METROTODAY, SURABAYA – Istilah junk journal banyak bertebaran di media sosial. Banyak anak muda yang melakukan self healing melalui membuat junk journal.
Bagi orang yang menyukai crafting atau journaling, junk journal bisa jadi wadah untuk berekspresi secara bebas dan menyenangkan.
Seperti namanya, junk journal merupakan buku harian atau buku catatan yang dibuat dari bahan-bahan “sampah” atau sisa seperti potongan majalah, kertas bekas, tiket, kemasan makanan, hingga sobekan kardus.
Junk journal bukan hanya sekadar tempat menulis seperti jurnal biasa. Dengan junk journal, kita bisa berkolasi dan bemain dengan tekstur, warna, dan berbagai bentuk.
Tidak ada aturan baku untuk membuat junk journal. Isi dari junk journal juga sangat bervariasi. Tidak hanya tulisan, tapi bisa berbentuk scrapbook, travel diary, hingga gratitude journal.
Selain menyenangkan, membuat junk journal bisa menjadi alternatif untuk menyimpan memori kenangan, seperti album foto namun dengan bentuk yang lebih beragam.
Bahan-Bahan Membuat Junk Journal
Bahan untuk membuat junk journal adalah barang-barang sehari-hari yang biasa kita gunakan. Misalnya:
-Kertas bekas: amplop, kertas kado, sobekan buku lama.
-Bekas kemasan makanan ringan.
-Potongan majalah atau koran.
-Stiker sisa, label produk, tag baju.
-Tiket bioskop, tiket kereta, struk belanja.
-Benang, pita, renda, atau kain perca.
-Foto-foto lama.
-Daun kering atau bunga yang dipres.
-Sebaran brosur atau poster bekas.
Selain bahan tersebut, bisa juga menambahkan detail hiasan dari stiker, washi tape, atau coretan ilustrasi.
Kunci dari mempersiapkan junk journal adalah melihat keindahan dari hal-hal kecil yang kadang terabaikan. Pastikan juga ‘sampah’ atau bahan sisa yang digunakan kering agar tidak menimbulkan bau dan berjamur.
Manfaat Membuat Junk Journal
Tidak hanya sekadar menempel, tapi junk journal juga punya menfaat, seperti:
- Dapat menenangkan pikiran: Proses menempel, menggambar, dan merangkai kolase untuk junk journal bisa jadi bentuk self-therapy.
- Mengasah kreativitas: Dengan membuat junk journal, artinya kita harus berpikir out of the box. Misalnya, kita harus menyamakan warna, membuat tampilannya sepadan dan cantik untuk dilihat meski hanya dari sampah dan bahan bahan sisa.
- Mendukung sustainable: Karena bahan utama yang digunakan untuk junk journal adalah sampah, maka hal ini bisa termasuk aktivitas mendaur ulang barang bekas jadi karya seni.
- Membuat kenangan yang estetik: Junk journal bisa menjadi album kenangan atas cerita yang pernah kita buat dalam hidup. Akan ada rasa kepuasan dan memori tersendiri jika kita membuka kembali halaman junk journal yang pernah dibuat.
Memulai Membuat Junk Journal
Membuat junk journal sebenarnya sangat mudah dan tidak perlu membeli banyak barang.
- Mulai dari benda yang ada: Gunakan dari benda-benda yang ada di rumah, koran dan majalah bekas, bekas snack atau makanan yang kering, bulpoin, lem, gunting, maksimalkan yang ada, jangan langsung membeli peralatan dan pernak-pernik untuk journaling.
- Gunakan buku bekas: Konsep ‘junk ‘, berarti tidak harus menggunakan buku yang baru dengan tampilan yang lucu. Gunakan buku catatan kosong, buku agenda, atau bahkan buku bekas seperti novel lama yang sudah tidak dibaca lagi.
- Pilih tema yang menarik: Buat junk journal-mu lebih terkonsep dengan tema-tema yang senada. Misalnya dibuat dengan tema vintage, warna monokrom, atau halaman tentang kegiatan yang terakhir dilakukan.
- Jangan takut berantakan: Namanya juga junk journal, jangan takut untuk eksplorasi bentuk-bentuk junk journal. Kesan acak, asal-asalan, dan tak sempurna itulah daya tarik dari membuat junk journal.
Junk journal bukan sekadar kerajinan tangan, tapi juga media berekspresi yang bebas. Cocok untuk yang ingin menenangkan pikiran, mengasah kreativitas, sekaligus mendukung gaya hidup sustainable. (*)