Categories: Surabaya

Pasca Aksi Anarkis di Surabaya, DLH Bersihkan Puing, Situasi Sabtu Pagi Terkendali

METROTODAY, SURABAYA – Situasi di Surabaya pada Sabtu pagi (30/8) dilaporkan aman dan terkendali pasca-bentrokan antara massa aksi solidaritas darurat kekerasan aparat dengan pihak kepolisian.

Petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya terlihat membersihkan sisa-sisa sampah dan benda-benda yang dibakar di tengah jalan.

Puing-puing pos jaga polisi yang sempat dipindahkan oleh demonstran ke tengah jalan juga telah berhasil dibersihkan.

Aksi massa dilaporkan mulai anarkis saat berada di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Jumat (29/8) sore.

Selanjutnya, massa melakukan serangkaian aksi di beberapa lokasi strategis di jantung kota Surabaya, termasuk Jalan Gubeng, Basuki Rachmat, Kertajaya, Biliton, Raya Darmo, hingga Bundaran Taman Pelangi Ahmad Yani, dengan melakukan pembakaran pos jaga polisi.

Hingga Sabtu (30/8) dini hari, massa belum membubarkan diri. Aksi kembali terjadi di Jalan Wonokromo hingga Basuki Rachmat, sebelum akhirnya berhasil dipukul mundur dan dibubarkan oleh pihak kepolisian.

Dalam aksi tersebut, setidaknya 21 sepeda motor dibakar oleh massa di Grahadi Surabaya, akibat lemparan molotov di samping kanan area parkir pos penjagaan.

Tidak hanya itu, massa juga merusak fasilitas umum seperti bollard di pedestrian dan rambu jalan.

Selain itu, massa juga merusak dan membakar sebanyak 10 pos jaga polisi di sejumlah titik, antara lain pos polisi Gubeng, Basuki Rachmat, Taman Bungkul, KBS, Bundaran Taman Pelangi, hingga Cito di perbatasan Surabaya-Sidoarjo.

Tembakan gas air mata dan water cannon tidak membuat massa yang mayoritas berpakaian serba hitam dan terdiri dari anak muda ini gentar.

Aksi solidaritas terkait meninggalnya seorang pengemudi ojek akibat terlindas kendaraan taktis juga menyebabkan aktivitas perekonomian di Surabaya tutup lebih awal.

Bahkan, pusat perbelanjaan dan mal memberikan imbauan untuk tutup pada pukul 19.00 WIB di tengah situasi aksi yang memanas di Surabaya.

Pakar Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya, Satria Unggul Wicaksana, menjelaskan bahwa aksi kali ini melibatkan spektrum masyarakat yang lebih luas dan digerakkan secara masif melalui ruang digital.

“Demonstrasi yang ada di seluruh Indonesia memang aktornya tidak tunggal. Hal ini disebabkan oleh gerakan sosial baru yang menggunakan ruang digital. Mereka dipertemukan dengan tagar (hashtag) dan memiliki kampanye yang berbeda dengan aksi massa sebelumnya. Ini menunjukkan adanya perubahan signifikan,” ujarnya. (ahm)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Gubernur Aceh Mualem Terima Tim Relawan Unesa: Bantuan Kesehatan, Psikososial, dan Beasiswa Korban Banjir

Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…

6 hours ago

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

1 day ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

1 day ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

1 day ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

1 day ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

2 days ago

This website uses cookies.