Categories: Surabaya

Arsitek dan Ahli Konstruksi Deklarasikan Gerakan Wakaf Profesi untuk Pembangunan Pesantren di Surabaya

METROTODAY, SURABAYA – Surabaya menjadi saksi deklarasi gerakan wakaf profesi untuk pesantren Indonesia yang diinisiasi oleh para arsitek dan ahli konstruksi yang tergabung dalam Mastren (Masyarakat Pesantren Nasional).

Acara ini dihadiri oleh para pengasuh pondok pesantren dan tokoh penting lainnya, menandai komitmen untuk meningkatkan kualitas infrastruktur pesantren di seluruh Indonesia.

Muchlis Muhsin, perwakilan pengasuh pondok pesantren, menyambut baik inisiatif ini. “Alhamdulillah, malam ini kita deklarasikan teman-teman arsitek dan ahli konstruksi, bahkan dari penghubungan rektor mendeklarasikan dirinya untuk gerakan wakaf profesi mereka membantu pesantren Indonesia,” ujarnya, Kamis (23/10).

Ia menambahkan bahwa bantuan tenaga ahli di bidang arsitektur dan konstruksi sangat dibutuhkan oleh pesantren.

“Ini diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan dalam meningkatkan kualitas infrastruktur pesantren di Indonesia, serta memberikan dampak positif bagi pendidikan dan pengembangan masyarakat pesantren,” harapnya.

Gayuh Budi Utomo, Koordinator Region III Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), menjelaskan bahwa gerakan ini adalah bentuk pengabdian masyarakat dari para arsitek.

“Sebenarnya ini sudah dilakukan sama teman-teman, tapi persoorangan, hanya kenal. Dan saat ini sudah saatnya kita untuk dari regional, dari personal ke regional dan nasional,” katanya.

Gayuh juga menekankan pentingnya pendampingan dalam pembangunan pesantren agar memenuhi standar kehandalan bangunan. “Ini memang PR kita bersama,” tegasnya.

Ia berharap gerakan ini dapat memicu inovasi baru dari pesantren dan memberikan keterampilan di bidang konstruksi kepada para santri.

Menanggapi dukungan dari organisasi profesional, Gayuh menyatakan bahwa IAI telah memberikan dukungan penuh. “Kalau Ketua Umum kita sudah total support berarti seluruh Indonesia itu sudah kompetibel terhadap gerakan ini,” ujarnya.

Gayuh juga menegaskan bahwa gerakan ini bersifat terbuka dan inklusif. “Sudah saatnya Indonesia itu berkolaborasi dan sifatnya inklusif,” pungkasnya. (ahm)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Gubernur Aceh Mualem Terima Tim Relawan Unesa: Bantuan Kesehatan, Psikososial, dan Beasiswa Korban Banjir

Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…

14 minutes ago

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

1 day ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

1 day ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

1 day ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

1 day ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

1 day ago

This website uses cookies.