Guru besar FEB yang juga Rektor Unair, Prof Nasih. (Foto: Istimewa)
METROTODAY, SURABAYA – Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran tengah melanda berbagai perusahaan di Indonesia, menciptakan kekhawatiran serius terhadap stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat.
Menanggapi fenomena ini, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Mohammad Nasih, menyoroti pentingnya investasi sebagai solusi untuk menciptakan lapangan kerja dan meredam dampak negatif PHK.
Prof. Nasih menjelaskan bahwa ketidakpastian ekonomi global menjadi pemicu utama peningkatan PHK di berbagai sektor.
“Sektor ini disebabkan oleh adanya krisis ekonomi, kebijakan perusahaan dan regulasi pemerintahan. Sehingga, kondisi ini menciptakan kekhawatiran tersendiri terhadap stabilitas ekonomi dan kestabilan sosial masyarakat,” ujar Prof. Nasih pada Minggu (8/6).
Menurut Prof. Nasih, lembaga perbankan memiliki potensi besar untuk mendukung langkah strategis penciptaan lapangan kerja melalui investasi.
Ia berharap masuknya investasi, baik dalam bentuk dana untuk program yang sudah berjalan maupun untuk mendorong munculnya produk dan usaha baru, dapat membuka lebih banyak lowongan pekerjaan.
“Investasi ini bisa dalam bentuk investasi dana, untuk membiayai program-program dan atau proses produksi yang selama ini sudah berjalan sehingga tidak ada lagi yang di PHK,” imbuh Rektor Unair ini.
Prof. Nasih menekankan bahwa pemilik usaha saat ini diharapkan tidak hanya fokus pada keuntungan finansial, tetapi juga pada keuntungan ekonomi yang lebih luas.
Ia menyarankan agar perbankan dapat memberikan suku bunga rendah untuk dana yang belum tersalurkan ke industri-industri produktif.
“Sehingga jika ada bank yang selama ini bunganya sangat tinggi, dikasih bunga yang rendah untuk dana saja, untuk dana yang belum tersalurkan ke industri-industri yang produktif, dengan begitu nanti akan bergerak tenaga kerja dan lain lain,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Nasih juga menyoroti dampak signifikan perang tarif terhadap daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional. Ia berharap agar daya beli masyarakat dapat meningkat melalui program-program yang secara langsung mendorong pendapatan.
“Kalau permintaan turun otomatis PDB (Produk Domestik Bruto) juga akan turun dan pertumbuhan ekonomi juga akan melambat. Kita berharap, tentunya perang tarif dapat di manage sebaik-baiknya sehingga tidak ada dampak negatif yang berlebih. Kalau dana kemudian meningkat dan dipending semua, ekonomi tidak akan bergerak, termasuk kemarin yang menjadi korban dalam tanda kutip efisiensi itu juga bisa dilonggarkan lebih lanjut,” pungkasnya. (ahm)
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.