METROTODAY, SURABAYA – Surabaya kembali menjadi pusat perhatian dengan hadirnya pameran lukisan Mulanira. Pameran lukisan ini tidak hanya sebuah perhelatan seni yang mengajak kita menyelami kembali akar budaya dan kekayaan alam Nusantara.
Pameran ini bukan sekadar pajangan, melainkan ajakan untuk merenung betapa kekayaan negeri Indonesia dari warisan leluhur hingga keindahan alam yang tak ada habisnya. Mulanira digelar di Lobby La Lisa Hotel, Surabaya hingga 26 Juli mendatang.
Menurut ketua pameran Edy Marga, Mulanira berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti asal mula, merepresentasikan permulaan dari segala sesuatu dalam kehidupan.
Dalam konteks pameran ini, Mulanira diinterpretasikan sebagai ajakan untuk kembali menghargai nilai-nilai keragaman budaya dan tradisi, kekayaan peninggalan bersejarah, serta keindahan flora dan fauna Nusantara.
“Di pameran ini, saya mengumpulkan karya-karya pelukis yang memiliki nilai keunikan tradisi dan budaya, estetika peninggalan bersejarah, hingga kekayaan alam di Nusantara,” ujarnya, Sabtu (19/7).
Pameran ini menampilkan 17 lukisan dari 17 pelukis berbakat yang berasal dari berbagai kota di Jawa Timur, seperti Surabaya, Gresik, Pamekasan, Sampang, Lamongan, Tuban, dan Kediri.

Marga menyebut setiap lukisan memiliki ukuran bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 1 meter, dengan ciri dan gaya khas masing-masing seniman, mulai dari realis, ekspresionis, dekoratif, hingga abstraktif.
“Penyelenggaraan pameran di La Lisa Hotel ini menjadi wujud sinergi yang baik antara pihak hotel dan para seniman. Para seniman mendapatkan ruang pameran yang representatif dan strategis di tengah kota, memungkinkan karya mereka dijangkau oleh lebih banyak penikmat seni,” tuturnya.
Selain mengapresiasi, pengunjung dan tamu hotel juga memiliki kesempatan untuk mengoleksi atau membeli lukisan-lukisan yang dipamerkan.
Pameran ini terbuka untuk umum dan mengundang seluruh lapisan masyarakat untuk menikmati karya seni yang sarat makna.
General Manager La Lisa Hotel menegaskan komitmennya dalam mendukung seniman lokal. Sebagai bentuk keberlanjutan ekosistem seni di Indonesia.
“Ini sebagai bentuk kami menunjukkan dukungan penuh terhadap keberlanjutan ekosistem seni di Indonesia. Nantinya hasil penjualan lukisan seratus persen akan diserahkan kepada pelukis,” pungkasnya. (ahm)