29 September 2025, 18:32 PM WIB

Pemkot Surabaya Genjot Revitalisasi Pasar Tradisional untuk Dongkrak Perekonomian

METROTODAY, SURABAYA – Pemkot Surabaya terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga eksistensi pasar tradisional sebagai pusat perekonomian rakyat.

Pasar tradisional tidak hanya menjadi tempat bertransaksi, tetapi juga penopang penting bagi pertumbuhan ekonomi Kota Pahlawan.

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan bahwa pengelolaan pasar tradisional di Surabaya terbagi menjadi dua, yakni di bawah naungan PD Pasar Surya dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag).

“Bagian Perekonomian bertindak sebagai pembina dari BUMD. PD Pasar Surya, sebagai salah satu BUMD milik Pemkot Surabaya, berada di bawah pembinaan kami,” ujar Vykka pada Jumat (26/9).

Vykka menambahkan bahwa pengelolaan pasar tradisional tidak hanya berfokus pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Ekonomi UMKM mikro sangat penting karena mereka adalah fondasi pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Vykka mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Surabaya pada triwulan II mencapai 5,24 persen, melampaui rata-rata provinsi dan nasional.

Ke depan, penguatan ekonomi akan dilakukan tidak hanya melalui pasar tradisional, tetapi juga sektor pariwisata.

“Pertumbuhan ekonomi akan didorong dari sektor pasar tradisional dan pariwisata,” imbuhnya.

Saat ini, Pemkot Surabaya tengah melakukan revitalisasi terhadap 13 pasar tradisional. Vykka memastikan bahwa program revitalisasi ini akan terus berlanjut secara bertahap di tahun-tahun mendatang.

“Sampai saat ini, sudah ada 13 pasar yang direvitalisasi, dan tahun depan akan terus berlanjut. Pasar Keputran Selatan akan dibangun baru khusus untuk ayam, dengan harapan dapat memutar roda perekonomian di sana,” jelasnya.

Revitalisasi juga akan menyasar pasar-pasar strategis lainnya, seperti Pasar Blauran dan Pasar Tunjungan.

“Nantinya, PD Pasar akan bertransformasi menjadi Perseroda, sehingga memiliki fleksibilitas seperti PT dan dapat bekerja sama dengan investor, tidak hanya melalui penyertaan modal,” kata Vykka.

Sementara itu, Kepala Dinkopumdag Kota Surabaya, Febrina Kusumawati, menyatakan bahwa pihaknya mengelola 13 pasar tradisional, termasuk Pasar Nambangan, Pasar Sememi, Pasar Gunung Anyar, dan Pasar Dukuh Menanggal.

“Dinkopumdag mengelola 13 pasar tradisional. Selain itu, ada juga pasar tradisional yang dikelola oleh pihak swasta maupun LPMK,” ujar Febri.

Untuk menghidupkan kembali aktivitas pasar tradisional, Dinkopumdag Surabaya secara rutin menggelar kegiatan kolaboratif, termasuk pasar murah.

“Kami selalu berkolaborasi dalam kegiatan pasar murah untuk menghidupkan suasana pasar,” tambahnya.

Febri menekankan bahwa tantangan utama pasar tradisional adalah menciptakan kenyamanan bagi pembeli.

Oleh karena itu, fokus utama Dinkopumdag adalah meningkatkan kenyamanan pembeli dan pedagang agar mereka merasa betah di pasar.

“Ini adalah bagian dari tugas kami untuk melakukan pendekatan komunikasi dengan para pedagang,” jelasnya.

Direktur Utama PD Pasar Surya Surabaya, Agus Priyo, mengungkapkan bahwa pihaknya mengelola 64 pasar aktif dengan sekitar 12.000 pedagang. Dari jumlah tersebut, 10-15 pasar dalam kondisi baik, sementara sekitar 20 pasar masih memerlukan perhatian lebih.

“Pasar-pasar besar seperti Pasar Tambahrejo, Pasar Kapasan, Pasar Genteng, Pasar Wonokromo memiliki perputaran ekonomi yang sangat bagus. Kami akan fokus pada pasar-pasar yang sedang berkembang dan perlu ditingkatkan lagi,” ujar Agus.

Agus juga menuturkan bahwa beberapa pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya memiliki kekhasan tematik, seperti Pasar Bunga Kayoon, Pasar Blauran, dan Pasar Pabean.

“Pasar Kayoon sudah dikenal sejak lama dan menjadi tujuan wisatawan asing. Pasar Blauran terkenal dengan kare, bubur Madura, dan jajan pasar. Pasar Kembang terkenal dengan kue basah, Pasar Pabean dengan ikan segar, Pasar Genteng dengan elektronik, dan Pasar Dupak Rukun dengan besi tua,” paparnya.

Agus mengakui bahwa tantangan terbesar dalam mengelola pasar tradisional saat ini adalah menciptakan kenyamanan bagi pembeli di tengah persaingan dengan ritel modern.

“Termasuk peningkatan prasarana dan sarana yang harus menjadi perhatian utama,” imbuhnya.

Oleh karena itu, revitalisasi menjadi kunci utama. Agus menekankan pentingnya revitalisasi dan penataan pasar agar menjadi lebih nyaman.

