Joko Tingkir: Aplikasi Peringatan Tsunami Ramah Tunanetra Karya Unesa

METROTODAY, SURABAYA – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali menghadirkan inovasi teknologi yang berpihak pada kelompok rentan.

Kali ini, tim peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) merancang Joko Tingkir, aplikasi peringatan dini tsunami berbasis Android yang ramah bagi penyandang tunanetra.

Ketua tim peneliti, Madlazim, menjelaskan bahwa aplikasi ini dibangun dengan prinsip kesederhanaan dan inklusivitas.

Selain menampilkan elemen visual dengan kontras tinggi bagi pengguna low vision, Joko Tingkir juga mendukung navigasi berbasis suara untuk tunanetra total.

“Pengguna dapat langsung mengakses informasi dasar dan panduan di layar awal. Notifikasi suara akan memandu secara real-time, sementara elemen sentuh di layar kompatibel dengan teknologi screen reader,” terangnya, Sabtu (9/8).

Tangkapan layar model aplikasi Joko Tingkir di Google Play Store. (Foto: Istimewa)

Aplikasi ini mengirimkan peringatan gempa dan potensi tsunami melalui notifikasi suara, getaran, dan tampilan visual.

Getaran dipakai sebagai sinyal tambahan, memastikan pengguna dapat merasakan tanda bahaya secara langsung.

Madlazim menyebut, Joko Tingkir merupakan pengembangan dari versi sebelumnya yang hanya ditujukan untuk masyarakat umum.

“Model terbaru ini sepenuhnya ramah bagi penyandang tunanetra,” ujarnya.

Data gempa diambil dari layanan FDSNWS (Federated Data Service Network Web Services).

Jika terdeteksi potensi tsunami, aplikasi akan mengirimkan peringatan lengkap dengan estimasi dampak.

Tjipto Prastowo, anggota tim riset, menambahkan bahwa Joko Tingkir tidak sekadar memberi peringatan dini, tetapi juga menyediakan edukasi kebencanaan yang inklusif.

Uji coba melibatkan langsung penyandang tunanetra, dan pembaruan terbaru akan segera dirilis di Play Store.

Riset ini mendapat dukungan BMKG dan akan dipublikasikan di jurnal Eureka: Physics and Engineering (Q3) pada November 2025.

Inovasi ini diharapkan menjadi langkah penting dalam menjembatani kesenjangan akses informasi bencana bagi penyandang disabilitas, sekaligus meningkatkan keselamatan kelompok rentan. (ahm)

 

METROTODAY, SURABAYA – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali menghadirkan inovasi teknologi yang berpihak pada kelompok rentan.

Kali ini, tim peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) merancang Joko Tingkir, aplikasi peringatan dini tsunami berbasis Android yang ramah bagi penyandang tunanetra.

Ketua tim peneliti, Madlazim, menjelaskan bahwa aplikasi ini dibangun dengan prinsip kesederhanaan dan inklusivitas.

Selain menampilkan elemen visual dengan kontras tinggi bagi pengguna low vision, Joko Tingkir juga mendukung navigasi berbasis suara untuk tunanetra total.

“Pengguna dapat langsung mengakses informasi dasar dan panduan di layar awal. Notifikasi suara akan memandu secara real-time, sementara elemen sentuh di layar kompatibel dengan teknologi screen reader,” terangnya, Sabtu (9/8).

Tangkapan layar model aplikasi Joko Tingkir di Google Play Store. (Foto: Istimewa)

Aplikasi ini mengirimkan peringatan gempa dan potensi tsunami melalui notifikasi suara, getaran, dan tampilan visual.

Getaran dipakai sebagai sinyal tambahan, memastikan pengguna dapat merasakan tanda bahaya secara langsung.

Madlazim menyebut, Joko Tingkir merupakan pengembangan dari versi sebelumnya yang hanya ditujukan untuk masyarakat umum.

“Model terbaru ini sepenuhnya ramah bagi penyandang tunanetra,” ujarnya.

Data gempa diambil dari layanan FDSNWS (Federated Data Service Network Web Services).

Jika terdeteksi potensi tsunami, aplikasi akan mengirimkan peringatan lengkap dengan estimasi dampak.

Tjipto Prastowo, anggota tim riset, menambahkan bahwa Joko Tingkir tidak sekadar memberi peringatan dini, tetapi juga menyediakan edukasi kebencanaan yang inklusif.

Uji coba melibatkan langsung penyandang tunanetra, dan pembaruan terbaru akan segera dirilis di Play Store.

Riset ini mendapat dukungan BMKG dan akan dipublikasikan di jurnal Eureka: Physics and Engineering (Q3) pada November 2025.

Inovasi ini diharapkan menjadi langkah penting dalam menjembatani kesenjangan akses informasi bencana bagi penyandang disabilitas, sekaligus meningkatkan keselamatan kelompok rentan. (ahm)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/