Warung Kopi Kong Djee di Belitung Timur cukup legendaris. Budaya ngopi di sana berakar kuat dan merebak kemana-mana. Foto : capture hello_bannikim
METROTODAY, Belitung Timur,– Belitung Timur bukanlah wilayah penghasil kopi. Namun demikian, budaya nyeruput kopi justru tumbuh dan berkembang di sana. Jangan heran bila Belitung Timur mendapat julukan unik : Kota 1001 Warung Kopi.
Budaya nyeruput Kopi di Belitung Timur dipopulerkan para pekerja tambang timah di kawasan itu.
Para pekerja tambang timah di sana rata-rata adalah pekerja dari Tiongkok yang sudah beranak pinak di wilayah itu.
Jangan heran apabila populasi keturunan Tionghoa di sana demikian banyak, bahkan mencapai 30 persen dari jumlah penduduk. Tak ayal, akulturasi dengan budaya lokal terjadi di sana.
Para pekerja tambang itu umumnya ngopi terlebih dahulu sebelum bekerja. Mereka mulai berduyun-duyun ke wilayah tambang mulai pukul 07.00. Saat istirahat siang, mereka kembali ngopi. Demikian halnya saat pulang.
Usia budaya ngopi di Belitung Timur diperkirakan sudah lebih seabad.
Rasa kopi Belitung Timur sangat khas. Mulanya bubuk kopi diseduh dalam panci besar. Kemudian dituangkan ke dalam teko alumunium. Akan lebih nikmat, apabila kopi disajikan dengan susu kental manis.
Ada beberapa kedai kopi terkenal di Belitung Timur. Ada warung kopi Kong Djee. Sangat legendaris warung tersebut sudah berdiri sejak 1943. Ada juga Toko Kopi A Kiong yang sudah ada sejak 1969. Yang tak kalah populer adalah warung Kopi Atet.
Warung Kopi Kong Djee kini sudah membuka usaha di banyak kota. Namun, demikian di Belitung Timur desain vintage Toko Kopi Kong Djee tetap dipertahankan. Teko-teko kopi tetap dijajar di jendela toko. Seolah mengudang siapa saja untuk mampir sejenak dan nyeruput kopi.
Kendati tambang timah sudah mulai tutup sejak kurun waktu 1990 an, namun budaya ngopi ala Belitung Timur tak lantas sirna.
Justru budaya ngopi ala Belitung Timur berkembang dan naik kelas. Ngopi tidak lagi budaya para pekerja tambang. Namun, justru meluas ke berbagai kalangan.
Ngopi bukan lagi cara para pekerja melepas lelah setelah setengah hari membanting tulang dan memeras keringat. Di Belitung Timur, ngopi adalah upaya melepas penat, silaturahmi dan membincangkan banyak hal.
Budaya ngopi ala Belitung Timur kini juga berkembang menjadi jujukan pariwisata. Tidak sedikit para pelancong yang datang dari berbagai kota di Indonesia sekaligus merasakan nikmatnya nyeruput kopi di Belitung Timur. Saat pulang, mereka juga membawa kopi bubuk sebagai oleh-oleh kepada handai taulan.
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAMÂ sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.