METROTODAY, SURABAYA – Jelang laga pembuka Grup B Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia yang mempertemukan Timnas Arab Saudi kontra Timnas Indonesia di King Abdullah Sports City, Riyadh, pada 8 Oktober 2025 pukul 22.00 WIB, pelatih Herve Renard dikabarkan tengah menyusun strategi khusus untuk membongkar pertahanan Garuda.
Pertemuan ini bukan sekadar duel biasa; ini adalah kesempatan bagi Saudi untuk membalas dendam atas hasil buruk di ronde sebelumnya, di mana mereka gagal menang atas Indonesia.
Secara statistik, Arab Saudi menunjukkan performa yang inkonsisten sepanjang Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Dari 10 pertandingan, tim berjuluk Green Falcons itu meraih 3 kemenangan, 4 hasil imbang, dan 2 kekalahan, mengumpulkan 13 poin yang membuat mereka finis di peringkat ketiga Grup C.
Rata-rata gol yang dicetak Saudi hanya 1,2 per laga, sementara kebobolan mencapai 1 gol per pertandingan.
Kekurangan terbesar terlihat di lini belakang, terutama saat bermain di kandang, di mana mereka kehilangan poin dari dua laga kandang melawan lawan selevel seperti Indonesia dan Australia.
Namun, kekuatan utama Saudi tetap pada situasi bola mati, di mana mereka mencetak 40% gol dari set-piece sepanjang kualifikasi, menjadikannya senjata mematikan bagi lawan.
Di sisi lain, Timnas Indonesia justru menunjukkan tren positif. Garuda meraih 3 kemenangan, 3 imbang, dan 3 kekalahan dari 9 laga Ronde 3, dengan catatan defensif yang solid: hanya kebobolan 1,1 gol per laga.
Yang lebih menarik, head-to-head (H2H) antara kedua tim di Ronde 3 mencatatkan hasil mengejutkan bagi Indonesia.
Berdasarkan bocoran dari media Arab, Renard berencana mengandalkan kecepatan winger sebagai kunci utama strategi mereka.
“Winger akan menjadi senjata utama untuk mengeksploitasi sisi lemah pertahanan Indonesia,” ungkap sumber dekat timnas Saudi, seperti dilaporkan media lokal.
Renard, yang dikenal dengan taktik fleksibel 4-3-3 atau 4-2-3-1, kemungkinan akan memaksimalkan duet Salem Al-Dawsari dan Abdullah Al-Hamdan di sayap, didukung gelandang kreatif seperti Saud Abdulhamid untuk membuka ruang.
Selain itu, Saudi memiliki dua keuntungan strategis: pengalaman pemain bermain di liga Eropa (seperti Al-Dawsari di Al-Hilal) dan dukungan suporter tuan rumah yang bisa mencapai 60.000 penonton, yang sering membuat lawan tertekan.
Namun, Renard tak boleh lengah. Analisis data menunjukkan dua periode rentan bagi Saudi, di mana mereka kebobolan 35% gol sepanjang kualifikasi.
Ini menjadi titik serangan ideal bagi Indonesia di bawah pelatih Patrick Kluivert, yang sudah lengkap dengan kedalaman skuad.
Pengamat sepak bola Indonesia pesimistis Garuda lolos dari grup ini yang juga dihuni Qatar, tapi yakin hasil imbang realistis jika memanfaatkan counter-attack.
Arab Saudi dan Qatar punya ambisi besar, tapi faktor X seperti semangat Garuda bisa mengubah segalanya.
Kemudian adanya diskusi hangat muncul soal protes PSSI terhadap wasit Kuwait Ahmad Al Ali, yang ditunjuk memimpin laga ini protes yang diabaikan FIFA dan AFC, menambah ketegangan.
Laga ini tak hanya soal poin, tapi juga harga diri. Bagi Saudi, kemenangan telak akan membuka jalan ke tujuh kali berpartisipasi di Piala Dunia. Bagi Indonesia, minimal satu poin bisa jadi modal moral untuk duel selanjutnya. (ervin/jay)

