29.2 C
Surabaya
1 May 2025, 0:06 AM WIB

BSI Bukukan Laba Barsih Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025, Tumbuh 10,05 Persen

METROTODAY, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (kode saham: BRIS) membukukan laba bersih Rp1,87 triliun pada kuartal I-2025 atau tumbuh 10,05 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kinerja positif ini juga sejalan dengan perolehan fee based income BSI yang tumbuh double digit yaitu 39,3 persen yoy menjadi Rp1,71 triliun.

“Alhamdulillah, BSI dapat menunjukkan kinerja keuangan yang solid dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan BSI kuartal I-2025 dapat tumbuh di atas pertumbuhan industri dengan kualitas yang sehat,” kata Plt. Direktur Utama BSI Bob T. Ananta dalam konferensi pers Paparan Kinerja Triwulan I 2025 secara daring di Jakarta, yang dikutip dari Antara, Rabu (30/4).

Aset BSI tercatat tumbuh 12,01 persen yoy menjadi Rp401 triliun per akhir Maret 2025. Pada periode tiga bulan pertama tahun ini, BSI menyalurkan pembiayaan Rp287 triliun atau tumbuh 16,21 persen yoy.

BSI mencatat, penyaluran pembiayaan pada semua segmen tumbuh positif di mana segmen wholesale tumbuh 17,27 persen yoy, retail tumbuh 14,92 persen yoy, dan konsumer tumbuh 16,08 persen yoy.

Dari sisi bisnis emas, produk cicil emas mencatatkan pertumbuhan pembiayaan yang signifikan yakni 168,64 persen yoy dengan kualitas yang sangat baik. BSI meyakini produk cicil emas memiliki potensi pertumbuhan yang besar seiring dengan meningkatnya tren investasi emas.

Pertumbuhan pembiayaan yang positif ini diiringi dengan kualitas yang sehat sebagaimana tecermin dari NPF gross 1,88 persen per akhir Maret 2025. Adapun financing at risk (FaR) berada pada tren yang membaik di mana posisi per Maret 2025 berada di level 7,18 persen.

Sementara posisi cost of credit (CoC) pada Maret 2025 terjaga di angka 0,93 persen, masih di bawah 1 persen. Di sisi lain, BSI juga terus membentuk cash coverage, di mana posisi Maret 2025 berada di angka 194,69 persen atau masih dalam posisi stabil sebagaimana yang diharapkan perseroan.

Selanjutnya dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) BSI pada kuartal I 2025 tumbuh sebesar 7,40 persen yoy menjadi Rp319 triliun, di mana posisi dana murah (CASA) yang terdiri dari tabungan dan giro tercatat Rp195 triliun atau tumbuh 7,57 persen yoy.

Secara khusus, tabungan tumbuh 9,37 persen yoy menjadi Rp137 triliun. Komposisi tabungan terhadap total DPK BSI mencapai 42 persen, dengan porsi tabungan wadiah terus meningkat menjadi 40 persen pada kuartal I 2025.

Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan bahwa selain jumlah penabung emas yang mengalami peningkatan, BSI juga melihat adanya lonjakan jumlah pendaftar haji pada awal tahun ini.

“Biasanya di BSI itu pendaftar haji per bulan sekitar 30 ribuan, 30-50 ribu (orang). Di Maret kemarin mencapai rekor baru per bulannya menembus 111 ribu (orang). Maka selain bisnis emas, bisnis haji juga akan menjadi bisnis yang akan kita dorong di BSI,” kata Cahyo.

Ia mencatat potensi yang besar pada tabungan haji yang menjadi sumber pertumbuhan DPK bagi BSI mengingat masih banyak penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening haji. Menurut Cahyo, terdapat demand yang baik dari masyarakat untuk membuka rekening haji sehingga BSI akan menjemput peluang ini secara progresif.

