LEGENDA RING TINJU: George Foreman dalam peluncuran film biografinya ''Big George Foreman'' Mei 2025. (NETFLIX)
METROTODAY, LOS ANGELES – Kabar duka menyelimuti dunia tinju internasional. Salah satu legenda terbesarnya, George Foreman, dikabarkan meninggal dunia dalam usia 76 tahun.
Berita duka tersebut pertama kali disampaikan melalui instagram oleh keluarga dekatnya. ”Dengan rasa duka mendalam, kami mengumumkan kepergian yang kami cintai George Edward Foreman Sr, meninggalkan kita dengan damai pada 21 Maret 2025 (waktu setempat), dikelilingi orang-orang tercintanya,” demikian unggahan dalam akun instagram resmi sang legenda.
Petinju yang mendapatkan julukan Big George itu lahir di Texas pada 10 Januari 1949 dan tumbuh besar di Houston. Sempat terjebak dalam berbagai masalah kenakalan di masa mudanya, dia menemukan jalan suksesnya di tinju profesional yang pertama kali dilakoninya sejak usia 16 tahun.
Lekat dengan sebutan petinju dengan pukulan mengerikan, Foreman pertama kali mencuri perhatian dunia saat meraih medali emas Olimpiade 1968, setelah menghentikan perlawanan Jonas Čepulis.
Kesuksesan itu menjadi awal dari perjalanan luar biasa dalam karier profesionalnya. Foreman mencapai puncak kejayaan di dunia tinju pada 1973, ketika ia merebut gelar juara dunia kelas berat dengan cara brutal. Sebagai underdog, Foreman justru mendominasi sang juara Joe Frazier. Foreman menjatuhkannya enam kali sebelum wasit akhirnya menghentikan laga.
Namun, kejayaan Foreman tidak bertahan lama. Tahun 1974, dalam laga bersejarah “Rumble in the Jungle” di Zaire (Kenya), dia bertarung dengan legenda tinju lainnya, Muhammad Ali. Foreman yang diunggulkan justru menjadi korban taktik Ali yang brilian.
Foreman kehabisan stamina dan tersungkur di ronde kedelapan, kekalahan yang mengguncang kariernya. Meski bangkit dengan kemenangan epik atas Ron Lyle, kekalahan dari Jimmy Young pada 1977 membuatnya mengambil keputusan pensiun untuk pertama kali.
Jalan religius diambilnya setelah itu. Dia tampil sebagai penyampai injil dan pendeta. Jalan itu, mengubah kepribadiannya yang penuh amarah menjadi sosok yang lebih tenang.
Namun, pada 1987, ia membuat keputusan yang menghentak duni tinju profesional. Big George mengumumkan: kembali ke ring tinju di usia 38 tahun. Dalam comeback-nya, Foreman membuktikan bahwa kekuatan pukulannya masih bertahan.
Pada 1991, dia bertarung sengit menghadapi sang juara dunia Evander Holyfield. Kekalahan dia dapatkan tanpa banyak basa-basi. Meski demikian, dia menunjukkan ketangguhan luar biasa menghadapi lawan yang lebih muda.
Keajaiban justru terjadi pada 1994, ketika Foreman menghadapi Michael Moorer untuk memperebutkan gelar juara dunia. Di usia yang mencapai 45 tahun kala itu, dia tampak kesulitan mengimbangi Moorer di sembilan ronde pertama.
Namun, di ronde kesepuluh, satu pukulan kerasnya merobohkan Moorer. Foreman pun menjadi juara dunia kelas berat tertua dalam sejarah. Rekor yang bakal sulit terlampaui saat ini. (*)
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
Tim gabungan Universitas Airlangga (Unair) yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan,…
This website uses cookies.