METROTODAY, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan likuiditas pasar yang memadai.
Penegasan ini muncul di tengah dinamika pasar keuangan, baik global maupun domestik, yang sempat tertekan oleh aksi demonstrasi dan gejolak politik.
BI memastikan pergerakan Rupiah akan tetap sejalan dengan nilai fundamentalnya melalui mekanisme pasar yang sehat.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI, Erwin Gunawan Hutapea, menyatakan bahwa BI akan terus hadir di pasar untuk meredam gejolak yang tidak wajar.
Langkah stabilisasi yang dilakukan BI ada beberapa cara. Meliputi intervensi di Pasar Valas dengan melakukan intervensi di pasar off-shore melalui transaksi non-deliverable forward (NDF) dan di pasar domestik melalui transaksi spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF).
Selain itu juga melakukan pengelolaan untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan. BI membuka akses likuiditas melalui transaksi repo, fx swap, pembelian Surat Berharga Negara (SBN), serta fasilitas pinjaman (lending/financing facility).
Langkah ini penting agar perbankan dapat menjalankan fungsi intermediasi dengan baik dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Pada pembukaan perdagangan Senin, 1 September 2025, Rupiah sempat menguat tipis ke level Rp16.472 per dolar AS. Namun, para ekonom menilai sentimen negatif dari ketegangan sosial dan politik di dalam negeri turut memengaruhi pelemahan Rupiah dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Menurut ekonom dan pengamat, gelombang protes di berbagai daerah menjadi salah satu faktor yang menekan pasar. IHSG anjlok 3% pada pembukaan perdagangan dan merosot hingga 3,55%, dengan seluruh sektor saham memerah.
Meskipun demikian, kehadiran BI di pasar diharapkan mampu meredam volatilitas dan menjaga kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. (red)