“Kalau sebulan aja bisa 100 ribuan, berarti setahun BSI mungkin setidaknya bisa menambah jumlah rekening haji sekitar 1,2 juta sampai 1,5 juta per tahunnya. Dan bagusnya ini tentu menjadi sumber DPK untuk BSI,” kata Cahyo. (*)

METROTODAY, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (kode saham: BRIS) membukukan laba bersih Rp1,87 triliun pada kuartal I-2025 atau tumbuh 10,05 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kinerja positif ini juga sejalan dengan perolehan fee based income BSI yang tumbuh double digit yaitu 39,3 persen yoy menjadi Rp1,71 triliun.

“Alhamdulillah, BSI dapat menunjukkan kinerja keuangan yang solid dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan BSI kuartal I-2025 dapat tumbuh di atas pertumbuhan industri dengan kualitas yang sehat,” kata Plt. Direktur Utama BSI Bob T. Ananta dalam konferensi pers Paparan Kinerja Triwulan I 2025 secara daring di Jakarta, yang dikutip dari Antara, Rabu (30/4).

Aset BSI tercatat tumbuh 12,01 persen yoy menjadi Rp401 triliun per akhir Maret 2025. Pada periode tiga bulan pertama tahun ini, BSI menyalurkan pembiayaan Rp287 triliun atau tumbuh 16,21 persen yoy.

BSI mencatat, penyaluran pembiayaan pada semua segmen tumbuh positif di mana segmen wholesale tumbuh 17,27 persen yoy, retail tumbuh 14,92 persen yoy, dan konsumer tumbuh 16,08 persen yoy.

Dari sisi bisnis emas, produk cicil emas mencatatkan pertumbuhan pembiayaan yang signifikan yakni 168,64 persen yoy dengan kualitas yang sangat baik. BSI meyakini produk cicil emas memiliki potensi pertumbuhan yang besar seiring dengan meningkatnya tren investasi emas.

Pertumbuhan pembiayaan yang positif ini diiringi dengan kualitas yang sehat sebagaimana tecermin dari NPF gross 1,88 persen per akhir Maret 2025. Adapun financing at risk (FaR) berada pada tren yang membaik di mana posisi per Maret 2025 berada di level 7,18 persen.

Sementara posisi cost of credit (CoC) pada Maret 2025 terjaga di angka 0,93 persen, masih di bawah 1 persen. Di sisi lain, BSI juga terus membentuk cash coverage, di mana posisi Maret 2025 berada di angka 194,69 persen atau masih dalam posisi stabil sebagaimana yang diharapkan perseroan.

Selanjutnya dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) BSI pada kuartal I 2025 tumbuh sebesar 7,40 persen yoy menjadi Rp319 triliun, di mana posisi dana murah (CASA) yang terdiri dari tabungan dan giro tercatat Rp195 triliun atau tumbuh 7,57 persen yoy.

Secara khusus, tabungan tumbuh 9,37 persen yoy menjadi Rp137 triliun. Komposisi tabungan terhadap total DPK BSI mencapai 42 persen, dengan porsi tabungan wadiah terus meningkat menjadi 40 persen pada kuartal I 2025.

Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan bahwa selain jumlah penabung emas yang mengalami peningkatan, BSI juga melihat adanya lonjakan jumlah pendaftar haji pada awal tahun ini.

“Biasanya di BSI itu pendaftar haji per bulan sekitar 30 ribuan, 30-50 ribu (orang). Di Maret kemarin mencapai rekor baru per bulannya menembus 111 ribu (orang). Maka selain bisnis emas, bisnis haji juga akan menjadi bisnis yang akan kita dorong di BSI,” kata Cahyo.

Ia mencatat potensi yang besar pada tabungan haji yang menjadi sumber pertumbuhan DPK bagi BSI mengingat masih banyak penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening haji. Menurut Cahyo, terdapat demand yang baik dari masyarakat untuk membuka rekening haji sehingga BSI akan menjemput peluang ini secara progresif.

“Kalau sebulan aja bisa 100 ribuan, berarti setahun BSI mungkin setidaknya bisa menambah jumlah rekening haji sekitar 1,2 juta sampai 1,5 juta per tahunnya. Dan bagusnya ini tentu menjadi sumber DPK untuk BSI,” kata Cahyo. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/