METROTODAY, SURABAYA – Siapa bilang sampah kantong teh bekas tak berguna? Di tangan kreatif mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), ratusan kantong teh bekas itu justru bertransformasi menjadi karya seni lukis yang menakjubkan.
Aksi inovatif ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Teh Internasional, sekaligus memberikan warna baru dalam dunia pembelajaran.
Kepala Program Studi DKV Ubaya, Hedi Amelia Bella Cintya, M.Ds., mengungkapkan bahwa kegiatan perkuliahan mata kuliah Colored Drawing ini bertujuan untuk mengenalkan media lukis alternatif yang unik dan tentunya ramah lingkungan.
Bayangkan saja, sebanyak 113 kantong teh bekas berukuran mungil (5 x 6 cm) berhasil diolah menjadi lukisan-lukisan detail dalam waktu kurang dari tiga jam oleh para mahasiswa yang penuh semangat.
“Kami ajak mahasiswa untuk berkreasi menggunakan berbagai media, salah satunya kantong teh bekas. Selain itu, mereka juga diajak mengenali negara-negara penghasil teh terbesar di dunia seperti India, Inggris, China, dan Indonesia,” jelas Hedi di kampus Ubaya, Selasa (20/5).
Melukis di atas permukaan kantong teh yang tipis tentu bukan perkara mudah. Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran ekstra.
Hedi menjelaskan bahwa mahasiswa diarahkan untuk menggunakan cat akrilik dan cat gouache serta kuas berukuran kecil agar dapat menghasilkan detail lukisan yang memukau.
“Karena medianya kecil dan tipis, dibutuhkan ketelitian dan kreativitas ekstra. Ini sekaligus melatih kesabaran mahasiswa dalam berkarya,” ujarnya.
Tak hanya berhenti pada kegiatan melukis, para mahasiswa DKV Ubaya ini juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.
Sisa serbuk teh dari kantong bekas yang mereka gunakan dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman di lingkungan kampus. Sebuah praktik daur ulang yang patut diacungi jempol!
“Kami ajak mahasiswa mengumpulkan kantong teh yang telah dipakai. Serbuk teh yang tersisa kami manfaatkan untuk pupuk tanaman. Ini bagian dari kegiatan pembelajaran di luar kelas,” tutur Hedi.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas mahasiswa, dosen pengampu mata kuliah memberikan nilai tertinggi bagi tiga karya terbaik dari masing-masing tema negara penghasil teh.
Karya-karya terpilih ini juga dipamerkan untuk memberikan kesempatan bagi para mahasiswa unjuk gigi. Sementara karya lainnya dapat dibawa pulang sebagai kenang-kenangan atau bahkan dimanfaatkan sebagai pembatas buku yang unik.
“Tiga karya terbaik kami beri nilai A dan dipamerkan sebagai bentuk penghargaan. Sisanya bebas dibawa pulang oleh mahasiswa,” kata Hedi.
Salah satu mahasiswa yang ikut dalam kegiatan ini, Eunika Obedient Djuwari, mengaku mendapatkan tema budaya teh di China. Ia memilih untuk melukis momen menikmati teh lengkap dengan kue bulan khas Tionghoa.
“China punya budaya minum teh yang kuat. Saya tambahkan kue bulan karena itu bagian dari tradisi mereka saat menyajikan teh,” ungkap Eunika antusias.
Kegiatan kreatif yang dilakukan mahasiswa Ubaya ini membuktikan bahwa ide inovatif bisa datang dari mana saja, bahkan dari limbah sehari-hari. Semoga aksi ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih kreatif dan peduli terhadap lingkungan sekitar. (*)