14 December 2025, 13:36 PM WIB

BP BUMN Dorong Perguruan Tinggi Hasilkan Inovasi yang Dikomersialisasikan, Bukan Sekadar Pajangan

METROTODAY, SURABAYA – Badan Pengaturan Badan Usaha Milik Negara (BP BUMN) memperkuat kolaborasi dengan perguruan tinggi agar inovasi riset dan kualitas lulusan semakin selaras dengan kebutuhan industri nasional maupun global.

Hal ini ditegaskan saat Wakil Kepala BP BUMN, Tedi Bharata, menghadiri Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (21/11).

Tedi Bharata menyebut KPPTI bukan sekadar seremoni akademik, melainkan momentum strategis untuk menjembatani perguruan tinggi, industri, dan BUMN dalam satu ekosistem yang produktif.

Menurutnya, ada dua kepentingan utama BUMN terhadap perguruan tinggi: kualitas SDM dan relevansi inovasi.

“Kami ingin lulusan kampus bukan hanya pintar teori, tetapi punya kompetensi dan motivasi untuk langsung bekerja dan berkontribusi,” ucap Tedi saat meninjau ratusan karya inovasi dari berbagai universitas di expo KPPTI.

Namun, Tedi memberikan catatan penting bahwa banyak inovasi kampus masih berhenti di level prototipe dan belum menyentuh pasar.

“Saat saya berkeliling ke expo itu, pertanyaan saya ke mereka cukup sederhana. Apakah ini sudah dikomersialisasi belum? Sudah ada ekspor? Nilai tambahnya apa? Karena jika berhenti sebagai karya, inovasi hanya menjadi pajangan,” tegasnya.

Tedi mengapresiasi salah satu produk inovasi berbasis komoditas nilam dari Aceh yang telah diekspor ke Prancis.

Meski sudah masuk pasar internasional, produk tersebut masih harus melalui Malaysia sebagai hub ekspor, yang menurut Tedi menunjukkan masih ada ruang perbaikan dalam rantai nilai nasional.

BUMN seperti Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), lanjutnya, dapat berperan membantu standardisasi, akses pasar, serta percepatan komersialisasi produk unggulan kampus dan UMKM.

Tedi menegaskan ekosistem inovasi tidak akan tumbuh jika dunia industri hanya menjadi penonton dan kampus hanya menjadi penghasil ide. “Keduanya harus melekat, bukan sekadar bertemu di acara seperti ini,” sambungnya.

Menurutnya, KPPTI 2025 menjadi bukti bahwa komitmen kolaborasi mulai menguat yang melibatkan rektor, pemimpin lembaga pendidikan tinggi, dan pelaku industri dari berbagai sektor.

Tedi berharap KPPTI dapat menjadi agenda tahunan penting dalam peta inovasi nasional. Ia menegaskan, Indonesia membutuhkan lebih banyak praktik nyata, bukan hanya wacana.

“Kami ingin melihat inovasi yang dimanfaatkan, dikomersialisasikan, dan memberi dampak langsung bagi masyarakat dan industri,” paparnya.

KPPTI 2025 digelar selama tiga hari dan menghadirkan puluhan universitas, ratusan inovasi, serta sejumlah BUMN dan industri strategis yang terlibat dalam kerja sama riset, hilirisasi teknologi, hingga rekrutmen talenta.

“Dengan kerja bersama, kita bisa memperkuat pendidikan tinggi sekaligus mendorong kontribusi nyata bagi industri dan negara,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Badan Pengaturan Badan Usaha Milik Negara (BP BUMN) memperkuat kolaborasi dengan perguruan tinggi agar inovasi riset dan kualitas lulusan semakin selaras dengan kebutuhan industri nasional maupun global.

Hal ini ditegaskan saat Wakil Kepala BP BUMN, Tedi Bharata, menghadiri Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (21/11).

Tedi Bharata menyebut KPPTI bukan sekadar seremoni akademik, melainkan momentum strategis untuk menjembatani perguruan tinggi, industri, dan BUMN dalam satu ekosistem yang produktif.

Menurutnya, ada dua kepentingan utama BUMN terhadap perguruan tinggi: kualitas SDM dan relevansi inovasi.

“Kami ingin lulusan kampus bukan hanya pintar teori, tetapi punya kompetensi dan motivasi untuk langsung bekerja dan berkontribusi,” ucap Tedi saat meninjau ratusan karya inovasi dari berbagai universitas di expo KPPTI.

Namun, Tedi memberikan catatan penting bahwa banyak inovasi kampus masih berhenti di level prototipe dan belum menyentuh pasar.

“Saat saya berkeliling ke expo itu, pertanyaan saya ke mereka cukup sederhana. Apakah ini sudah dikomersialisasi belum? Sudah ada ekspor? Nilai tambahnya apa? Karena jika berhenti sebagai karya, inovasi hanya menjadi pajangan,” tegasnya.

Tedi mengapresiasi salah satu produk inovasi berbasis komoditas nilam dari Aceh yang telah diekspor ke Prancis.

Meski sudah masuk pasar internasional, produk tersebut masih harus melalui Malaysia sebagai hub ekspor, yang menurut Tedi menunjukkan masih ada ruang perbaikan dalam rantai nilai nasional.

BUMN seperti Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), lanjutnya, dapat berperan membantu standardisasi, akses pasar, serta percepatan komersialisasi produk unggulan kampus dan UMKM.

Tedi menegaskan ekosistem inovasi tidak akan tumbuh jika dunia industri hanya menjadi penonton dan kampus hanya menjadi penghasil ide. “Keduanya harus melekat, bukan sekadar bertemu di acara seperti ini,” sambungnya.

Menurutnya, KPPTI 2025 menjadi bukti bahwa komitmen kolaborasi mulai menguat yang melibatkan rektor, pemimpin lembaga pendidikan tinggi, dan pelaku industri dari berbagai sektor.

Tedi berharap KPPTI dapat menjadi agenda tahunan penting dalam peta inovasi nasional. Ia menegaskan, Indonesia membutuhkan lebih banyak praktik nyata, bukan hanya wacana.

“Kami ingin melihat inovasi yang dimanfaatkan, dikomersialisasikan, dan memberi dampak langsung bagi masyarakat dan industri,” paparnya.

KPPTI 2025 digelar selama tiga hari dan menghadirkan puluhan universitas, ratusan inovasi, serta sejumlah BUMN dan industri strategis yang terlibat dalam kerja sama riset, hilirisasi teknologi, hingga rekrutmen talenta.

“Dengan kerja bersama, kita bisa memperkuat pendidikan tinggi sekaligus mendorong kontribusi nyata bagi industri dan negara,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait