METROTODAY, SIDOARJO – Apa yang dilakukan warga Sidoarjo saat libur panjang. Ke Batu atau Trawas? Tentu warga harus betah bermacet-macetan. Jangan heran wisata alternatif yang tak jauh dari kota pun diserbu.
Salah satunya adalah Wisata Bahari Tlocor yang berlokasi di Kecamatan Jabon. Wisata ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.
Wisata Tlocor bisa dibilang alternatif karena menawarkan pengalaman yang berbeda dari biasanya.
Bila biasanya, warga terbiasa staycation di villa atau ngemall lalu menikmati kuliner, maka berwisata Bahari di Tlocor sangat berbeda.
Destinasi ini menawarkan pengalaman menyusuri Sungai Porong, dimana kanan kirinya memiliki hutan bakau yang asri. Dari sana kita juga bisa melihat dan mampir di Pulau Lusi, pulau baru hasil endapan Lumpur Lapindo .
Wisatawan dapat menikmati perjalanan menyusuri sungai dengan perahu menuju Pulau Lusi. Waktunya hanya sekitar 15 hingga 30 menit tergantung arus sungai. Hanya butuh Rp 25 ribu per orang untuk bisa menaiki perahu tersebut.
Di pulau tersebut, tersedia gazebo untuk bersantai. Duduk-duduk bersama keluarga sambil menikmati semilir angin dan pemandangan hutan mangrove akan memberikan rasa yang sama sekali berbeda.
Apabila perut mulai keroncongan, wisatawan juga dapat menikmati kuliner laut segar seperti udang, kepiting, dan ikan bakar di warung-warung sekitar .
Meskipun memiliki potensi wisata yang menarik, Wisata Bahari Tlocor masih menghadapi tantangan dalam menarik pengunjung. Sebab, pada hari-hari tertentu belum banyak orang yang berdatangan.
Fajar (39), salah seorang pengunjung mengungkapkan bahwa tempat tersebut terasa cukup menghibur, terutama bagi anak-anak karena adanya area bermain. Ia juga menilai biaya penyeberangan ke Pulau Lusi cukup murah.
Wisata Bahari Tlocor memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam yang edukatif dan menyenangkan.
Dengan dukungan promosi yang lebih gencar dan pengembangan fasilitas yang memadai.
Diharapkan destinasi ini dapat menarik lebih banyak pengunjung dan memberikan dampak positif bagi perekonomian desa. (*)