambatan. Menurutnya, Gaza berada di ambang Nakba baru.

Spanduk yang dibawa peserta bertuliskan: “Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka,” “Akhiri pendudukan,” “Hentikan genosida,” “Boikot Israel,” dan “Malu atas dukunganmu.”

Aksi Damai 3 Jam di Athena

Di Athena, Yunani, aksi solidaritas digelar untuk memperingati 77 tahun Nakba. Para peserta berbaris membawa bendera Palestina dan mengenakan keffiyeh, berjalan menuju Kedutaan Besar AS dan Israel.

Ketua Asosiasi Muslim Yunani, Naim el-Ghandour, menyarankan agar diselenggarakan pertemuan global yang dipimpin Turki untuk mendorong perdamaian. Ia yakin tekanan internasional dapat menghentikan perang dan mengisolasi Israel secara diplomatik.

Muhammed el-Batta, warga Gaza yang hadir dalam aksi, mengatakan bahwa kekerasan ini bukan perang, melainkan genosida yang telah berlangsung selama 80 tahun dan kini memasuki fase akhir.

Ia menyebut kekerasan meningkat karena Israel berupaya mengosongkan Gaza dari warga Palestina.

Apa Itu Nakba?

Tanggal 15 Mei diperingati sebagai Hari Nakba, atau “Bencana Besar,” yakni peristiwa pengusiran massal terhadap lebih dari 700.000 warga Palestina dari kota dan desa mereka pada 1948, menyusul dibentuknya Israel.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza dan telah menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas agresinya terhadap Jalur Gaza. (*)

METROTODAY, ISTANBUL – Ribuan orang di berbagai kota besar Eropa menggelar aksi besar-besaran pada 15 Mei untuk memperingati Hari Nakba, hari ketika lebih dari 700.000 warga Palestina terusir dari tanah mereka usai berdirinya Israel pada 1948.

Aksi itu juga menjadi bentuk kecaman atas serangan brutal Israel ke Jalur Gaza, baru baru ini yang menewaskan ratusan warga Palestina.

Di Stockholm, ribuan orang memadati Lapangan Odenplan atas undangan sejumlah organisasi masyarakat sipil.

Para demonstran membawa bendera Palestina, foto anak-anak korban serangan, dan spanduk bertuliskan “Hentikan genosida rezim Zionis di Palestina.”

Sebagian peserta memegang poster bertuliskan nama-nama warga sipil yang tewas di Gaza untuk menarik perhatian terhadap tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung.

Aktivis Yahudi asal Swedia, Dror Feiler, menyebut serangan Israel di Gaza sebagai bentuk genosida dan mendesak agar aksi itu segera dihentikan.

Feiler juga mengecam Menteri Luar Negeri Swedia, Maria Malmer Stenergard, karena bungkam atas kekejaman tersebut.

Pendeta Ann Christin Kristiansson dari Gereja Swedia turut mendukung pernyataan Feiler. Kepada Anadolu, ia menyebut bahwa penghentian kekerasan harus ditempuh melalui perlawanan sipil yang terorganisir, bukan melalui kekuatan militer.

Ia menekankan bahwa serangan Israel menyasar perempuan, anak-anak, dan warga sipil, bukan pejuang perlawanan. Menurutnya, solusi politik berbasis hukum internasional sangat mendesak.

Pawai di London

Sementara itu di London, ratusan ribu orang berkumpul dan melakukan pawai menuju Downing Street. Mereka menuntut dihentikannya genosida Israel terhadap warga Jalur Gaza, bertepatan dengan peringatan 77 tahun Nakba.

Massa mengenakan keffiyeh, membawa bendera Palestina, dan meneriakkan yel-yel seperti: “Hentikan genosida di Gaza,” “Bebaskan Palestina,” dan “Israel adalah teroris.”

Para pengunjuk rasa juga mengecam blokade Israel yang menyebabkan lebih dari dua juta warga Gaza menderita kelaparan.

Mereka menuding pemerintah Inggris ikut bertanggung jawab karena mendukung Israel secara militer dan politik.

Beberapa tokoh terkenal turut hadir, termasuk aktor serial The Crown Khalid Abdalla, aktris Juliet Stevenson, dan mantan diplomat serta perwira militer AS Ann Wright.

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, mengatakan bahwa genosida telah berlangsung selama 77 tahun, bukan hanya akibat eskalasi terbaru.

Ia juga menyoroti penghancuran kampung halamannya di Gaza dan kondisi kemanusiaan yang sangat parah — di mana bantuan terhambat dan kelaparan meluas, bahkan menimpa dokter, jurnalis, dan relawan.

Mantan pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, dan anggota parlemen Apsana Begum mengecam kebijakan ekspor senjata dan blokade yang dilakukan pemerintah Inggris.

Ketua Kampanye Solidaritas Palestina, Ben Jamal, menyatakan bahwa para pemimpin politik akan dikenang oleh sejarah karena gagal menghentikan dukungan terhadap kekejaman militer Israel.

Aksi di Berlin dan Amsterdam

Ratusan orang juga berkumpul di Potsdamer Platz, Berlin, dalam aksi memperingati Nakba dan mengecam serangan Israel ke Gaza.

Massa membawa bendera Palestina dan poster bertuliskan “Diam berarti ikut bersalah” serta “Kalian tidak bisa membunuh kami semua.” Aksi dijaga ketat aparat keamanan dan sedikitnya tiga orang ditahan.

Di Amsterdam, ratusan orang berkumpul di Lapangan Dam untuk menyuarakan penolakan terhadap kekerasan Israel dan memperingati tragedi Nakba.

Mohammed Kotesh menegaskan bahwa genosida yang terjadi kini semakin parah, dan mendesak agar blokade Gaza dicabut agar bantuan kemanusiaan bisa masuk tanpa hambatan. Menurutnya, Gaza berada di ambang Nakba baru.

Spanduk yang dibawa peserta bertuliskan: “Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka,” “Akhiri pendudukan,” “Hentikan genosida,” “Boikot Israel,” dan “Malu atas dukunganmu.”

Aksi Damai 3 Jam di Athena

Di Athena, Yunani, aksi solidaritas digelar untuk memperingati 77 tahun Nakba. Para peserta berbaris membawa bendera Palestina dan mengenakan keffiyeh, berjalan menuju Kedutaan Besar AS dan Israel.

Ketua Asosiasi Muslim Yunani, Naim el-Ghandour, menyarankan agar diselenggarakan pertemuan global yang dipimpin Turki untuk mendorong perdamaian. Ia yakin tekanan internasional dapat menghentikan perang dan mengisolasi Israel secara diplomatik.

Muhammed el-Batta, warga Gaza yang hadir dalam aksi, mengatakan bahwa kekerasan ini bukan perang, melainkan genosida yang telah berlangsung selama 80 tahun dan kini memasuki fase akhir.

Ia menyebut kekerasan meningkat karena Israel berupaya mengosongkan Gaza dari warga Palestina.

Apa Itu Nakba?

Tanggal 15 Mei diperingati sebagai Hari Nakba, atau “Bencana Besar,” yakni peristiwa pengusiran massal terhadap lebih dari 700.000 warga Palestina dari kota dan desa mereka pada 1948, menyusul dibentuknya Israel.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza dan telah menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas agresinya terhadap Jalur Gaza. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/