METROTODAY, SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berperan aktif dan bergerak cepat membantu proses evakuasi korban ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Bantuan berupa satu unit mobil Heavy Duty Rescue (HDR) dan tenaga dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya diterjunkan ke lokasi untuk menolong korban yang terjebak di reruntuhan.
Kepala DPKP Surabaya Laksita Rini Sevriani mengatakan bahwa bantuan alat penyelamatan dan petugas langsung diterjunkan tidak lama setelah kejadian pada Senin (29/9) sekitar pukul 15.00 WIB.
“Info awal itu begitu ada kejadian ambruknya di Al Khoziny itu, teman-teman dari Sidoarjo menghubungi kami untuk meminta bantuan. Setelah mendapat izin dari Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi tim Rescue Damkar Kota Surabaya langsung meluncur ke lokasi,” ujar Laksita Selasa (30/9).
Dia menjelaskan, satu unit mobil Heavy Duty Rescue yang diterjunkan berisi peralatan penyelamatan lengkap. Peralatan dalam mobil tersebut, memiliki sekitar 19 fungsi untuk penanganan bencana, evakuasi, hingga berkomunikasi dengan korban yang terjebak dalam reruntuhan.
“Semuanya perlengkapan, peralatannya sudah lengkap yang ada di dalam mobil itu. Baik untuk evakuasi, kemudian ada kamera, life detector yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan korban dengan menangkap suara detak jantung atau tanda-tanda kehidupan lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, mobil Heavy Duty Rescue juga dilengkapi dengan shot camera untuk mengetahui lokasi-lokasi yang tidak bisa dijangkau oleh manusia. Dengan stik kamera yang bisa dimasukkan melalui celah reruntuhan, tim bisa mendapatkan visualisasi untuk mendeteksi keberadaan korban yang mungkin masih hidup. Ada pula peralatan penyangga atau penopang untuk menahan reruntuhan atau menopang agar memudahkan evakuasi korban yang terjepit.
“Dengan alat-alat tersebut, terbukti membantu dalam penemuan korban seperti santri bernama Yusuf dan Haikal,” ujar Laksita Rini.
Selain alat, DPKP Surabaya juga mengirimkan dua regu personel ke lokasi. Tim dan peralatan tersebut telah berada di lokasi sejak ada laporan kejadian dan masih melakukan proses evakuasi hingga hari ini. “Alat dan tim masih berada di lokasi untuk melakukan proses evakuasi, karena masih ada beberapa santri yang terjebak dalam reruntuhan,” tegasnya.
Mengenai data korban, Laksita Rini menyebutkan bahwa 28 santri atau korban di pondok pesantren tersebut merupakan warga Surabaya. “Infonya kalau dari Surabaya itu ada sekitar 28 orang. Kami terus berkoordinasi dengan tim di lapangan, baik dari provinsi maupun Basarnas untuk memberikan bantuan semaksimal mungkin,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Surabaya, Irvan Widyanto mengatakan, dalam musibah runtuhnya bangunan musala itu turut menerjunkan tim. Irvan menyebutkan, BPBD Surabaya mengirimkan satu peleton tim rescue untuk melakukan penyelamatan korban yang tertimpa bangunan runtuh di Ponpes Al-Khoziny.
“Kami kirim satu pleton tim rescue dan peralatan rescue. Peralatan tersebut di antaranya ada helm safety, alat pemotong besi, mesin penyangga hidrolis, lampu, dan jack hammer,” pungkas Irvan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang ditemui usai Rapat Paripurna di Gedung DPRD Surabaya menyatakan turut prihatin dan berbelasungkawa atas musibah yang terjadi di Sidoarjo itu, Menurutnya, pihaknya sebisa mungkin memberikan bantuan yang dibutuhkan, terutama di tahap awal adalah mengevakuasi korban.
Keberadaan mobil Heavy Duty Rescue yang dimiliki Surabaya, menurut Eri, terbukti memberikan banyak manfaat pada banyak pihak, bukan cuma bagi masyarakat Kota Pahlawan. ‘’Surabaya sebagai tetangga terdekat Sidoarjo tentu harus ikut aktif membantu. Bukan cuma mobil Heavy Duty Rescue tapi berbagai bentuk bantuan yang dibutuhkan,’’ tuturnya. (*)