“Pasar pertama yang akan benar-benar disulap adalah Keputran Selatan, yang akan direvitalisasi menjadi bangunan baru. Kemudian, Pasar Kembang juga akan dibersihkan secara menyeluruh,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Pemkot Surabaya terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga eksistensi pasar tradisional sebagai pusat perekonomian rakyat.

Pasar tradisional tidak hanya menjadi tempat bertransaksi, tetapi juga penopang penting bagi pertumbuhan ekonomi Kota Pahlawan.

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan bahwa pengelolaan pasar tradisional di Surabaya terbagi menjadi dua, yakni di bawah naungan PD Pasar Surya dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag).

“Bagian Perekonomian bertindak sebagai pembina dari BUMD. PD Pasar Surya, sebagai salah satu BUMD milik Pemkot Surabaya, berada di bawah pembinaan kami,” ujar Vykka pada Jumat (26/9).

Vykka menambahkan bahwa pengelolaan pasar tradisional tidak hanya berfokus pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi masyarakat.

“Ekonomi UMKM mikro sangat penting karena mereka adalah fondasi pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Vykka mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Surabaya pada triwulan II mencapai 5,24 persen, melampaui rata-rata provinsi dan nasional.

Ke depan, penguatan ekonomi akan dilakukan tidak hanya melalui pasar tradisional, tetapi juga sektor pariwisata.

“Pertumbuhan ekonomi akan didorong dari sektor pasar tradisional dan pariwisata,” imbuhnya.

Saat ini, Pemkot Surabaya tengah melakukan revitalisasi terhadap 13 pasar tradisional. Vykka memastikan bahwa program revitalisasi ini akan terus berlanjut secara bertahap di tahun-tahun mendatang.

“Sampai saat ini, sudah ada 13 pasar yang direvitalisasi, dan tahun depan akan terus berlanjut. Pasar Keputran Selatan akan dibangun baru khusus untuk ayam, dengan harapan dapat memutar roda perekonomian di sana,” jelasnya.

Revitalisasi juga akan menyasar pasar-pasar strategis lainnya, seperti Pasar Blauran dan Pasar Tunjungan.

“Nantinya, PD Pasar akan bertransformasi menjadi Perseroda, sehingga memiliki fleksibilitas seperti PT dan dapat bekerja sama dengan investor, tidak hanya melalui penyertaan modal,” kata Vykka.

Sementara itu, Kepala Dinkopumdag Kota Surabaya, Febrina Kusumawati, menyatakan bahwa pihaknya mengelola 13 pasar tradisional, termasuk Pasar Nambangan, Pasar Sememi, Pasar Gunung Anyar, dan Pasar Dukuh Menanggal.

“Dinkopumdag mengelola 13 pasar tradisional. Selain itu, ada juga pasar tradisional yang dikelola oleh pihak swasta maupun LPMK,” ujar Febri.

Untuk menghidupkan kembali aktivitas pasar tradisional, Dinkopumdag Surabaya secara rutin menggelar kegiatan kolaboratif, termasuk pasar murah.

“Kami selalu berkolaborasi dalam kegiatan pasar murah untuk menghidupkan suasana pasar,” tambahnya.

Febri menekankan bahwa tantangan utama pasar tradisional adalah menciptakan kenyamanan bagi pembeli.

Oleh karena itu, fokus utama Dinkopumdag adalah meningkatkan kenyamanan pembeli dan pedagang agar mereka merasa betah di pasar.

“Ini adalah bagian dari tugas kami untuk melakukan pendekatan komunikasi dengan para pedagang,” jelasnya.

Direktur Utama PD Pasar Surya Surabaya, Agus Priyo, mengungkapkan bahwa pihaknya mengelola 64 pasar aktif dengan sekitar 12.000 pedagang. Dari jumlah tersebut, 10-15 pasar dalam kondisi baik, sementara sekitar 20 pasar masih memerlukan perhatian lebih.

“Pasar-pasar besar seperti Pasar Tambahrejo, Pasar Kapasan, Pasar Genteng, Pasar Wonokromo memiliki perputaran ekonomi yang sangat bagus. Kami akan fokus pada pasar-pasar yang sedang berkembang dan perlu ditingkatkan lagi,” ujar Agus.

Agus juga menuturkan bahwa beberapa pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya memiliki kekhasan tematik, seperti Pasar Bunga Kayoon, Pasar Blauran, dan Pasar Pabean.

“Pasar Kayoon sudah dikenal sejak lama dan menjadi tujuan wisatawan asing. Pasar Blauran terkenal dengan kare, bubur Madura, dan jajan pasar. Pasar Kembang terkenal dengan kue basah, Pasar Pabean dengan ikan segar, Pasar Genteng dengan elektronik, dan Pasar Dupak Rukun dengan besi tua,” paparnya.

Agus mengakui bahwa tantangan terbesar dalam mengelola pasar tradisional saat ini adalah menciptakan kenyamanan bagi pembeli di tengah persaingan dengan ritel modern.

“Termasuk peningkatan prasarana dan sarana yang harus menjadi perhatian utama,” imbuhnya.

Oleh karena itu, revitalisasi menjadi kunci utama. Agus menekankan pentingnya revitalisasi dan penataan pasar agar menjadi lebih nyaman.

“Pasar pertama yang akan benar-benar disulap adalah Keputran Selatan, yang akan direvitalisasi menjadi bangunan baru. Kemudian, Pasar Kembang juga akan dibersihkan secara menyeluruh,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/