METROTODAY, MUNICH – Performa luar biasa Paris Saint-Germain (PSG) bukan cuma terjadi di final Liga Champions 2024-2025. Sepanjang musim, mereka tampil hebat hingga tak tersentuh di kompetisi domestik.
Kemenangan 5-0 atas Inter Milan di Football Arena, Munich, melengkapi gelar juara PSG musim ini. Bukan sekadar treble, tim asuhan Luis Enrique bahkan merengkuh quadruple.
Sebelum final Liga Champions berlangsung, PSG sudah sukses mendapatkan tiga gelar juara dari dalam negeri. PSG sudah memastikan gelar Ligue 1. Mereka juga sukses menjuarai Coupe de France dan Trophee des Champions.
Pencapaian empat gelar sekaligus ini jadi bukti dominasi PSG sepanjang musim. Para penggemar pun menyambut musim gemilang ini dengan penuh kebanggaan.
Prestasi PSG meraih empat gelar tidak datang secara instan meski mereka bertabur uang. Tim milik Nasser Al Khelaifi itu tampil konsisten dengan semangat juang tinggi sepanjang musim.
Perjalanan mereka dimulai dengan meraih Trophee des Champions, mengalahkan Monaco 1-0 di Qatar. Ini jadi awal yang sempurna untuk musim mereka.
Di Ligue 1, PSG tampil luar biasa dengan mengumpulkan 26 kemenangan dan hanya dua kali kalah. Mereka unggul jauh atas pesaing terdekat, Marseille, dengan selisih 19 poin.
Kesuksesan berlanjut di Coupe de France, di mana PSG menundukkan Reims 3-0 dengan meyakinkan. Gelar Liga Champions diiringi skor yang besar kemudian menjadi puncak yang sempurna dari musim luar biasa mereka.
Sejak diakuisisi konsorsium Qatar pada 2011, PSG memenangi Ligue 11 kali. Tapi, mereka selalu jadi pecundang di kompetisi Eropa.
Kedatangan Enrique seperti menjadi arsitek awal dinasti baru bagi PSG. Pelatih yang membawa Barcelona juara Liga Champions edisi 2014-2015 itu tak sekadar mengumpulkan bintang.
‘’Tujuan utama saya sebagai pelatih sejak saya datang ke PSG adalah mengisi lemari trofi. Hanya satu trofi yang belum lengkap. Kini kami memenuhi ambisi itu dan besok akan membawanya pulang,’’ tutur Enrique dalam jumpa pers usai laga.
Enrique tampak emosional saat penyerahan trofi. Air matanya terlihat mengalir mendengarkan namanya dielu-elukan pendukung PSG.
Makin terlihat mengharukan ketika fans PSG membentangkan banner raksasa yang dilengkapi dengan gambar diri Enrique bersama mendiang putrinya. Xana. Ya, Xana meninggal dunia pada 2019 lalu di usia 9 tahun karena serangan kanker.
‘’Itu membuat saya emosional. Sangat indah bahwa supporter berpikir tentang saya dan keluarga saya. Tapi saya tak perlu memenangi Liga Champions atau satu laga untuk mengenang putri saya,’’ ujar Enrique.
‘’Dia selalu bersama saya, mendukung saya dan keluarga. Saya rasakan kehadirannya di sini,’’ tambah Enrique.(*)