27.8 C
Surabaya
19 May 2025, 2:13 AM WIB

Rahasia Empu Bagus Bikin Batu Berukir, dari Surabaya Go International

METROTODAY, SURABAYA – Di tengah hiruk pikuk Kota Surabaya, seorang empu bernama Bagus Heri Setiaji yang akrab disapa Empu Bagus tekun mengukir batu di rumahnya di kawasan Banyurip.

Keahliannya mengukir aksara Jawa dan kaligrafi di atas berbagai jenis batu, mulai dari marmer hitam, andesit, koral, obsidian hingga batu pamor, telah menarik perhatian peminat dari dalam dan luar negeri.

Sejak tahun 2008, Empu Bagus menekuni seni ukir batu. Pada tahun 2010, ia bahkan meraih penghargaan sebagai inovator batu terbaik UMKM tingkat nasional.

“Awalnya saya dapat batu dari pantai di Lumajang, berwarna abu-abu. Saya proses, ukir menjadi kaligrafi. Lama-kelamaan saya membuat ukiran huruf Cina dan aksara Jawa,” cerita Empu Bagus, Minggu (18/5).

Batu-batu yang ia olah berasal dari berbagai daerah, seperti Tulungagung, Alor (NTT), dan lainnya, baik dari laut maupun gunung. Saat ini, ia juga bereksperimen dengan media karang. Proses pengukiran pun beragam.

“Mengukir bisa selesai setengah hari, tiga hari, atau bahkan seminggu, tergantung jenis batu dan desainnya,” jelasnya.

Uniknya, Empu Bagus sering melakukan ritual puasa sebelum mengukir batu tertentu, terutama batu pamor dari Lumajang. “Batu pamor punya aura bagus dan sangat keras, jadi butuh proses spiritual,” ungkapnya.

Hasil karya Empu Bagus telah diekspor ke berbagai negara seperti Dubai, Malaysia, Singapura, dan China, serta dipesan dari berbagai kota di Indonesia.

Ia memiliki spesialisasi dalam ukiran empat budaya: kaligrafi, huruf Cina, aksara Jawa, dan huruf kapital. Saat ini, ia juga mengembangkan ukiran batu untuk prasasti bayi.

“Harganya bervariasi, mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 5 juta,” pungkas Empu Bagus. (*)

METROTODAY, SURABAYA – Di tengah hiruk pikuk Kota Surabaya, seorang empu bernama Bagus Heri Setiaji yang akrab disapa Empu Bagus tekun mengukir batu di rumahnya di kawasan Banyurip.

Keahliannya mengukir aksara Jawa dan kaligrafi di atas berbagai jenis batu, mulai dari marmer hitam, andesit, koral, obsidian hingga batu pamor, telah menarik perhatian peminat dari dalam dan luar negeri.

Sejak tahun 2008, Empu Bagus menekuni seni ukir batu. Pada tahun 2010, ia bahkan meraih penghargaan sebagai inovator batu terbaik UMKM tingkat nasional.

“Awalnya saya dapat batu dari pantai di Lumajang, berwarna abu-abu. Saya proses, ukir menjadi kaligrafi. Lama-kelamaan saya membuat ukiran huruf Cina dan aksara Jawa,” cerita Empu Bagus, Minggu (18/5).

Batu-batu yang ia olah berasal dari berbagai daerah, seperti Tulungagung, Alor (NTT), dan lainnya, baik dari laut maupun gunung. Saat ini, ia juga bereksperimen dengan media karang. Proses pengukiran pun beragam.

“Mengukir bisa selesai setengah hari, tiga hari, atau bahkan seminggu, tergantung jenis batu dan desainnya,” jelasnya.

Uniknya, Empu Bagus sering melakukan ritual puasa sebelum mengukir batu tertentu, terutama batu pamor dari Lumajang. “Batu pamor punya aura bagus dan sangat keras, jadi butuh proses spiritual,” ungkapnya.

Hasil karya Empu Bagus telah diekspor ke berbagai negara seperti Dubai, Malaysia, Singapura, dan China, serta dipesan dari berbagai kota di Indonesia.

Ia memiliki spesialisasi dalam ukiran empat budaya: kaligrafi, huruf Cina, aksara Jawa, dan huruf kapital. Saat ini, ia juga mengembangkan ukiran batu untuk prasasti bayi.

“Harganya bervariasi, mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 5 juta,” pungkas Empu Bagus. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/