35.1 C
Surabaya
1 May 2025, 13:02 PM WIB

Gambar Mengharukan Anak Gaza Tanpa Lengan Terpilih Sebagai Foto Terbaik Dunia 2025

METROTODAY, LONDON – Sebuah gambar yang menggambarkan seorang anak laki-laki Gaza yang sedang pulih dari cedera akibat perang telah terpilih sebagai Foto Terbaik Dunia pada World Press Photo 2025.

Foto tersebut menunjukkan wajah menyentuh dari Mahmoud Ajjour, seorang anak berusia sembilan tahun yang kehilangan kedua lengannya akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Maret 2024.

Foto ini diambil oleh fotografer Palestina, Samar Abu Elouf, yang bekerja untuk New York Times. Abu Elouf, yang dievakuasi dari Gaza pada akhir 2023, tinggal di kompleks apartemen yang sama dengan Mahmoud di Doha, Qatar.

Selama ini, dia telah mendokumentasikan kehidupan beberapa warga Gaza yang terluka dan berhasil keluar untuk menjalani perawatan. Samar menyebut foto ini sebagai foto yang “tenang, namun berbicara sangat lantang.”

Dirinya berharap gambar ini dapat menceritakan kisah seorang anak, tetapi juga menggambarkan sebuah perang yang dampaknya akan dirasakan oleh banyak generasi mendatang.

Joumana El Zein Khoury, Direktur Eksekutif World Press Photo, menyampaikan bahwa foto ini sangat kuat dalam menyampaikan cerita dan memberikan dampak yang mendalam. “Ini adalah kisah tentang satu anak, tetapi juga menggambarkan sebuah perang yang akan mempengaruhi banyak generasi,” ujar Khoury.

In Night Crossing.

Selain foto pemenang utama, dua finalis juga terpilih sebagai runner-up. Salah satunya adalah foto Night Crossing karya John Moore untuk Getty Images, yang menggambarkan kompleksitas kehidupan di perbatasan, serta foto Droughts in the Amazon karya Musuk Nolte untuk Panos Pictures yang menggambarkan kekeringan di Amazon.

Dalam foto Droughts in the Amazon, seorang pemuda terlihat berjalan sejauh dua kilometer di sepanjang sungai yang kering, membawa makanan untuk ibunya yang tinggal di desa Manacapuru, Amazon.

Desa yang dulunya dapat dijangkau dengan perahu kini terputus oleh kekeringan. Pemandangan ini menunjukkan dengan jelas krisis air yang semakin dalam di wilayah tersebut, memperlihatkan luasnya dampak kekeringan yang melanda hutan hujan terbesar di dunia.

Kedua foto ini menyuguhkan pandangan yang kuat dan intim tentang realitas kehidupan di daerah yang terdampak, yang sering kali hilang dari perdebatan polar di Amerika Serikat mengenai masalah migrasi dan perubahan iklim.

Tahun ini, para pemenang diambil dari 59.320 foto yang dikirimkan oleh 3.778 fotografer dari 141 negara. Pemenang dibagi dalam tiga kategori: foto tunggal (solo), cerita (serangkaian 4-10 foto), dan proyek jangka panjang (24-30 foto tentang satu tema).

Keberhasilan ini merupakan sebuah penghargaan terhadap kekuatan foto jurnalistik yang mampu mengungkapkan kebenaran di balik tragedi, sekaligus menunjukkan peran penting fotografi dalam mendokumentasikan sejarah dan dampak sosial dari peristiwa besar yang terjadi di seluruh dunia.(*)

METROTODAY, LONDON – Sebuah gambar yang menggambarkan seorang anak laki-laki Gaza yang sedang pulih dari cedera akibat perang telah terpilih sebagai Foto Terbaik Dunia pada World Press Photo 2025.

Foto tersebut menunjukkan wajah menyentuh dari Mahmoud Ajjour, seorang anak berusia sembilan tahun yang kehilangan kedua lengannya akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Maret 2024.

Foto ini diambil oleh fotografer Palestina, Samar Abu Elouf, yang bekerja untuk New York Times. Abu Elouf, yang dievakuasi dari Gaza pada akhir 2023, tinggal di kompleks apartemen yang sama dengan Mahmoud di Doha, Qatar.

Selama ini, dia telah mendokumentasikan kehidupan beberapa warga Gaza yang terluka dan berhasil keluar untuk menjalani perawatan. Samar menyebut foto ini sebagai foto yang “tenang, namun berbicara sangat lantang.”

Dirinya berharap gambar ini dapat menceritakan kisah seorang anak, tetapi juga menggambarkan sebuah perang yang dampaknya akan dirasakan oleh banyak generasi mendatang.

Joumana El Zein Khoury, Direktur Eksekutif World Press Photo, menyampaikan bahwa foto ini sangat kuat dalam menyampaikan cerita dan memberikan dampak yang mendalam. “Ini adalah kisah tentang satu anak, tetapi juga menggambarkan sebuah perang yang akan mempengaruhi banyak generasi,” ujar Khoury.

In Night Crossing.

Selain foto pemenang utama, dua finalis juga terpilih sebagai runner-up. Salah satunya adalah foto Night Crossing karya John Moore untuk Getty Images, yang menggambarkan kompleksitas kehidupan di perbatasan, serta foto Droughts in the Amazon karya Musuk Nolte untuk Panos Pictures yang menggambarkan kekeringan di Amazon.

Dalam foto Droughts in the Amazon, seorang pemuda terlihat berjalan sejauh dua kilometer di sepanjang sungai yang kering, membawa makanan untuk ibunya yang tinggal di desa Manacapuru, Amazon.

Desa yang dulunya dapat dijangkau dengan perahu kini terputus oleh kekeringan. Pemandangan ini menunjukkan dengan jelas krisis air yang semakin dalam di wilayah tersebut, memperlihatkan luasnya dampak kekeringan yang melanda hutan hujan terbesar di dunia.

Kedua foto ini menyuguhkan pandangan yang kuat dan intim tentang realitas kehidupan di daerah yang terdampak, yang sering kali hilang dari perdebatan polar di Amerika Serikat mengenai masalah migrasi dan perubahan iklim.

Tahun ini, para pemenang diambil dari 59.320 foto yang dikirimkan oleh 3.778 fotografer dari 141 negara. Pemenang dibagi dalam tiga kategori: foto tunggal (solo), cerita (serangkaian 4-10 foto), dan proyek jangka panjang (24-30 foto tentang satu tema).

Keberhasilan ini merupakan sebuah penghargaan terhadap kekuatan foto jurnalistik yang mampu mengungkapkan kebenaran di balik tragedi, sekaligus menunjukkan peran penting fotografi dalam mendokumentasikan sejarah dan dampak sosial dari peristiwa besar yang terjadi di seluruh dunia.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/