METROTODAY, ATALANTA – Dunia sepak bola dihebohkan dengan kabar mengejutkan dari Mateo Retegui, penyerang tajam Atalanta dan timnas Italia. Top skor Serie A musim 2024/2025 itu resmi menyeberang ke Liga Arab Saudi di tengah klub klub besar Eropa yang meminatinya.
Uang menjadi alasan pemain 26 tahun itu memilih bergabung dengan klub Saudi Pro League itu. Maklum saja, Al-Qadsiah mendapatkan tanda tangan sang striker dengan kesepakatan fantastis senilai 65 juta euro (sekitar Rp1,23 triliun).
Angka ini tak hanya besar, tapi juga mengukir sejarah baru bahwa Retegui kini resmi menjadi pemain Italia termahal sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya yang dipegang Sandro Tonali saat pindah ke Newcastle United pada 2023.
Pengumuman resmi yang dirilis kedua klub pada Senin (21/7) menegaskan langkah besar ini. “Pemain Italia kelahiran Argentina bergabung dengan Al-Qadsiah secara permanen,” demikian pengumuman resmi dari Atalanta.
Di usia yang baru 26 tahun, Retegui mendapatkan kontrak berdurasi tiga tahun dengan gaji mencapai 20 juta euro (sekitar Rp381 miliar) per musim. Ini merupakan kenaikan gaji yang luar biasa signifikan dibandingkan pendapatannya saat masih di Atalanta yang hanya sekitar 2 juta euro per tahun.
Al-Qadsiah yang kini diperkuat bintang-bintang seperti Nacho Fernandez dan Koen Casteels, jelas menunjukkan ambisi besar untuk bersaing di level tertinggi Liga Arab Saudi. Mereka menjadikan Retegui sebagai pilar utama lini depan setelah Pierre-Emerick Aubameyang memutuskan pulang ke Marseille, Prancis, dengan bebas transfer.
Namun keputusan Retegui ini menjadi sorotan karena diambil saat kariernya sedang berada di titik tertinggi. Musim lalu, ia tampil gemilang bersama Atalanta dengan menorehkan 25 gol dalam 36 pertandingan Serie A dan sukses meraih gelar top skorer liga.
Total, ia membukukan 28 gol dan sembilan assist di semua kompetisi serta berkontribusi besar membawa Atalanta finis di posisi tiga besar dan lolos ke Liga Champions. Performanya yang memukau ini bahkan menarik minat raksasa Eropa seperti Juventus, AC Milan dan Tottenham Hotspur untuk merekrutnya dalam bursa transfer musim panas.
Namun, pilihan Retegui untuk berlabuh di Liga Arab Saudi menuai pro dan kontra. Di satu sisi, langkah ini menunjukkan kekuatan finansial dan ambisi klub-klub Timur Tengah untuk mendatangkan talenta terbaik dunia.
Di sisi lain, kepindahan ke liga yang dianggap kurang kompetitif di usia emas Retegui memicu kekhawatiran tentang dampak pada posisinya di timnas Italia, terutama menjelang Piala Dunia 2026.
Berbeda dengan tren umum di mana pemain veteran memilih Liga Arab Saudi menjelang akhir karier seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, atau Neymar, Retegui memilih jalur ini saat performanya sedang bersinar terang.
Kontraknya yang bernilai fantastis memang menggiurkan, namun ada risiko besar yang menyertai yakni hilangnya paparan internasional di usia muda. Sebab Retegui berpotensi kehilangan kesempatan tampil di kompetisi bergengsi Eropa seperti Liga Champions yang menjadi panggung utama bagi para pemain untuk unjuk gigi.
Meskipun Liga Arab Saudi gencar merekrut bintang dunia, kualitas kompetisi dan sorotan media globalnya masih kalah jauh dibandingkan liga-liga elite Eropa. Kondisi ini dapat memengaruhi visibilitas performa Retegui di mata dunia, dan yang paling mengkhawatirkan, berdampak pada posisinya di timnas Italia.
Sebab pelatih nasional umumnya lebih mempertimbangkan pemain yang aktif berkompetisi di liga-liga papan atas Eropa.
Dengan pencapaian gemilang musim lalu, termasuk rata-rata satu gol setiap 96 menit dan keseimbangan sepuluh gol dengan kaki kanan serta sepuluh dengan kaki kiri (menyamai prestasi Alessandro Del Piero pada 2007/2008), kemampuan individual Retegui tak perlu diragukan.
Kini, tantangan terberatnya adalah mempertahankan level performa di kompetisi dengan intensitas yang berbeda. Ia harus bekerja ekstra keras agar tetap dalam radar pelatih timnas Italia di masa mendatang dan membuktikan bahwa keputusannya ini bukanlah langkah mundur dalam kariernya. (red)