KONI Jatim Gelar Screening Pelatih Beladiri untuk Hadapi PON 2028

METROTODAY, SURABAYA – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur mengambil langkah strategis untuk memperkuat pembinaan prestasi olahraga. Mereka menggelar screening bagi calon pelatih Puslatda dan pelatih cabang olahraga beladiri di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), mulai Senin hingga Rabu (28-30/7).

Sebanyak 293 calon pelatih dari berbagai cabang olahraga mengikuti seleksi ini. Para pelatih itu dinilai secara menyeluruh, mulai dari pengalaman melatih, prestasi yang pernah diraih, hingga kepribadian sebagai aspek penting dalam menjaga kekompakan tim.

Ketua KONI Jatim Muhammad Nabil menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menciptakan pelatih yang berkompeten, berintegritas, dan mampu membawa Jatim berjaya di ajang olahraga nasional. Terutama dalam menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Screening ini memiliki dua target. Pertama, jangka pendek, yakni untuk persiapan PON bela diri. Kedua, jangka panjang, yakni menghadapi PON 2028,’’ tutur Nabil.

Pelatih yang disaring adalah mereka yang sebelumnya membawa atlet meraih medali emas dan perak di PON Aceh–Sumut. ‘’Namun, itu hanya sebagai parameter administratif,” ujar Nabil setelah pembukaan screening, Senin (28/7).

Menurutnya, proses seleksi tidak menutup kemungkinan untuk merekrut pelatih di luar proses screening apabila ada kebutuhan spesifik di cabang dan nomor tertentu.

Lebih lanjut, para calon pelatih juga diminta menyusun program pembinaan untuk periode mendatang. Program tersebut akan diuji langsung oleh tim dari Pendidikan dan Penataran (Diktar) serta Bina Prestasi (Binpres) KONI Jatim.

“Diktar menilai dari sisi akademis, sedangkan Binpres fokus pada pendekatan praktis. Pelatih juga diharapkan mampu menyelesaikan konflik internal tim, bukan justru menjadi sumber masalah. Keguyuban dan kenyamanan atlet dalam tim sangat penting untuk menunjang prestasi,” tambah Nabil.

Sementara itu, Prof. Dr. M.E. Winarno dari Diktar KONI Jatim menyampaikan bahwa screening kali ini lebih lengkap dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Kami mempertimbangkan pengalaman melatih sebagai parameter utama, lalu kepribadian pelatih untuk menghindari konflik internal.  Hasil screening akan menjadi referensi, tetapi keputusan akhir tetap di tangan Ketua KONI Jatim,” jelasnya.

Winarno menegaskan pentingnya proses ini untuk menjaga standar mutu dan objektivitas dalam penentuan pelatih. “Selama ini Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat menjadi barometer nasional. Maka, kita harus terus menjaga kualitas,” pungkasnya. (*)

METROTODAY, SURABAYA – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur mengambil langkah strategis untuk memperkuat pembinaan prestasi olahraga. Mereka menggelar screening bagi calon pelatih Puslatda dan pelatih cabang olahraga beladiri di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), mulai Senin hingga Rabu (28-30/7).

Sebanyak 293 calon pelatih dari berbagai cabang olahraga mengikuti seleksi ini. Para pelatih itu dinilai secara menyeluruh, mulai dari pengalaman melatih, prestasi yang pernah diraih, hingga kepribadian sebagai aspek penting dalam menjaga kekompakan tim.

Ketua KONI Jatim Muhammad Nabil menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menciptakan pelatih yang berkompeten, berintegritas, dan mampu membawa Jatim berjaya di ajang olahraga nasional. Terutama dalam menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Screening ini memiliki dua target. Pertama, jangka pendek, yakni untuk persiapan PON bela diri. Kedua, jangka panjang, yakni menghadapi PON 2028,’’ tutur Nabil.

Pelatih yang disaring adalah mereka yang sebelumnya membawa atlet meraih medali emas dan perak di PON Aceh–Sumut. ‘’Namun, itu hanya sebagai parameter administratif,” ujar Nabil setelah pembukaan screening, Senin (28/7).

Menurutnya, proses seleksi tidak menutup kemungkinan untuk merekrut pelatih di luar proses screening apabila ada kebutuhan spesifik di cabang dan nomor tertentu.

Lebih lanjut, para calon pelatih juga diminta menyusun program pembinaan untuk periode mendatang. Program tersebut akan diuji langsung oleh tim dari Pendidikan dan Penataran (Diktar) serta Bina Prestasi (Binpres) KONI Jatim.

“Diktar menilai dari sisi akademis, sedangkan Binpres fokus pada pendekatan praktis. Pelatih juga diharapkan mampu menyelesaikan konflik internal tim, bukan justru menjadi sumber masalah. Keguyuban dan kenyamanan atlet dalam tim sangat penting untuk menunjang prestasi,” tambah Nabil.

Sementara itu, Prof. Dr. M.E. Winarno dari Diktar KONI Jatim menyampaikan bahwa screening kali ini lebih lengkap dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Kami mempertimbangkan pengalaman melatih sebagai parameter utama, lalu kepribadian pelatih untuk menghindari konflik internal.  Hasil screening akan menjadi referensi, tetapi keputusan akhir tetap di tangan Ketua KONI Jatim,” jelasnya.

Winarno menegaskan pentingnya proses ini untuk menjaga standar mutu dan objektivitas dalam penentuan pelatih. “Selama ini Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat menjadi barometer nasional. Maka, kita harus terus menjaga kualitas,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/