14 December 2025, 5:41 AM WIB

Syaiful Anam Kembali Pimpin JMSI Jatim, Musda di Surabaya Diwarnai FGD Soal AI dan Kerja Jurnalistik

METROTODAY, SURABAYA – Musyawarah Daerah (Musda) Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jawa Timur berlangsung hangat dan penuh dinamika.

Di akhir forum lima tahunan yang digelar di Crown Prince Hotel Surabaya, Kamis (27/11), para peserta secara aklamasi kembali mempercayakan tongkat kepemimpinan kepada Syaiful Anam untuk memimpin JMSI Jatim periode 2025–2030.

Pemilihan berlangsung cepat tanpa perdebatan panjang. Ketua sidang Musda, Machmud Suhermono, langsung mengetuk palu setelah seluruh peserta sepakat memilih Syaiful kembali menahkodai organisasi yang menaungi media siber di Jawa Timur itu.

“Terima kasih atas kepercayaan ini. Jika langkah kami benar, dukunglah. Jika keliru, mohon diingatkan,” ujar Syaiful dalam sambutan usai terpilih.

Syaiful menegaskan, periode kedua kepemimpinannya akan fokus pada penguatan kapasitas anggota, baik dari sisi manajemen perusahaan pers maupun kualitas konten jurnalistik.

Sidang memilih ketua JMSI Jatim yang dipimpin Machmud Suhermono (tengah) didampingi Saiful Anam dan Wijayanto. (Foto: Istimewa)

Ia juga menekankan pentingnya kaderisasi agar organisasi tetap segar dan berkelanjutan.

“Pergantian kepemimpinan lima tahunan itu sehat. Tapi kaderisasi bukan hanya soal ketua. Ini juga soal menyiapkan anggota baru dan memperbaiki yang lama. Semua demi organisasi yang lebih kuat,” tegasnya.

Sebelum memasuki agenda Musda, JMSI Jatim menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern”. Forum ini diikuti pengurus dan seluruh anggota JMSI se-Jatim.

Kepala Dinas Kominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin, membuka acara sekaligus mengingatkan bahwa teknologi kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligent) tidak boleh lepas dari kendali manusia.

“AI harus patuh pada kode etik jurnalistik. Akurasi, verifikasi, hak cipta, dan privasi tetap harga mati. AI itu alat bantu, bukan pengganti wartawan,” tegasnya.

Pakar komunikasi Untag Surabaya, Wahyu Kuncoro, menyebut dunia media kini menghadapi lompatan perubahan dari media konvensional, masuk era media sosial, dan kini dihantam gelombang AI.

“Kita seperti tidak siap. Kejahatan digital muncul, termasuk penyalahgunaan AI,” ujarnya.

Wahyu menjelaskan, AI bekerja dengan menyerap big data lalu mencari korelasi. Karena itu, ia menilai wartawan perlu memahami cara kerja teknologi agar tidak terjebak penggunaan yang keliru.

Ketua PWI Jatim yang juga Penasihat JMSI Jatim, Lutfil Hakim, memberikan peringatan keras.

Menurutnya, praktik memasukkan berita orang lain ke AI untuk diolah ulang menjadi konten baru merupakan tindakan yang “melanggar nurani jurnalistik”.

“Rasanya dosa. Jurnalisme itu kerja lapangan, bukan sekadar mengolah ulang data,” katanya.

Eko Pamuji, dosen UNESA dan Waketum JMSI Pusat, menambahkan bahwa media yang hanya menayangkan rilis tanpa kerja jurnalistik sejati juga tak layak disebut media profesional.

“Wartawan itu mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mempublikasikan berita. AI tidak bisa menggantikan proses itu,” tegasnya. (mt/red)

METROTODAY, SURABAYA – Musyawarah Daerah (Musda) Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jawa Timur berlangsung hangat dan penuh dinamika.

Di akhir forum lima tahunan yang digelar di Crown Prince Hotel Surabaya, Kamis (27/11), para peserta secara aklamasi kembali mempercayakan tongkat kepemimpinan kepada Syaiful Anam untuk memimpin JMSI Jatim periode 2025–2030.

Pemilihan berlangsung cepat tanpa perdebatan panjang. Ketua sidang Musda, Machmud Suhermono, langsung mengetuk palu setelah seluruh peserta sepakat memilih Syaiful kembali menahkodai organisasi yang menaungi media siber di Jawa Timur itu.

“Terima kasih atas kepercayaan ini. Jika langkah kami benar, dukunglah. Jika keliru, mohon diingatkan,” ujar Syaiful dalam sambutan usai terpilih.

Syaiful menegaskan, periode kedua kepemimpinannya akan fokus pada penguatan kapasitas anggota, baik dari sisi manajemen perusahaan pers maupun kualitas konten jurnalistik.

Sidang memilih ketua JMSI Jatim yang dipimpin Machmud Suhermono (tengah) didampingi Saiful Anam dan Wijayanto. (Foto: Istimewa)

Ia juga menekankan pentingnya kaderisasi agar organisasi tetap segar dan berkelanjutan.

“Pergantian kepemimpinan lima tahunan itu sehat. Tapi kaderisasi bukan hanya soal ketua. Ini juga soal menyiapkan anggota baru dan memperbaiki yang lama. Semua demi organisasi yang lebih kuat,” tegasnya.

Sebelum memasuki agenda Musda, JMSI Jatim menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern”. Forum ini diikuti pengurus dan seluruh anggota JMSI se-Jatim.

Kepala Dinas Kominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin, membuka acara sekaligus mengingatkan bahwa teknologi kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligent) tidak boleh lepas dari kendali manusia.

“AI harus patuh pada kode etik jurnalistik. Akurasi, verifikasi, hak cipta, dan privasi tetap harga mati. AI itu alat bantu, bukan pengganti wartawan,” tegasnya.

Pakar komunikasi Untag Surabaya, Wahyu Kuncoro, menyebut dunia media kini menghadapi lompatan perubahan dari media konvensional, masuk era media sosial, dan kini dihantam gelombang AI.

“Kita seperti tidak siap. Kejahatan digital muncul, termasuk penyalahgunaan AI,” ujarnya.

Wahyu menjelaskan, AI bekerja dengan menyerap big data lalu mencari korelasi. Karena itu, ia menilai wartawan perlu memahami cara kerja teknologi agar tidak terjebak penggunaan yang keliru.

Ketua PWI Jatim yang juga Penasihat JMSI Jatim, Lutfil Hakim, memberikan peringatan keras.

Menurutnya, praktik memasukkan berita orang lain ke AI untuk diolah ulang menjadi konten baru merupakan tindakan yang “melanggar nurani jurnalistik”.

“Rasanya dosa. Jurnalisme itu kerja lapangan, bukan sekadar mengolah ulang data,” katanya.

Eko Pamuji, dosen UNESA dan Waketum JMSI Pusat, menambahkan bahwa media yang hanya menayangkan rilis tanpa kerja jurnalistik sejati juga tak layak disebut media profesional.

“Wartawan itu mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mempublikasikan berita. AI tidak bisa menggantikan proses itu,” tegasnya. (mt/red)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait