Categories: Internasional

Serigala Punah 12.000 Tahun Lalu Kini Hidup Lagi Berkat Teknologi Genetika

METROTODAY, WASHINGTON – Untuk kali pertama  dalam sejarah, para ilmuwan berhasil menghidupkan kembali spesies yang telah punah: serigala dire wolf (Canis dirus). Spesies ini terakhir berkeliaran di bumi sekitar 12.000 tahun lalu, namun kini kembali hadir berkat terobosan teknologi rekayasa genetika.

Keberhasilan luar biasa ini diumumkan oleh Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Amerika Serikat. Mereka mengumumkan kelahiran tiga anak serigala dire wolf yang dinamai Romulus, Remus, dan Khaleesi—terinspirasi dari karakter ikonik serial Game of Thrones.

Menghidupkan Spesies dari Zaman Es

Proyek ambisius ini bermula dari pengambilan DNA purba dari fosil gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak serigala berumur 72.000 tahun. DNA tersebut kemudian dikombinasikan dengan gen serigala abu-abu, kerabat terdekat dari dire wolf yang masih ada saat ini.

Melalui teknik transfer inti sel somatik, para ilmuwan berhasil menciptakan embrio yang sehat dan menanamkannya ke induk pengganti. Hasilnya? Tiga anak serigala purba lahir dengan kondisi sehat pada Oktober 2024 dan kini tinggal di suaka ekologis seluas 2.000 hektar.

Colossal Biosciences tak berhenti di situ. Mereka sebelumnya telah sukses membuat “tikus berbulu tebal” dari DNA mammoth. Target besar mereka berikutnya adalah menghidupkan kembali mammoth berbulu (woolly mammoth) yang hidup di zaman es.

Dengan dana sebesar USD 200 juta , tim ini optimistis bayi mammoth pertama bisa lahir paling lambat akhir tahun 2028. “Teknologi ini bisa menjadi awal dari era baru dalam konservasi spesies dan bioteknologi,” kata Dr. Christopher Mason, penasihat ilmiah Colossal seperti dilansir Daily Mail.

Bagi yang penasaran, dire wolf bukan sekadar legenda dari layar kaca. Hewan ini benar-benar pernah ada dan memiliki ukuran 25% lebih besar dari serigala abu-abu. Rahangnya lebih kuat, tubuhnya lebih berotot, dan dilapisi bulu tebal yang cocok untuk bertahan di iklim dingin.

Sayangnya, mereka punah sekitar 13.000 tahun lalu, diduga akibat perubahan iklim ekstrem dan punahnya hewan buruan utama mereka.

Kini, berkat ilmu pengetahuan dan kemajuan genetika, makhluk purba ini kembali melintasi bumi—dan membuka pintu untuk kemungkinan menghidupkan kembali spesies lainnya di masa depan.(*)

Dwi Shintia Irianti

Recent Posts

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

19 hours ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

20 hours ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

23 hours ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

24 hours ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

1 day ago

Tim Gabungan Unair Bantu Operasi Korban Banjir di RSUD Aceh Tamiang, Begini Langkahnya

Tim gabungan Universitas Airlangga (Unair) yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan,…

1 day ago

This website uses cookies.