METROTODAY, JAKARTA – Untuk mengatasi maraknya budaya menyontek di kalangan pelajar, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti siap memperbaiki sistem dan pendekatan pembelajaran di sekolah.
Hal ini disampaikan Mendikdasmen Abdul Mu’ti saat konferensi pers Peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2024 & Penandatanganan Komitmen Bersama Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di Jakarta, Kamis (24/4).
“Masih tingginya angka menyontek itu atau kebiasaan menyontek, kami akan berusaha memperbaiki sistem dan pendekatan pembelajaran, dan juga orientasi pendidikan,” kata menteri dari Muhammadiyah ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pihaknya siap mengubah orientasi pendidikan agar tidak hanya menekankan pada aspek pencapaian nilai dan skor saja, melainkan menekankan pada penguatan pendidikan nilai dan karakter.
Mu’ti menyebutkan pihaknya sudah mulai menerapkan perubahan orientasi pendidikan tersebut dalam pelatihan guru yang belakangan sudah menitikberatkan pada cara menguatkan pendidikan nilai dan juga bimbingan konseling bagi para murid.
“Ini yang sudah mulai kami terapkan di dalam pelatihan guru, sudah mulai kami masukkan aspek penguatan pendidikan nilai dan juga bimbingan konseling bagi para murid,” imbuhnya.
Adapun salah satu perbaikan sistem dan pendekatan pembelajaran tersebut, lanjutnya, akan dimulai dengan penerapan pendekatan deep learning pada tahun ajaran 2025/2026.
Ia menerangkan pendekatan deep learning nantinya akan menekankan pada proses penemuan makna (meaning) dalam setiap materi yang dipelajari murid sehingga pada gilirannya dapat menjadi perilaku (behaving) atau melakukan apa yang dipelajari.
“Karena itu, Kemendikdasmen berusaha untuk memperbaiki bagaimana agar pembelajaran tidak sekedar menjadi proses transfer of knowledge yang menekankan pada aspek knowing,” kata Mu’ti.
Sebagai informasi, Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang diluncurkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan beberapa temuan yang menarik berkaitan dengan kondisi integritas pendidikan di Indonesia
Temuan pertama ialah dalam kejujuran akademik dimana kasus menyontek masih ditemukan pada 78 persen sekolah dan 98 persen kampus.
Dengan kata lain, menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah maupun kampus. Sementara untuk kasus plagiarisme, hasil SPI Pendidikan 2025 masih menemukan angka 43 persen pada kampus dan 6 persen pada sekolah. (*)