Gubernur Jabar Dedi Mulyadi yang biasa disapa KDM. (Foto: Istimewa)
METROTODAY, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa KDM memberikan izin penuh kepada polisi untuk melakukan penyelidikan terkait kericuhan yang menewaskan tiga orang dalam pesta rakyat di Pendopo Kabupaten Garut. Insiden tragis ini terjadi pada rangkaian acara pernikahan putranya Maula Akbar dengan Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina.
“Dipersilakan Polres Garut untuk melakukan penyelidikan,” ujar Gubernur KDM usai menjenguk korban pesta rakyat di RSUD dr. Slamet Garut, Jumat malam (18/7).
KDM menjelaskan bahwa pesta rakyat tersebut adalah bagian dari rangkaian pernikahan anaknya yang diselenggarakan di Pendopo Garut. Namun, ia mengaku tidak mengetahui menahu soal acara makan gratis dan insiden kericuhan yang terjadi. “Peristiwa itu saya tidak tahu,” ucap KDM.
Namun, ia menegaskan bahwa peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga dan pihak yang bertanggung jawab harus diungkap. KDM menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak Kepolisian.
“Silakan saja ranah-ranah pertanggungjawaban itu, biarkan ranah Kepolisian yang melakukan penyelidikan,” tegasnya.
Sebagai orang tua dari kedua mempelai, KDM menyatakan juga tidak akan menghalang-halangi tugas Kepolisian dalam upaya mengungkap fakta sebenarnya di lapangan.
Ia berharap Kepolisian dapat mengungkap secara jelas latar belakang peristiwa, kelalaian siapa, dan siapa yang harus bertanggung jawab. “Bagaimana, apa yang menjadi latar belakang peristiwa ini, kelalaian siapa, siapa yang bertanggung jawab?” tanyanya.
Insiden yang menyebabkan tiga orang tewas dan 26 lainnya harus dilarikan ke rumah sakit ini terjadi dalam rangkaian pesta pernikahan Wabup Garut, Luthfianisa Putri Karlina, dengan Maula Akbar, putra dari Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.
Tiga korban meninggal dunia dalam kericuhan tersebut adalah Vania Aprilia, seorang anak berusia delapan tahun dari Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota; Dewi Jubaeda, 61; dan seorang anggota Polres Garut, Bripka Cecep Saeful Bahri, 39, yang kemudian mendapat kenaikan pangkat dari Kepolisian setelah meninggal karena kejadian ini. (red)
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.