14 December 2025, 15:30 PM WIB

Sekolah Dasar di Surabaya Lestarikan Budaya Lewat Pojok Cerita dan Dolanan

METROTODAY, SURABAYA – Di tengah arus modernisasi, SDN Menur Pumpungan IV Surabaya berupaya melestarikan budaya dan karakter bangsa melalui inovasi pojok cerita dan dolanan.

Program ini memadukan literasi dengan permainan tradisional, menciptakan ruang belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

Inisiatif ini diwujudkan melalui program “Kamis Cerita dan Dolanan”, yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang kontekstual.

Siswa diajak untuk mendengarkan atau membawakan cerita bernilai moral, karakter, dan inspirasi positif. Selain itu, mereka juga berkesempatan memainkan berbagai permainan tradisional.

Kepala SDN Menur Pumpungan IV Surabaya, Eka Yusi Ferawati, menjelaskan bahwa program ini bertujuan mengintegrasikan kegiatan literasi dan pelestarian budaya dalam keseharian siswa di sekolah.

“Kamis Cerita ini bertujuan menumbuhkan minat baca, kemampuan berbicara, serta menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui kegiatan literasi yang menyenangkan,” ujar Eka.

Setiap Kamis, siswa bermain selama 30 menit sebelum jam pelajaran dimulai, serta 15 menit saat jam istirahat. Mereka diperkenankan membawa permainan tradisional dari rumah. Beberapa permainan yang digemari adalah egrang dan bakiak.

Selain itu, ada Kamis Dolanan yang diisi dengan edukasi dan bermain berbagai permainan tradisional seperti engkle, egrang, lompat tali, dam-daman, catur Jawa, bakiak, dan permainan khas daerah lainnya.

Kegiatan ini menumbuhkan semangat kebersamaan, sportivitas, karakter positif, serta membangun keterampilan sosial emosional.

“Kamis Dolanan ini juga menjadi upaya sekolah untuk melestarikan budaya lokal sekaligus menjaga kebugaran murid,” tuturnya.

Kedua kegiatan ini dilakukan setiap hari Kamis secara bergantian. Menariknya, kegiatan ini dilakukan 30 menit sebelum pembelajaran dimulai, sehingga dapat membentuk suasana belajar yang ceria, meningkatkan semangat dan konsentrasi murid, serta memperkuat karakter positif melalui aktivitas yang menyenangkan dan bermakna.

Sekolah juga menyiapkan ruangan khusus untuk menaruh buku dan dolanan tradisional, yang dinamai pojok cerita dan dolanan. Ruangan ini menjadi tempat bagi anak-anak untuk bermain saat istirahat sekolah.

“Jadi kami (sekolah, Red) ingin hadir sebagai tempat yang ramah bagi anak melalui program ini,” harapnya.

Dalam program tersebut, sekolah berkolaborasi dengan Kampoeng Dolanan. Founder Kampoeng Dolanan, Mustofa, mengatakan bahwa kegiatan ini telah dilakukan sejak awal, saat menyambut siswa baru pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

“Salah satu kegiatan diisi dengan edukasi permainan tradisional bersama Kampoeng Dolanan. Kemudian berlanjut pada aktivitas Pojok Cerita dan Dolanan sebagai wujud nyata keberlangsungan dalam pelestarian budaya, mulai dari pitutur hingga permainan tradisional,” kata Mustofa.

Dengan adanya program ini, SDN Menur Pumpungan IV Surabaya berharap dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat dan cinta terhadap budaya bangsa. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Di tengah arus modernisasi, SDN Menur Pumpungan IV Surabaya berupaya melestarikan budaya dan karakter bangsa melalui inovasi pojok cerita dan dolanan.

Program ini memadukan literasi dengan permainan tradisional, menciptakan ruang belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

Inisiatif ini diwujudkan melalui program “Kamis Cerita dan Dolanan”, yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang kontekstual.

Siswa diajak untuk mendengarkan atau membawakan cerita bernilai moral, karakter, dan inspirasi positif. Selain itu, mereka juga berkesempatan memainkan berbagai permainan tradisional.

Kepala SDN Menur Pumpungan IV Surabaya, Eka Yusi Ferawati, menjelaskan bahwa program ini bertujuan mengintegrasikan kegiatan literasi dan pelestarian budaya dalam keseharian siswa di sekolah.

“Kamis Cerita ini bertujuan menumbuhkan minat baca, kemampuan berbicara, serta menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui kegiatan literasi yang menyenangkan,” ujar Eka.

Setiap Kamis, siswa bermain selama 30 menit sebelum jam pelajaran dimulai, serta 15 menit saat jam istirahat. Mereka diperkenankan membawa permainan tradisional dari rumah. Beberapa permainan yang digemari adalah egrang dan bakiak.

Selain itu, ada Kamis Dolanan yang diisi dengan edukasi dan bermain berbagai permainan tradisional seperti engkle, egrang, lompat tali, dam-daman, catur Jawa, bakiak, dan permainan khas daerah lainnya.

Kegiatan ini menumbuhkan semangat kebersamaan, sportivitas, karakter positif, serta membangun keterampilan sosial emosional.

“Kamis Dolanan ini juga menjadi upaya sekolah untuk melestarikan budaya lokal sekaligus menjaga kebugaran murid,” tuturnya.

Kedua kegiatan ini dilakukan setiap hari Kamis secara bergantian. Menariknya, kegiatan ini dilakukan 30 menit sebelum pembelajaran dimulai, sehingga dapat membentuk suasana belajar yang ceria, meningkatkan semangat dan konsentrasi murid, serta memperkuat karakter positif melalui aktivitas yang menyenangkan dan bermakna.

Sekolah juga menyiapkan ruangan khusus untuk menaruh buku dan dolanan tradisional, yang dinamai pojok cerita dan dolanan. Ruangan ini menjadi tempat bagi anak-anak untuk bermain saat istirahat sekolah.

“Jadi kami (sekolah, Red) ingin hadir sebagai tempat yang ramah bagi anak melalui program ini,” harapnya.

Dalam program tersebut, sekolah berkolaborasi dengan Kampoeng Dolanan. Founder Kampoeng Dolanan, Mustofa, mengatakan bahwa kegiatan ini telah dilakukan sejak awal, saat menyambut siswa baru pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

“Salah satu kegiatan diisi dengan edukasi permainan tradisional bersama Kampoeng Dolanan. Kemudian berlanjut pada aktivitas Pojok Cerita dan Dolanan sebagai wujud nyata keberlangsungan dalam pelestarian budaya, mulai dari pitutur hingga permainan tradisional,” kata Mustofa.

Dengan adanya program ini, SDN Menur Pumpungan IV Surabaya berharap dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat dan cinta terhadap budaya bangsa. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait