23 August 2025, 15:01 PM WIB

Penambahan Pemain Asing Undang Polemik, APPI Sebut 198 Pemain Lokal Terancam Nganggur

METROTODAY, JAKARTA – Keberatan disuarakan para pemain lokal seiring bertambahnya kuota pemain asing di liga musim depan.Ancaman kesempatan bermain mengemuka di balik keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) memahami keputusan penambahan jumlah pemain asing di kompetisi kasta tertinggi nasional. Namun, mereka mengingatkan dampaknya bagi para pemain lokal.

Terutama pada terbatasnya jam terbang mengingat di lingkup domestik hanya ada satu kompetisi, yakni Liga 1 yang bakal berganti nama menjadi BRI Super League musim depan

”Dari survei yang kami lakukan, mayoritas pemain Liga 1 merasa keberatan dengan adanya regulasi tersebut,” kata Presiden APPI Andritany Ardhiyasa kemarin (8/7).

PT Liga Indonesia Baru, operator kompetisi, yang mengklaim mendapat restu dari PSSI dan semua klub Liga 1, mengumumkan pada Senin (7/7) bahwa musim depan tiap klub boleh merekrut sampai 11 pemain asing. Namun, yang dimain kan hanya delapan pemain. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan sebelumnya.

Menurut Andritany, pihaknya memahami jika penambahan jumlah pemain asing dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kompetisi. Tapi, yang dipertanyakan adalah kesempatan bagi pemain local untuk ikut berkompetisi yang makin berkurang.

Kiper Persija Jakarta itu menyatakan, berdasarkan statistik, jika setiap klub Liga 1 yang berjumlah 18 tim memaksimalkan kuota 11 pemain asing, ada 198 pemain lokal yang akan kehilangan pekerjaan atau pindah ke Liga 2. Hingga Selasa (8/7)  belum ditentukan berapa kuota pemain asing di Liga 2.

Artinya pula, akan ada 198 pemain Liga 2 yang kehilangan pekerjaan atau terpaksa beralih menjadi pemain amatir di Liga 3.

”Kami sangat menyayangkan bahwa regulasi yang akan secara langsung berimbas terhadap kehidupan para pemain diambil tanpaadanya komunikasi dan diskusi terlebih dahulu dengan para pemain,” Bagol, sapaan Andritany.

Jika bicara persaingan, Andritany hanya berharap persaingan dimulai secara adil. Dimulai dari fasilitas, infrastruktur, dan ekosistemyang berkualitas seperti negara negara yang industri sepak bolanya telah berjalan dengan baik.

”Kami sangat berharap regulasi ini dapat ditinjau kembali, sesuai dengan situasi sepak bola nasional saat ini,” ucapnya. (*)

 

METROTODAY, JAKARTA – Keberatan disuarakan para pemain lokal seiring bertambahnya kuota pemain asing di liga musim depan.Ancaman kesempatan bermain mengemuka di balik keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) memahami keputusan penambahan jumlah pemain asing di kompetisi kasta tertinggi nasional. Namun, mereka mengingatkan dampaknya bagi para pemain lokal.

Terutama pada terbatasnya jam terbang mengingat di lingkup domestik hanya ada satu kompetisi, yakni Liga 1 yang bakal berganti nama menjadi BRI Super League musim depan

”Dari survei yang kami lakukan, mayoritas pemain Liga 1 merasa keberatan dengan adanya regulasi tersebut,” kata Presiden APPI Andritany Ardhiyasa kemarin (8/7).

PT Liga Indonesia Baru, operator kompetisi, yang mengklaim mendapat restu dari PSSI dan semua klub Liga 1, mengumumkan pada Senin (7/7) bahwa musim depan tiap klub boleh merekrut sampai 11 pemain asing. Namun, yang dimain kan hanya delapan pemain. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan sebelumnya.

Menurut Andritany, pihaknya memahami jika penambahan jumlah pemain asing dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kompetisi. Tapi, yang dipertanyakan adalah kesempatan bagi pemain local untuk ikut berkompetisi yang makin berkurang.

Kiper Persija Jakarta itu menyatakan, berdasarkan statistik, jika setiap klub Liga 1 yang berjumlah 18 tim memaksimalkan kuota 11 pemain asing, ada 198 pemain lokal yang akan kehilangan pekerjaan atau pindah ke Liga 2. Hingga Selasa (8/7)  belum ditentukan berapa kuota pemain asing di Liga 2.

Artinya pula, akan ada 198 pemain Liga 2 yang kehilangan pekerjaan atau terpaksa beralih menjadi pemain amatir di Liga 3.

”Kami sangat menyayangkan bahwa regulasi yang akan secara langsung berimbas terhadap kehidupan para pemain diambil tanpaadanya komunikasi dan diskusi terlebih dahulu dengan para pemain,” Bagol, sapaan Andritany.

Jika bicara persaingan, Andritany hanya berharap persaingan dimulai secara adil. Dimulai dari fasilitas, infrastruktur, dan ekosistemyang berkualitas seperti negara negara yang industri sepak bolanya telah berjalan dengan baik.

”Kami sangat berharap regulasi ini dapat ditinjau kembali, sesuai dengan situasi sepak bola nasional saat ini,” ucapnya. (*)

 

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/