METROTODAY, SURABAYA – Studi terbaru dari Ecoton mengungkap bahwa udara di kota-kota besar Indonesia dipenuhi partikel mikroplastik dalam jumlah yang mengkhawatirkan.
Penelitian yang dilakukan pada Mei-Juli 2025 di 18 kota besar menunjukkan Jakarta Pusat memiliki tingkat paparan tertinggi, yaitu 37 partikel mikroplastik dalam dua jam.
Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, menjelaskan bahwa Polyethylene Terephthaleate (PET) menjadi komponen dominan dalam komposisi mikroplastik yang ditemukan.
“Temuan ini memperkuat bukti bahwa PET bersama polyethylene (PE) kini merupakan dua polimer yang paling luas penyebarannya dan masuk ke tubuh manusia melalui makanan, minuman, udara, serta serat tekstil yang terhirup,” ujarnya, Senin (17/11).
Penelitian lain menunjukkan bahwa manusia dapat menelan 39.000 hingga 52.000 partikel mikroplastik setiap tahun melalui makanan dan minuman. Koordinator Kampanye Ecoton, Alaika Rahmatullah, menambahkan bahwa paparan mikroplastik tidak hanya terbatas pada saluran pencernaan.
“Temuan kami juga memperlihatkan bahwa paparan tersebut tidak berhenti di saluran pencernaan, tetapi dapat mencapai jaringan seperti darah, paru-paru, dan plasenta. Bahkan, di cairan amnion (ketuban) telah tercemar mikroplastik,” jelas Alaika.
Ecoton menemukan partikel PET dan PE dalam berbagai jaringan tubuh manusia. Juru kampanye Ecoton, Jofany Ahmad Arianto, menyatakan bahwa hal ini sangat berbahaya bagi masyarakat dalam paparan jangka panjang.
“Ini akan sangat berbahaya bagi masyarakat dalam paparan jangka panjang. Plastik PET dan PE ini berasal dari kebiasaan masyarakat mengkonsumsi AMDK, kresek, sedotan, dan plastik sekali pakai lainnya. Ini juga berpotensi mengancam kesehatan bagi generasi masa depan,” ujar Jofany.
Pengujian biologis menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mengganggu fungsi sel dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular, gangguan metabolik, penurunan kesuburan, serta kanker.
Rafika Aprilianti menambahkan, mikroplastik bekerja ganda. Mereka mencederai sel dan sekaligus membawa racun. Kombinasi ini sangat berbahaya bagi kesehatan.
Untuk mengatasi masalah ini, Ecoton menyerukan intervensi kebijakan yang kuat dan terukur untuk mengendalikan produksi dan konsumsi plastik sekali pakai dengan melakukan pembatasan produksi dan penggunaan PET sekali pakai, penguatan implementasi Extended Producer Responsibility (EPR) hingga mendorong investasi dalam sistem isi ulang dan kemasan guna ulang. (ahm)

