METROTODAY, SIDOARJO โ Di balik geliat industri dan kuliner khasnya, Sidoarjo juga memiliki jajanan tradisional yang tak kalah menarik: Kue Lumpur Sidoarjo.
Meski terdengar sederhana, kue ini memuat nilai sejarah, budaya, hingga teknik memasak khas Sidoarjo yang menjadikan kue lumpur ini lebih dari sekadar cemilan.
Kue lumpur pada umumnya diyakini dibawa oleh pedagang atau penjajah Portugis, yang membawa pasteis de nata, sejenis kue custard.
Di Nusantara, bahan-bahannya disesuaikan dengan bahan lokal yang ada seperti kentang atau tepung terigu, kemudian dicampur dengan telur, gula, dan vanili.
Lalu berkembang di Indonesia, dan tersebar ke berbagai kota, termasuk Sidoarjo.
Kue lumpur Sidoarjo memiliki keistimewaan tersendiri dari cara memasaknya. Adonan dituangkan ke cetakan yang dipanasi di atas tungku arang, lalu bagian atas cetakan juga dibekali arang panas.
Kombinasi panas dari atas dan bawah membuat pinggiran kue menjadi kecokelatan dan menghasilkan aroma$ โsmokyโ yang khas teksturnya tetap lembut di tengah, tapi agak renyah di pinggir .
Proses ini membedakannya dari kue lumpur biasa yang biasanya dipanggang di atas cetakan lalu dibakar di atas kompor biasa. Keunikan ini juga yang menjadi daya tarik wisata kuliner di Sidoarjo.
Secara tradisional, kue lumpur Sidoarjo berbasis santan-tepung-terigu, tanpa kentang. Isi populer adalah kelapa muda, yang memberikan sensasi gurih dan tekstur lembut di setiap gigitannya .
Ada juga varian original (plain) dan isian kismis atau keju yang umum ditemukan di kue lumpur secara umum.
Kue lumpur erat kaitannya sebagai makanan khas Sidoarjo. Hal ini dikarenakan ketika bencana lumpur Lapindo meluluhlantakkan sejumlah desa di Sidoarjo pada 2006, kue lumpur seolah menjadi bentuk โketahananโ bagi masyarakat Sidoarjo.
Meski sebetulnya tidak ada sejarah yang bersinggungan antara kue lumpur dengan kejadian Lumpur Lapindo, namun kue lumpur seolah menjadi ikon kuliner lokal yang beriringan dengan persitiwa Lumpur Lapindo yang menjadi ikon di Sidoarjo.
Kue lumpur memiliki rasa yang manis, gurih dari santan, dan legit. Kue lumpur khas Sidoarjo punya tekstur yang lebih lembut daripada kue lumpur lainnya karena teknik memasaknya yang berbeda.
Selain itu, jika dimakan, kue lumpur Sidoarjo lebih lumer dan mencair jika sudah masuk ke mulut.
Tanpa tambahan topping apapun, kue lumpur khas Sidoarjo sudah punya rasa yang enak dan khas, jika ditambah topping lain seperti kelapa muda, kismis, atau durian tentu tasanya lebih nikmat.
Akan sangat rugi jika ke Sidoarjo tidak mencicipi jajanan lokal ini. Sayangnya, karena kue ini termasuk jajanan basah dan memiliki kadar air yang cukup tinggi serta tidak ada penggunaan bahan pengawet, sehingga daya tahannya tidak bisa terlalu lama.
Kue lumpur bakar tidak hanya menarik bagi warga lokal, tetapi juga wisatawan dari luar kota. Misalnya, Kue Lumpur Bu Lilik yang berada di Jalan Hang Tuah, Sidokumpul, ramai didatangi pengunjung dari Surabaya, Mojokerto, hingga Pasuruan, khusus untuk mencicipi tekstur lembutnya.
Uniknya, Kue Lumpur Bu Lilik mulai buka dengan jarak yang tidak jauh dari peristiwa Lumpur Lapindo. Hanya selisih sekitar 3 bulan sebelum peristiwa bencana Lumpur Lapindo terjadi.
Kue Lumpur Sidoarjo adalah contoh nyata bagaimana kuliner lokal mampu merangkul sejarah, inovasi, dan ketahanan masyarakat.
Berakar dari tradisi Portugis dan memiliki cita rasa lokal, kue ini seolah menjadi bagian penting dari identitas kuliner lokal.
Metode bakar arangnya memberikan karakter dan rasa yang unik, berbeda dengan kue lumpur yang lain.
Jika berkunjung ke Sidoarjo, wajib untuk mencicipi kue lumpur yang ada disini dan dijadikan buah tangan. Ada banyak kios yang menjual kue lumpur yang sedap, seperti Kue Lumpur Bu Lili, Kue Lumpur Muda-Mudi Jaya, dan Kue Lumpur Bakar Pak Muji. (alk)