METROTODAY, SURABAYA – Video viral seorang anak menitipkan ibunya warga Perlis, Pabean Cantian Surabaya, ke Griya Lansia di Malang karena himpitan ekonomi membuat Pemkot Surabaya turun tangan merespons permasalahan warganya.
Camat Pabean Cantian, Muhammad Januar Rizal, menjelaskan bahwa kasus tersebut tidak sesederhana yang viral di media sosial. Ia menegaskan bahwa anak ketiga Siti Fatimah tidak memiliki niat untuk menelantarkan ibunya.
“Sebenarnya tidak ada niatan ditelantarkan oleh anaknya. Tetapi, karena keterbatasan untuk merawat, anaknya memilih menitipkan ibunya ke tempat yang lebih baik,” terang Rizal, Kamis (17/7).
Rizal menambahkan, selama ini pihak kecamatan dan kelurahan senantiasa berkoordinasi dengan RW dan RT untuk memberikan perhatian kepada lansia sebatangkara. Dalam kejadian ini anaknya sebenarnya sudah berupaya merawat ibunya.
“Ibu tersebut sebelumnya, dua tahun terakhir, tinggal di Madura. Baru satu bulan terakhir ini tinggal bersama anaknya di Perlis,” jelasnya.
Lukman yang berprofesi serabutan dan menumpang di rumah sepupunya, merasa kewalahan merawat ibunya sendirian, apalagi dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Sementara, saudara-saudaranya yang lain tersebar di Kalimantan dan Madura.
Menurut Rizal, Lukman hanya ingin ibunya mendapatkan perawatan yang lebih layak dan tidak bermaksud menelantarkan.
“Sebenarnya ibu ini termasuk dalam kategori keluarga miskin dan telah menerima Program Keluarga Harapan (PKH) serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) berupa beras dari Bulog. Kemudian, untuk permakanan juga disediakan oleh warga sekitar lewat program Kampung Madani,” terang Rizal.
Terkait dengan Griya Lansia Malang, pihaknya telah melakukan klarifikasi langsung dengan pengurus terkait kondisi Siti.
“Tadi kami juga sempat mengklarifikasi terkait berita yang muncul, saya juga telepon Pak Arif (pihak Griya Lansia) bersama anaknya bahwa di sana memang perawatannya sangat luar biasa. Saya matur nuwun kepada pihak Griya Lansia bahwa sudah membantu warga kami,” terangnya
Ia juga mengonfirmasi bahwa informasi yang viral mengenai larangan menjenguk dan tidak ada pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat adalah tidak benar.
“Kalau menjenguk silakan setiap bulan, dua bulan tidak masalah. Dan kalau misalnya ada kejadian apapun misalnya atau sakit atau apa, nanti bisa disampaikan kepada pihak keluarga. Apa yang disampaikan di media sosial itu mungkin peringatan untuk anak-anak agar tidak menelantarkan orang tuanya,” jelasnya.
Untuk mengatasi permasalahan tempat tinggal, Pemkot Surabaya menawarkan solusi kepada LH berupa penyewaan rumah kontrakan selama beberapa waktu. Hal ini dilakukan agar bisa dirawat kembali oleh anaknya dan dekat dengan keluarga.
“Tadi saya berusaha untuk menawarkan ke anaknya, saya sediakan kos-kosan, saya kontrakkan. Dalam satu bulan ini saya kontrakkan terlebih dahulu supaya apa? Supaya lepas dari rumahnya sepupunya,” kata Rizal.
Namun, keputusan untuk membawa kembali ke Surabaya tetap berada di tangan LH dan keluarga. “Kami memfasilitasi, kami sudah siapkan akomodasi, transportasi, tinggal kalau anaknya mau bersedia, saya berangkat,” ujarnya.
Mengenai penempatan lansia tersebut di Griya Werda Surabaya, Rizal menyampaikan bahwa fasilitas tersebut diutamakan untuk lansia sebatangkara. Apabila lansia masih memiliki anak, tanggung jawab utama tetap ada pada anaknya.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Walikota (Perwali) Surabaya Nomor 120 Tahun 2021 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Griya Wreda dan Lingkungan Pondok Sosial Kusta Babat Jerawat Pada Dinas Sosial Kota Surabaya Pasal 5A, yang menjelaskan bahwa layanan terhadap pria/wanita lansia warga Surabaya yang tidak mampu/miskin, terlantar dan tidak mempunyai keluarga.
Melihat fenomena ini, Januar Rizal berharap agar masyarakat, khususnya warga di wilayah Tanjung Perak dan Pabean Cantian, senantiasa berkoordinasi dengan RT, RW, untuk kasus-kasus serupa.
“Kami selalu menyampaikan kepada pihak keluarga, di mana-mana tidak ada namanya bekas orang tua. Yang ada adalah orang tua,” pungkasnya. (ahm)