Categories: Surabaya

Lestarikan Permainan Tradisional di Surabaya dengan Sentuhan Teknologi Otak-Atik Merah Putih

METROTODAY, SURABAYA – Suasana ceria meliputi puluhan anak yang asyik bermain permainan tradisional di Surabaya. Dari engklek, bakiak, egrang, hingga gobak sodor, tawa riang mereka memeriahkan suasana. Lebih menarik lagi, permainan-permainan ini dikombinasikan dengan kemampuan kognitif, menciptakan keseimbangan antara kesehatan otak dan mental.

Tim riset dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berkolaborasi dengan komunitas Kampoeng Dolanan Surabaya meluncurkan program inovatif otak-atik merah putih. Program ini memadukan riset sains dan teknologi dengan kearifan lokal permainan tradisional.

Menurut ketua tim riset PENS, Adnan Rachmat Anom Besari, program ini mengadaptasi Block Design Test dan memperkayanya dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Dalam kompetisi menyusun balok Merah Putih, sistem sensor dan algoritma AI merekam strategi, kecepatan, serta koordinasi peserta.

“Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mendeteksi potensi penurunan fungsi kognitif atau brainrot secara cepat, aman, dan non-invasif,” ujar Anom, Kamis (23/10).

Kompetisi ini tidak hanya menjadi hiburan edukatif, tetapi juga sarana skrining kesehatan otak yang menyenangkan dan inklusif. Dengan menggandeng Kampoeng Dolanan, kegiatan ini dapat diadakan di berbagai tempat, mulai dari sekolah, komunitas, hingga ruang publik.

“Tujuannya untuk memasyarakatkan sains. Kami mengajak anak-anak untuk ikut berpikir dengan menaikkan level permainan tradisional. Kegiatan fisik seperti lari engklek, balok, bakiak, kita gabungkan dengan permainan kognitif, seperti tes IQ,” jelas Anom.

Pihaknya juga memodifikasi permainan dengan menambahkan unsur saintek, termotivasi untuk mengasah otak anak-anak.

“Inisiatif ini juga mendapat dukungan dari Program TeraSaintek, yang dikelola oleh Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (DitminatSaintek), Kementerian Pendidikan Tinggi. Program ini menjembatani inovasi akademik dengan pemanfaatan nyata di lapangan,” jelasnya.

Mustofa, founder Kampoeng Dolanan, menambahkan bahwa otak-atik merah putih diharapkan menjadi pionir ekosistem inovasi kesehatan partisipatif di Surabaya dan sekitarnya.

“Program ini bukan hanya menghasilkan data akademik, tetapi juga memicu gerakan sosial baru, menghubungkan teknologi AI dengan budaya bermain untuk menjaga semangat, memori, dan kecerdasan masyarakat di segala usia,” kata Mustofa. (ahm)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Gubernur Aceh Mualem Terima Tim Relawan Unesa: Bantuan Kesehatan, Psikososial, dan Beasiswa Korban Banjir

Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…

14 minutes ago

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

1 day ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

1 day ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

1 day ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

1 day ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

1 day ago

This website uses cookies.