14 December 2025, 5:22 AM WIB

Bahasa Indonesia Ukir Sejarah, Resmi Jadi Bahasa Kerja UNESCO untuk Pertama Kali

METROTODAY, SIDOARJO – Sejarah baru terukir bagi bangsa Indonesia. Untuk pertama kalinya, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kerja resmi dalam Sidang Umum UNESCO ke-43 yang digelar di Kota Samarkand, Uzbekistan, kemarin.

Momen bersejarah ini disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, yang mewakili Indonesia dalam forum internasional tersebut.

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja ke-10 UNESCO merupakan tindak lanjut dari Sidang Umum UNESCO ke-42 di Paris pada 20 November 2023, di mana seluruh delegasi secara konsensus menyetujui Resolusi 42 C/28.

Dengan keputusan ini, bahasa Indonesia kini sejajar dengan sembilan bahasa kerja dunia lainnya: Arab, Mandarin, Inggris, Prancis, Hindi, Italia, Portugis, Rusia, dan Spanyol.

Dalam pidatonya, Abdul Mu’ti membuka pernyataannya dengan pantun, sebuah tradisi lisan yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak tahun 2020.

“Bunga selasih mekar di taman, petik setangkai buat ramuan. Terima kasih saya ucapkan, atas kesempatan menyampaikan pernyataan,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti di hadapan peserta sidang.

Abdul Mu’ti menyampaikan apresiasi atas dukungan dari UNESCO dan seluruh negara anggota yang telah mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja. Ia menegaskan bahwa bahasa Indonesia telah lama menjadi simbol persatuan di tengah keberagaman bangsa.

“Bahasa Indonesia telah berfungsi sebagai jembatan kesatuan bagi lebih dari 17.000 pulau, 700 bahasa lokal, dan 1.300 etnik. Hari ini, bahasa Indonesia mengukuhkan eksistensinya di dunia internasional sebagai jembatan pengetahuan antarbangsa,” ungkapnya.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam dokumen, pidato, dan arsip resmi UNESCO menjadi langkah strategis untuk memperkuat diplomasi kebudayaan Indonesia di ranah global. Bahkan, bahasa Indonesia kini turut diabadikan di dinding batu “Tolerance Square” di Markas Besar UNESCO di Paris bersama sembilan bahasa dunia lainnya.

Dalam forum tersebut, Abdul Mu’ti juga menegaskan komitmen Indonesia terhadap pendidikan berkualitas dan perdamaian dunia, termasuk kepedulian terhadap situasi kemanusiaan di Gaza. Ia menegaskan bahwa Indonesia menyerukan perlindungan atas hak-hak manusia, pendidikan, dan warisan budaya yang terancam oleh konflik.

Abdul Mu’ti menutup pidatonya dengan pantun penuh makna perdamaian. “Dari Jakarta ke Samarkand, kota bersejarah nan menawan. Jika manusia bergandeng tangan, dunia indah penuh kedamaian,” tutupnya.

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja UNESCO tidak hanya menjadi pengakuan global atas kekayaan budaya dan identitas nasional, tetapi juga bukti bahwa Indonesia mampu berperan aktif dalam percaturan intelektual dan kebudayaan dunia. (amelia/red)

METROTODAY, SIDOARJO – Sejarah baru terukir bagi bangsa Indonesia. Untuk pertama kalinya, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kerja resmi dalam Sidang Umum UNESCO ke-43 yang digelar di Kota Samarkand, Uzbekistan, kemarin.

Momen bersejarah ini disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, yang mewakili Indonesia dalam forum internasional tersebut.

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja ke-10 UNESCO merupakan tindak lanjut dari Sidang Umum UNESCO ke-42 di Paris pada 20 November 2023, di mana seluruh delegasi secara konsensus menyetujui Resolusi 42 C/28.

Dengan keputusan ini, bahasa Indonesia kini sejajar dengan sembilan bahasa kerja dunia lainnya: Arab, Mandarin, Inggris, Prancis, Hindi, Italia, Portugis, Rusia, dan Spanyol.

Dalam pidatonya, Abdul Mu’ti membuka pernyataannya dengan pantun, sebuah tradisi lisan yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak tahun 2020.

“Bunga selasih mekar di taman, petik setangkai buat ramuan. Terima kasih saya ucapkan, atas kesempatan menyampaikan pernyataan,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti di hadapan peserta sidang.

Abdul Mu’ti menyampaikan apresiasi atas dukungan dari UNESCO dan seluruh negara anggota yang telah mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja. Ia menegaskan bahwa bahasa Indonesia telah lama menjadi simbol persatuan di tengah keberagaman bangsa.

“Bahasa Indonesia telah berfungsi sebagai jembatan kesatuan bagi lebih dari 17.000 pulau, 700 bahasa lokal, dan 1.300 etnik. Hari ini, bahasa Indonesia mengukuhkan eksistensinya di dunia internasional sebagai jembatan pengetahuan antarbangsa,” ungkapnya.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam dokumen, pidato, dan arsip resmi UNESCO menjadi langkah strategis untuk memperkuat diplomasi kebudayaan Indonesia di ranah global. Bahkan, bahasa Indonesia kini turut diabadikan di dinding batu “Tolerance Square” di Markas Besar UNESCO di Paris bersama sembilan bahasa dunia lainnya.

Dalam forum tersebut, Abdul Mu’ti juga menegaskan komitmen Indonesia terhadap pendidikan berkualitas dan perdamaian dunia, termasuk kepedulian terhadap situasi kemanusiaan di Gaza. Ia menegaskan bahwa Indonesia menyerukan perlindungan atas hak-hak manusia, pendidikan, dan warisan budaya yang terancam oleh konflik.

Abdul Mu’ti menutup pidatonya dengan pantun penuh makna perdamaian. “Dari Jakarta ke Samarkand, kota bersejarah nan menawan. Jika manusia bergandeng tangan, dunia indah penuh kedamaian,” tutupnya.

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja UNESCO tidak hanya menjadi pengakuan global atas kekayaan budaya dan identitas nasional, tetapi juga bukti bahwa Indonesia mampu berperan aktif dalam percaturan intelektual dan kebudayaan dunia. (amelia/red)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait