METROTODAY, SURABAYA – Banyak cerita menarik mewarnai laga antara SMPN 1 Surabaya (Spensa) melawan SMPN 21 Surabaya (Spendusa) di Junior Exhibition Games 2025.
Laga ini menandai comeback Spensa setelah absen selama tujuh tahun dari kompetisi yang digelar DBL Indonesia.
Comeback Spensa terasa spesial karena bertepatan dengan ulang tahun Kepala SMPN 1 Surabaya, Eko Widayani. Eko turut hadir di DBL Arena untuk memberikan dukungan kepada anak didiknya bersama para orang tua pemain.
Tak hanya itu, para pemain Spensa juga menyelipkan pesan khusus di sepatu mereka, yaitu Pray for Ponpes Al Khoziny.

Pesan ini merupakan bentuk respect atas musibah ambruknya bangunan masjid di Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang terjadi pada Senin (29/9). Hingga hari keenam, proses Identifikasi dan evakuasi masih dilakukan
“Kami turut merasakan duka atas musibah itu, apalagi korban banyak yang seusia kami,” kata M. Zidane F.R Rahmatullah, Sabtu (4/10).
Pesan tersebut juga merupakan dukungan untuk tim penyelamat. Salah satu orang tua pemain Spensa ternyata bekerja di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya, yang turut terlibat dalam operasi penyelamatan di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo.
“Ada salah satu teman kita di Spensa yang orang tuanya bekerja di BPBD Surabaya. Dari dialah kami banyak mendapatkan informasi soal kejadian tersebut,” kata Zidane.
Valdiano Widyantoro Putra, pemain Spensa yang orang tuanya bekerja di BPBD Surabaya, membenarkan bahwa ia banyak bercerita tentang kejadian di Sidoarjo kepada teman-temannya.
Dari sanalah, tim basket putra Spensa berinisiatif menyampaikan pesan duka dan dukungan lewat sepatu.
Di temui usai laga, Kepala SMPN 1 Surabaya Eko Widayani mengaku bangga dengan penampilan anak asuhnya.
“Anak-anak ternyata bisa bermain lepas. Mereka tidak demam panggung meskipun sekolah kami sudah cukup lama tidak tampil di DBL,” tutur Eko.
Eko berharap panggung DBL bisa memberikan pengalaman berharga bagi anak didiknya, terutama dalam membangun karakter mereka. Kembalinya Spensa ke DBL Surabaya, menurut Eko, karena dukungan dari banyak pihak.
“Kami melihat anak-anak ini punya bakat di basket. Kemudian dengan dukungan para guru dan orang tua yang begitu intens mendampingi mereka berlatih basket, kami kemudian memutuskan tahun ini kembali mengikuti DBL,” pungkasnya. (ahm)

