25.3 C
Surabaya
16 July 2025, 5:20 AM WIB

Tak Sekadar Kuliah, Mahasiswa Asia di Surabaya Belajar Budaya, Bikin Wayang hingga Jajanan Tradisional

METROTODAY, SURABAYA – Musim panas ini, Petra Christian University (PCU) Surabaya kembali menjadi pusat perhatian mahasiswa dari seluruh Asia.

Sejak 14 Juli hingga 1 Agustus 2025, PCU menjadi tuan rumah Asia Summer Program (ASP) 2025, sebuah program pertukaran budaya dan akademik yang bertujuan memperkenalkan kekayaan Asia secara kreatif dan menyenangkan.

“Program ini bukan cuma soal kuliah serius. ASP 2025 di PCU ini yang ke-13 kalinya, tujuannya Asia makin dikenal dengan cara yang seru dan kreatif,” ujar Liem Satya Limanta, Ketua Pelaksana ASP 2025, pada Selasa (15/7).

Total ada 100 peserta dari tujuh negara yang berpartisipasi dalam program ini, termasuk Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan India.

Dari jumlah tersebut, 32 mahasiswa datang dari luar negeri, sementara 68 lainnya adalah mahasiswa PCU sendiri. Kesempatan ini tentu menjadi ajang seru untuk bertemu teman baru dari berbagai latar belakang budaya.

Salah satu peserta ASP 2025 saat asyik membuat tempat kue tradisional berbahan daun pisang. (Foto: Istimewa)

Selama tiga minggu, para peserta akan mendalami berbagai bidang ilmu mulai dari ekonomi, sastra, hingga kuliner, dengan bahasa Inggris sebagai pengantar. Namun, daya tarik utama ASP 2025 terletak pada kegiatan non-akademiknya yang kaya dan interaktif.

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah Banana Leaf and Origami Workshop yang telah diselenggarakan. Di sini, para mahasiswa diajak belajar membuat bungkus lemper dan klepon menggunakan daun pisang, serta menghias tampah berisi jajanan pasar.

“Dari belajar bungkus lemper dan klepon menggunakan daun pisang ini, peserta jadi tahu sejarah kue tradisional Indonesia. Mereka juga bisa paham pentingnya pakai bahan alami dan bagaimana kuliner tradisional itu dipertahankan,” jelas Aniendya Christianna, penanggung jawab workshop.

Tak hanya itu, pada 28 Juli mendatang, para peserta akan mengikuti workshop “Eco Wayang”, di mana mereka akan diajak berkreasi membuat wayang dari daun kelapa atau yang dikenal sebagai janur.

ASP sendiri telah dimulai sejak tahun 2012, digagas oleh lima universitas, termasuk PCU. Tujuan utamanya adalah agar mahasiswa Asia semakin memahami keberagaman yang ada di benua ini serta tantangan-tantangan yang dihadapinya.

“Kami ingin menyiapkan pemimpin masa depan, khususnya dari Asia, biar mereka bisa lebih mendalami keberagaman dan tantangan regional,” pungkas Liem Satya Limanta.

Program ini menjadi bukti bahwa belajar lintas budaya bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan, menggabungkan pendidikan formal dengan eksplorasi tradisi dan kreativitas lokal. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Musim panas ini, Petra Christian University (PCU) Surabaya kembali menjadi pusat perhatian mahasiswa dari seluruh Asia.

Sejak 14 Juli hingga 1 Agustus 2025, PCU menjadi tuan rumah Asia Summer Program (ASP) 2025, sebuah program pertukaran budaya dan akademik yang bertujuan memperkenalkan kekayaan Asia secara kreatif dan menyenangkan.

“Program ini bukan cuma soal kuliah serius. ASP 2025 di PCU ini yang ke-13 kalinya, tujuannya Asia makin dikenal dengan cara yang seru dan kreatif,” ujar Liem Satya Limanta, Ketua Pelaksana ASP 2025, pada Selasa (15/7).

Total ada 100 peserta dari tujuh negara yang berpartisipasi dalam program ini, termasuk Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan India.

Dari jumlah tersebut, 32 mahasiswa datang dari luar negeri, sementara 68 lainnya adalah mahasiswa PCU sendiri. Kesempatan ini tentu menjadi ajang seru untuk bertemu teman baru dari berbagai latar belakang budaya.

Salah satu peserta ASP 2025 saat asyik membuat tempat kue tradisional berbahan daun pisang. (Foto: Istimewa)

Selama tiga minggu, para peserta akan mendalami berbagai bidang ilmu mulai dari ekonomi, sastra, hingga kuliner, dengan bahasa Inggris sebagai pengantar. Namun, daya tarik utama ASP 2025 terletak pada kegiatan non-akademiknya yang kaya dan interaktif.

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah Banana Leaf and Origami Workshop yang telah diselenggarakan. Di sini, para mahasiswa diajak belajar membuat bungkus lemper dan klepon menggunakan daun pisang, serta menghias tampah berisi jajanan pasar.

“Dari belajar bungkus lemper dan klepon menggunakan daun pisang ini, peserta jadi tahu sejarah kue tradisional Indonesia. Mereka juga bisa paham pentingnya pakai bahan alami dan bagaimana kuliner tradisional itu dipertahankan,” jelas Aniendya Christianna, penanggung jawab workshop.

Tak hanya itu, pada 28 Juli mendatang, para peserta akan mengikuti workshop “Eco Wayang”, di mana mereka akan diajak berkreasi membuat wayang dari daun kelapa atau yang dikenal sebagai janur.

ASP sendiri telah dimulai sejak tahun 2012, digagas oleh lima universitas, termasuk PCU. Tujuan utamanya adalah agar mahasiswa Asia semakin memahami keberagaman yang ada di benua ini serta tantangan-tantangan yang dihadapinya.

“Kami ingin menyiapkan pemimpin masa depan, khususnya dari Asia, biar mereka bisa lebih mendalami keberagaman dan tantangan regional,” pungkas Liem Satya Limanta.

Program ini menjadi bukti bahwa belajar lintas budaya bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan, menggabungkan pendidikan formal dengan eksplorasi tradisi dan kreativitas lokal. (ahm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/