METROTODAY, SIDOARJO – Maraknya tren belanja online membuat pusat perbelanjaan di Kabupaten Sidoarjo mulai mengalami penurunan jumlah pengunjung. Mal yang dulu menjadi destinasi utama warga untuk berbelanja atau sekadar mencari hiburan kini tampak semakin sepi, bahkan di akhir pekan yang biasanya ramai.
Berdasarkan pantauan Metrotoday.id pada Kamis (21/8), sejumlah tenant mengeluhkan berkurangnya aktivitas jual beli. Kemudahan bertransaksi melalui aplikasi, promo besar-besaran, hingga layanan pengantaran cepat via kurir membuat konsumen lebih memilih berbelanja secara online daripada datang langsung ke toko atau mal.
Kondisi ini dirasakan langsung oleh Nazwa, 19, pegawai salah satu tenant fashion di sebuah mal di pusat kota Sidoarjo. Ia mengaku mengalami penurunan pengunjung yang sangat berdampak pada pekerja ritel.
“Kalau dulu weekend bisa ramai banget, sekarang sering sepi. Kadang sehari cuma ada beberapa pembeli saja. Target penjualan pun sering nggak tercapai,” kata Nazwa.
Meski demikian, ia berharap mal tetap bisa bertahan dengan melakukan inovasi. “Menurut saya, mall perlu bikin event, promo khusus, atau menghadirkan hiburan biar orang tertarik datang lagi. Kalau tidak, makin lama pengunjung bisa terus berkurang dan kami pegawai yang paling merasakan dampaknya,” tambahnya.
Pengamat ekonomi menilai, meskipun belanja online tak bisa dibendung, pusat perbelanjaan masih memiliki peluang untuk bertahan. Kuncinya, mal dituntut bertransformasi bukan hanya sebagai tempat belanja, tetapi juga ruang hiburan, rekreasi, dan gaya hidup.
Jika tidak ada langkah strategis, penurunan ini dikhawatirkan akan membuat sejumlah tenant di Sidoarjo kesulitan bertahan, bahkan terancam menutup usahanya.
Director Mitra Adiperkasa (MAP), Handaka Santosa optimistis, belanja online alias e-commerce tak akan mematikan bisnis mal atau pusat perbelanjaan. Justru, menurut dia, meski e-commerce makin menjamur, bisnis mal masih akan memiliki prospek positif.
“Penjualan online secara masif bukan masalah karena sampai sekarang pun 10 persen itu maksimum yang paling tinggi di-online, tapi tetap offline-nya tetap tinggi,” kata Handaka dikutip dari CNBC.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Merek Global Indonesia (Apregindo) ini menambahkan, nasib mal ke depan masih akan tetap baik. Terlebih, barang-barang yang dijual oleh gerai di mal merupakan barang legal. (ervin/red)