Gempuran Produk Impor dan Efisiensi Anggaran Bikin Usaha Konveksi Surabaya Kolaps, Berharap Bangkit di 2026

METROTODAY, SURABAYA – Industri konveksi di Kota Pahlawan tengah menghadapi masa-masa terberat. Gempuran produk impor melalui marketplace, ditambah kebijakan efisiensi anggaran di berbagai sektor, membuat pesanan merosot tajam hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu.

“Pesanan sekarang lebih banyak ke apparel kaos, belum ke segmen fashion stylish yang banyak diimpor,” ujar Mustika Wulandari, salah satu pelaku usaha konveksi di Surabaya, Senin (11/8).

Menurutnya, order yang masuk didominasi jersey dan kaos sablon, mayoritas berasal dari instansi dan sekolah. Namun, efisiensi anggaran membuat proses pemesanan semakin berbelit.

MENURUN: Pesanan pada sejumlah pelaku usaha di Surabaya mengalami penurunan karena imbas dari hantaman impor dan efisiensi anggaran. (Foto: istimewa)

“Contohnya seragam dinas, pencairannya bisa dua bulan. Anggaran harus siap dulu baru pesan. Kalau tidak, ya menunggu di e-katalog,” jelasnya.

Sektor perhotelan yang sebelumnya menjadi pasar potensial juga lesu. Tren pembelian di kawasan kota lama pun belum menunjukkan perbaikan.

“Pesanan konveksi perhotelan lagi seret, trennya belum stabil,” tambahnya.

Mustika menyebutkan, untuk saat ini orderan yang paling banyak datang justru dari jersey dan tumbler. Beberapa pesanan mulai berdatangan untuk bulan Agustus, namun belum signifikan.

Pelaku usaha berharap tahun depan menjadi titik balik. “Perkiraan bisa kembali bangkit lagi tahun depan,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Industri konveksi di Kota Pahlawan tengah menghadapi masa-masa terberat. Gempuran produk impor melalui marketplace, ditambah kebijakan efisiensi anggaran di berbagai sektor, membuat pesanan merosot tajam hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu.

“Pesanan sekarang lebih banyak ke apparel kaos, belum ke segmen fashion stylish yang banyak diimpor,” ujar Mustika Wulandari, salah satu pelaku usaha konveksi di Surabaya, Senin (11/8).

Menurutnya, order yang masuk didominasi jersey dan kaos sablon, mayoritas berasal dari instansi dan sekolah. Namun, efisiensi anggaran membuat proses pemesanan semakin berbelit.

MENURUN: Pesanan pada sejumlah pelaku usaha di Surabaya mengalami penurunan karena imbas dari hantaman impor dan efisiensi anggaran. (Foto: istimewa)

“Contohnya seragam dinas, pencairannya bisa dua bulan. Anggaran harus siap dulu baru pesan. Kalau tidak, ya menunggu di e-katalog,” jelasnya.

Sektor perhotelan yang sebelumnya menjadi pasar potensial juga lesu. Tren pembelian di kawasan kota lama pun belum menunjukkan perbaikan.

“Pesanan konveksi perhotelan lagi seret, trennya belum stabil,” tambahnya.

Mustika menyebutkan, untuk saat ini orderan yang paling banyak datang justru dari jersey dan tumbler. Beberapa pesanan mulai berdatangan untuk bulan Agustus, namun belum signifikan.

Pelaku usaha berharap tahun depan menjadi titik balik. “Perkiraan bisa kembali bangkit lagi tahun depan,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/