METROTODAY, SURABAYA – Suasana haru menyelimuti pemakaman Firman Noor, 16, santri yang menjadi korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny. Jenazah Firman dimakamkan di TPU Tembok Lor, Surabaya, diiringi isak tangis keluarga dan kerabat.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Firman sempat berpesan kepada ibunya untuk tidak mengkhawatirkannya selama menuntut ilmu di pondok pesantren. Firman dikenal sebagai sosok yang penurut, ceria, dan disenangi teman-temannya.
Menurut penuturan pamannya, Sonhaji, saat kejadian nahas tersebut, Firman sempat ditarik oleh seorang teman yang mengalami luka di kepala.
Namun, Firman memilih untuk tetap berada di lokasi kejadian demi membantu teman-temannya yang lain yang terjebak di reruntuhan.
“Saat kejadian, justru Firman memilih bertahan dan berusaha membantu temannya yang lain untuk keluar dari reruntuhan bangunan. Namun sayangnya, Firman meninggal dunia dalam kejadian tersebut karena terperangkap di dalam reruntuhan gedung,” terang Sonhaji.
Sonhaji menambahkan bahwa jenazah Firman langsung dimakamkan setelah dibawa dari rumah sakit. Mengingat kondisinya yang sempat tertimbun reruntuhan selama beberapa hari.
“Dimakamkan langsung setelah datang dari rumah sakit, karena jenazah sempat tertimbun bangunan beberapa hari, sehingga sebaiknya segera dimakamkan. Sosok Firman merupakan anak yang baik dan penurut,” tuturnya.
Firman merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA. Selain Firman, banyak anak dari kampung di kawasan Jalan Tembok Surabaya yang juga menimba ilmu di ponpes yang sama.
Firman Noor, namanya akan selalu dikenang tidak hanya dalam duka, tetapi juga sebagai simbol kepahlawanan atas keberaniannya membantu sesama di tengah musibah dan memilih bertahan di tengah reruntuhan sebelum akhirnya tidak terselamatkan. (ahm)

