Dr Sigit Hermawan menakhodai berbagai langkah strategis Umsida. Dengan konsistensi yang kuat dalam mengajar dan meneliti, kualitas pendidikan di Umsida terus berkembang. Passion yang kuat selama 20 tahun mengabdi melahirkan berbagai karya dan inovasi bagi kemajuan Umsida. Dia kini menjadi Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM).
Dr Sigit mengawali karier sebagai dosen Prodi Akuntansi di Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) pada tahun 2000. Perjalanan di dunai akademik panjang.
Dia menjabat Kaprodi Akuntansi (2006–2009). Kaprodi Magister Manajemen (2009–2010). Wakil Rektor II (2010–2014). Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (2014–2019). Saat ini, Dr Sigit memimpin DRPM Umsida.

Kiprah selama Karir Peneliti
Dr Sigit dikenal sebagai sosok akademisi yang rajin turun langsung ke lapangan. Memastikan akurasi data dalam setiap riset. Ketekunan ini membuahkan hasil. Seperti saat dia meraih special award pada Konferensi Internasional di Aceh pada 2015. Saat itu, ada ratusan peneliti dari Indonesia, Irlandia, Bangladesh, dan Malaysia. Hasil risetnya selama 9 bulan di sembilan lokasi berbeda berbuah award membanggakan.
Tidak hanya itu. Pada 2013, Dr Sigit mengguncang jagat akademik Indonesia dengan paper berjudul paparan Praktik Tidak Etis Industri Farmasi. Karyanya dinobatkan sebagai paper terbaik di FEB Universitas Brawijaya. Temuannya mengungkap obat berkomposisi rendah standar serta yang diarahkan demi keuntungan apotek dan dokter.
Konsisten Berkarya sejak 2006
Konsistensi Dr Sigit dalam berkarya berawal dari passion. Mengajar dan riset harus berjalan seiring. Agar materi kuliah yang diberikan selalu mengikuti perkembangan terbaru.
Seorang dosen tidak boleh hanya mengandalkan materi dari buku teks. Tetapi, dia juga harus aktif melakukan penelitian agar dapat memberikan wawasan baru bagi mahasiswa. Dengan riset yang terus diperbarui, kualitas pembelajaran pun meningkat. Mahasiswa akan mendapatkan ilmu yang relevan dengan kondisi terkini di lapangan.
Mengapa harus ada passion? Dia percaya, passion yang kuat menjadi bahan bakar untuk terus produktif. Kalau kita mencintai apa yang kita lakukan, lelahnya terasa berbeda.
”Justru akan ada kepuasan tersendiri saat melihat karya bermanfaat bagi orang lain,” tambah Dr Sigit yang sering memberikan motivasi kepada mahasiswa itu.
Gaya Dr Sigit Hermawan yang juga dikenal asyik diajak berdiskusi oleh mahasiswa dan civitas akademik Umsida. (IG)
Jejak Menerbitkan Buku
Berbicara mengenai karya tulis, Dr Sigit mengungkapkan bahwa sumber ide bukunya beragam. Mulai pengalaman mengajar hingga hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Buku ajar biasanya lahir dari materi perkuliahan. Adapun buku referensi dan monograf merupakan hasil riset yang sudah rampung.
Hasil penelitian tidak dibiarkan begitu saja. Data dan temuan diolah kembali menjadi bahan yang lebih komprehensif sehingga bisa diterbitkan menjadi buku.
”Dengan begitu, karya tidak berhenti hanya pada laporan riset, tetapi juga bisa menjadi literatur yang bermanfaat untuk banyak orang,” jelas yang telah melahirkan 23 buku hasil penelitian materi perkuliahan itu.
Dari 23 buku yang telah diterbitkan, karya yang paling berkesan baginya adalah buku referensi. Buku jenis ini merangkum pengetahuan yang utuh dan menyeluruh dari berbagai riset yang telah dilakukan.
”Buku referensi itu seperti rangkuman perjalanan intelektual saya, hasil dari proses panjang pembelajaran dan penelitian,” tambahnya.
Keaktifan dalam Organisasi
Selain berkiprah di dunia akademik, Dr Sigit juga aktif di berbagai organisasi. Dia menjabat Wakil Ketua Bidang Etika Profesi Kadin Sidoarjo selama empat periode berturut-turut. Mulai 2009 hingga 2025.
Selain itu, Dr Sigit menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Audit Kepatuhan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (Lazismu) Muhammadiyah Jawa Timur sejak 2003. Tidak hanya itu. Kiprahnya juga terlihat di tingkat daerah sebagai pengurus Forum Corporate Social Responsibility (CSR) Kabupaten Sidoarjo.
”Keterlibatan dalam organisasi merupakan cara efektif untuk memperluas jaringan sekaligus memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat,” kata doktor alumnus S-3 Unair tersebut.
Manajemen Waktu antara Akademik dan Organisasi
Mengatur waktu antara kesibukan akademik dan peran di organisasi menjadi tantangan tersendiri. Bagi Dr Sigit, kuncinya adalah kemampuan membagi waktu dengan bijak dan berpikir positif.
”Jangan sampai ada keraguan pada apa yang dilakukan,” ujar dosen yang juga hobi olahraga lari itu.
Menurut Dr Sigit, kunci produktivitas terletak pada kemampuan menentukan prioritas. Setiap aktivitas dijalankan sesuai porsinya. Tanpa saling mengganggu. Bahkan, saat berada di rumah, dia tetap meluangkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung.
Baginya, manajemen waktu yang baik tidak sekadar menyelesaikan banyak tugas, tetapi memastikan setiap pekerjaan selesai dengan kualitas terbaik.
”Yang penting kita bisa bergaul, membagi waktu, dan tetap menjaga semangat untuk menyelesaikan semua tanggung jawab,” ungkapnya.

Strategi Meningkatkan Kualitas Penelitian di Umsida
Saat ditanya strategi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas penelitian di lingkungan Umsida, Dr Sigit menjelaskan bahwa pembaruan informasi menjadi kunci utama. Apa saja perkembangan terbaik Umsida selalu disampaikan ke publik.
Hasil-hasil penelitian yang mutakhir pun dipublikasikan. Hal itu dimulai dari saat seleksi penerima untuk melakukan penelitian. Para periset dibekali pelatihan, coaching clinic, hingga pendampingan intensif. Sejak tahap penulisan proposal hingga proses submit.
”Kami selalu meng-upgrade informasi dari sumber eksternal. Khususnya hibah dari kementerian,” ungkap alumnus Magister Akuntansi Universitas Airlangga tersebut.
Pendekatan itu diyakini efektif. Sebab, para dosen mendapatkan arahan langsung sekaligus bimbingan teknis yang mempermudah mereka dalam lolos seleksi hibah.
”Kami pastikan dosen tidak berjalan sendiri, tetapi mendapat dukungan penuh hingga tujuannya tercapai,” tegasnya.
Visi untuk DRPM Umsida
Kini ada tugas penting yang diemban, yaitu Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. Dr Sigit memiliki visi jelas: setiap kegiatan akademik harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
”Mulai dari mengajar, riset, sampai pengabdian. Semua harus memberi dampak positif,” tegasnya.
Dr Sigit mencontohkan berbagai program yang sudah dijalankan, seperti membantu UMKM, mendampingi lembaga pendidikan, memperkuat pesantren, hingga terjun langsung ke masyarakat.
”Keberhasilan penelitian tidak hanya diukur dari jumlah publikasi, tetapi juga sejauh mana hasilnya mampu mengubah kondisi masyarakat. Menjadi lebih baik,” pungkasnya. (MG)