31.9 C
Surabaya
16 July 2025, 16:10 PM WIB

BMKG Prediksi Fenomena Bediding Berlanjut Hingga September, Puncak Dingin di Agustus

METROTODAY, MALANG – Bagi warga Malang Raya dan sekitarnya, siapkan jaket tebal dan selimut ekstra! Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Timur memperkirakan fenomena suhu dingin ekstrem yang dikenal sebagai bediding akan terus melanda hingga September 2025.

Bahkan, puncaknya diprediksi terjadi pada bulan Agustus dengan suhu yang lebih menusuk.

Prakirawan BMKG Staklim Jawa Timur, Linda Firotul, di Malang, menjelaskan bahwa fenomena bediding ini dipicu oleh kemunculan angin timuran.

“Bediding ini diakibatkan karena saat ini berada di musim kemarau dengan ditandai adanya dominasi angin timuran yang bersifat kering dan dingin. Fenomena ini biasa terjadi pada bulan Juli sampai September 2025,” kata Linda.

Angin timuran ini kemudian ditunjang oleh kondisi langit yang cerah. Kondisi langit tanpa awan inilah yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari, membuat suhu terasa semakin dingin.

Linda juga menambahkan bahwa meskipun prakiraan awal kemarau jatuh pada April, Mei, dan Juni, beberapa wilayah justru sempat diguyur hujan.

Hal ini terjadi akibat gangguan atmosfer seperti gelombang rossby, kelvin, dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berakibat mundurnya musim kemarau di beberapa daerah.

“Kalau di Malang Raya, kemarau sekitar Mei dasarian III sampai Juni dasarian I,” ujarnya.

Cuaca hujan yang sempat terjadi di beberapa daerah tersebut pada akhirnya membuat suhu udara yang dirasakan menjadi lebih dingin.

“Karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari,” jelas Linda.

Ia menambahkan bahwa rata-rata suhu udara minimum di Malang Raya selama 30 tahun terakhir (1991-2020) berkisar antara 17-20 derajat Celsius.

Khusus untuk Malang Raya, Linda membeberkan bahwa suhu udara paling minim saat ini berkisar antara 16 derajat Celsius hingga 20 derajat Celsius.

Namun, masyarakat diimbau untuk bersiap menghadapi suhu yang lebih ekstrem pada Agustus, di mana puncak bediding diperkirakan terjadi. “(Suhu udara) antara 13 derajat sampai 15 derajat Celsius,” paparnya.

Sementara itu, untuk Juli 2025, suhu minimum berkisar 17-20 derajat Celsius dan suhu maksimal antara 26-28 derajat Celsius.

Fenomena bediding ini tidak hanya membawa hawa dingin, tetapi juga berpotensi menyebabkan terjadinya embun beku atau embun upas di wilayah dataran tinggi, khususnya pegunungan.

Salah satu lokasi yang sering mengalami fenomena ini adalah Ranupane, yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). “Itu bisa terjadi apabila langit cerah, angin tenang (tidak berhembus kencang), dan kelembapannya tinggi,” pungkas Linda. (red)

METROTODAY, MALANG – Bagi warga Malang Raya dan sekitarnya, siapkan jaket tebal dan selimut ekstra! Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Timur memperkirakan fenomena suhu dingin ekstrem yang dikenal sebagai bediding akan terus melanda hingga September 2025.

Bahkan, puncaknya diprediksi terjadi pada bulan Agustus dengan suhu yang lebih menusuk.

Prakirawan BMKG Staklim Jawa Timur, Linda Firotul, di Malang, menjelaskan bahwa fenomena bediding ini dipicu oleh kemunculan angin timuran.

“Bediding ini diakibatkan karena saat ini berada di musim kemarau dengan ditandai adanya dominasi angin timuran yang bersifat kering dan dingin. Fenomena ini biasa terjadi pada bulan Juli sampai September 2025,” kata Linda.

Angin timuran ini kemudian ditunjang oleh kondisi langit yang cerah. Kondisi langit tanpa awan inilah yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari, membuat suhu terasa semakin dingin.

Linda juga menambahkan bahwa meskipun prakiraan awal kemarau jatuh pada April, Mei, dan Juni, beberapa wilayah justru sempat diguyur hujan.

Hal ini terjadi akibat gangguan atmosfer seperti gelombang rossby, kelvin, dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berakibat mundurnya musim kemarau di beberapa daerah.

“Kalau di Malang Raya, kemarau sekitar Mei dasarian III sampai Juni dasarian I,” ujarnya.

Cuaca hujan yang sempat terjadi di beberapa daerah tersebut pada akhirnya membuat suhu udara yang dirasakan menjadi lebih dingin.

“Karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari,” jelas Linda.

Ia menambahkan bahwa rata-rata suhu udara minimum di Malang Raya selama 30 tahun terakhir (1991-2020) berkisar antara 17-20 derajat Celsius.

Khusus untuk Malang Raya, Linda membeberkan bahwa suhu udara paling minim saat ini berkisar antara 16 derajat Celsius hingga 20 derajat Celsius.

Namun, masyarakat diimbau untuk bersiap menghadapi suhu yang lebih ekstrem pada Agustus, di mana puncak bediding diperkirakan terjadi. “(Suhu udara) antara 13 derajat sampai 15 derajat Celsius,” paparnya.

Sementara itu, untuk Juli 2025, suhu minimum berkisar 17-20 derajat Celsius dan suhu maksimal antara 26-28 derajat Celsius.

Fenomena bediding ini tidak hanya membawa hawa dingin, tetapi juga berpotensi menyebabkan terjadinya embun beku atau embun upas di wilayah dataran tinggi, khususnya pegunungan.

Salah satu lokasi yang sering mengalami fenomena ini adalah Ranupane, yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). “Itu bisa terjadi apabila langit cerah, angin tenang (tidak berhembus kencang), dan kelembapannya tinggi,” pungkas Linda. (red)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/