25.7 C
Surabaya
7 July 2025, 5:11 AM WIB

Jadi Penyelamat Lingkungan dengan Pemanfaatan Eco Enzyme seperti Kader Nasyiatul Aisyiyah Sidoarjo. Begini Cara Mudah Membuatnya! 

METROTODAY, SIDOARJO – Membuat eco enzyme untuk mengelola lingkungan dan meminimalkan sampah rumah tangga ternyata bukan pekerjaan yang sulit.

Itulah pengalaman yang didapatkan dari kerja sama Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Sidoarjo dengan Pusat Studi Lingkungan (PSL) UMSIDA.

Workshop yang bertempat di SD Muhammadiyah 1 Candi (MICA) itu dipandu oleh Ketua Pusat Studi Lingkungan Umsida Dr Syamsudduha Syahrorini. Para peserta pun terlihat antusias membuat eco enzyme.

Eco enzyme merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik dengan perbandingan 1:3:10 (gula merah/molase/gula tebu : sisa buah/sayuran : air). Eco enzyme terbukti memiliki beragam manfaat. Di antaranya pembersih alami dan pupuk organik cair.

Dr. Syamsudduha Syahrorini menjelaskan bahwa Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong. Dia merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand.

Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya dibuang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik.

Warga bisa membuat dengan menyediakan wadah dengan kapasitas 1 liter air. Kemudian takaran pembuatan eco enzyme adalah gula merah 60 gram : 180 gram bahan organik (sisa sayuran/buah) : 600 mililiter air.

Tiga bahan tersebut kemudian ditempatkan di dalam wadah lalu ditutup rapat. Aroma pada eco enzyme bisa dilakukan dengan menambahkan bahan organik aromatik.

Misalnya pandan, serai, jeruk purut ataupun melati. Pengendapan bisa dilakukan selama kurang lebih satu bulan.

Tidak hanya cairannya saja. Ampas dari Eco enzyme bisa dimanfaatkan. Ampas bisa dijemur lalu digunakan sebagai penyubur tanaman.

Syamsudduha Syahrorini menjelaskan sebenarnya banyak manfaat dari Eco enzyme tersebut. Yakni sebagai pengganti sabun cuci piring, pembersih toilet, hingga digunakan pencuci sayuran dan buah-buahan.

“Bahkan bisa juga digunakan sebagai pupuk organik,” katanya.

Workshop tersebut semakin meriah tatkala para anggota Nasyiatul Aisyiyah Syamsudduha Syahrorini berhasil membuat eco enzyme dan diperbolehkan membawa pulang cairan tersebut.

Syamsudduha Syahrorini menambahkan bahwa pengelolaan sampah yang tidak tepat dapat memicu berbagai problem lingkungan.

“Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta meningkatkan jejak karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim,” tegasnya.

Bahkan penggunaan deterjen yang berlebihan juga bisa memperburuk kualitas air yang mengalir ke sungai.

PDNA sebenarnya bukan kali ini saja menerapkan upaya menjaga lingkungan.

Ketua PDNA Sidoarjo Nur Ravita Hanun menjelaskan bahwa dalam seluruh kegiatannya, PDNA telah berupaya meminimalkan volume sampah.

“Caranya dengan membiasakan kebiasaan pro lingkungan, setidaknya meminimalkan jumlah sampah plastik, yakni membawa kotak makan sendiri dan tumbler,” katanya.

Penegasan senada juga disampaikan Ketua Pelaksana Workshop Ismi Damei Afhami.

Ismi menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap permasalahan sampah yang semakin kompleks.

“Nah, sebagai kader kita semua tidak boleh diam. Harus bergerak dengan tindakan konkret dan berdampak,” ujarnya. (Nur Ravitah Hanun/Fatimah)

METROTODAY, SIDOARJO – Membuat eco enzyme untuk mengelola lingkungan dan meminimalkan sampah rumah tangga ternyata bukan pekerjaan yang sulit.

Itulah pengalaman yang didapatkan dari kerja sama Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Sidoarjo dengan Pusat Studi Lingkungan (PSL) UMSIDA.

Workshop yang bertempat di SD Muhammadiyah 1 Candi (MICA) itu dipandu oleh Ketua Pusat Studi Lingkungan Umsida Dr Syamsudduha Syahrorini. Para peserta pun terlihat antusias membuat eco enzyme.

Eco enzyme merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik dengan perbandingan 1:3:10 (gula merah/molase/gula tebu : sisa buah/sayuran : air). Eco enzyme terbukti memiliki beragam manfaat. Di antaranya pembersih alami dan pupuk organik cair.

Dr. Syamsudduha Syahrorini menjelaskan bahwa Eco Enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong. Dia merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand.

Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya dibuang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik.

Warga bisa membuat dengan menyediakan wadah dengan kapasitas 1 liter air. Kemudian takaran pembuatan eco enzyme adalah gula merah 60 gram : 180 gram bahan organik (sisa sayuran/buah) : 600 mililiter air.

Tiga bahan tersebut kemudian ditempatkan di dalam wadah lalu ditutup rapat. Aroma pada eco enzyme bisa dilakukan dengan menambahkan bahan organik aromatik.

Misalnya pandan, serai, jeruk purut ataupun melati. Pengendapan bisa dilakukan selama kurang lebih satu bulan.

Tidak hanya cairannya saja. Ampas dari Eco enzyme bisa dimanfaatkan. Ampas bisa dijemur lalu digunakan sebagai penyubur tanaman.

Syamsudduha Syahrorini menjelaskan sebenarnya banyak manfaat dari Eco enzyme tersebut. Yakni sebagai pengganti sabun cuci piring, pembersih toilet, hingga digunakan pencuci sayuran dan buah-buahan.

“Bahkan bisa juga digunakan sebagai pupuk organik,” katanya.

Workshop tersebut semakin meriah tatkala para anggota Nasyiatul Aisyiyah Syamsudduha Syahrorini berhasil membuat eco enzyme dan diperbolehkan membawa pulang cairan tersebut.

Syamsudduha Syahrorini menambahkan bahwa pengelolaan sampah yang tidak tepat dapat memicu berbagai problem lingkungan.

“Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta meningkatkan jejak karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim,” tegasnya.

Bahkan penggunaan deterjen yang berlebihan juga bisa memperburuk kualitas air yang mengalir ke sungai.

PDNA sebenarnya bukan kali ini saja menerapkan upaya menjaga lingkungan.

Ketua PDNA Sidoarjo Nur Ravita Hanun menjelaskan bahwa dalam seluruh kegiatannya, PDNA telah berupaya meminimalkan volume sampah.

“Caranya dengan membiasakan kebiasaan pro lingkungan, setidaknya meminimalkan jumlah sampah plastik, yakni membawa kotak makan sendiri dan tumbler,” katanya.

Penegasan senada juga disampaikan Ketua Pelaksana Workshop Ismi Damei Afhami.

Ismi menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap permasalahan sampah yang semakin kompleks.

“Nah, sebagai kader kita semua tidak boleh diam. Harus bergerak dengan tindakan konkret dan berdampak,” ujarnya. (Nur Ravitah Hanun/Fatimah)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/