Categories: Surabaya

Teaterikal Jembatan Sepanjang Bangkitkan Kisah Heroik Guru Martir Hasanoedin Sidik di Tugu Pahlawan Surabaya

METROTODAY, SURABAYA – Kisah heroik perjuangan guru bernama Hasanoedin Sidik yang menjabat sebagai Komandan TKR Teknik Gajah Mada kembali dibangkitkan melalui teaterikal Pertempuran Jembatan Sepanjang di Lapangan Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (7/12).

Teaterikal ini mengingat peristiwa akhir Pertempuran Surabaya pada 29 November 1945, ketika Inggris menyerang Karangpilang dan tank akan berbelok ke Jembatan Sepanjang.

Pada saat itu, Mayor Hasanoedin Sidik memerintahkan peledakan jembatan untuk mencegah serangan musuh.

Namun bom yang dipasang tidak meledak, sehingga ia berlari memeriksa kabel dan menemukan rangkaian yang terlepas.

Tanpa menyadari kabel di sekitar Menara Air sudah terhubung ke ACCU, ia kemudian menyambung kabel tersebut sehingga Jembatan Sepanjang menggelegar terangkat dan hancur.

Ledakan itu juga merenggut nyawa beliau, yang gugur sebagai martir dengan badannya tercerai-berai. Hanya helm Jepang, guntonya, dan sisa-sisa badan yang ditemukan oleh anggota TKR Teknik Gajah Mada.

Acara yang diikuti oleh 50 orang pegiat sejarah dari Soerabaia Combine Reenactor, Sepanjang Heritage, Ketegan Heritage, Regu Semanggi, dan Begandring Soerabaia diinisiasi oleh pegiat sejarah Sepanjang Heritage dan Begandring Soerabaia. Teaterikal diselenggarakan sesuai timeline berakhirnya Pertempuran Surabaya pada 1 Desember 1945.

Menurut Ketua Soerabaia Combine Reenactor, Polo Riyanto, teatrikal ini bertujuan mengenang perjuangan seorang guru pejuang yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan gugur sebagai martir.

“Perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan adalah kewajiban semua orang, tidak memperdulikan status apapun,” katanya.

Polo menambahkan bahwa Hasanoedin Sidik berprofesi sebagai Guru di Kogyo Senmon Gakko yang sekarang SMKN 2 Surabaya dan anggotanya juga berstatus pelajar. Ia berharap teatrikal ini menjadi tauladan masyarakat.

“Teaterikal ini diharapkan menjadi tauladan bagi masyarakat Surabaya agar tidak kehilangan jati diri sebagai Kota Pahlawan, serta sebagai upaya menegakkan tradisi kejuangan dan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan di kota tersebut,” pungkasnya. (ahm)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

16 hours ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

16 hours ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

20 hours ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

20 hours ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

22 hours ago

Tim Gabungan Unair Bantu Operasi Korban Banjir di RSUD Aceh Tamiang, Begini Langkahnya

Tim gabungan Universitas Airlangga (Unair) yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan,…

1 day ago

This website uses cookies.